Rabu, 20 Mei 2009

ASKEP HERNIA

HERNIA

A. PENGERTIAN

Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang (apertura) pada stuktur disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui celah dari dinding abdomen. (Sue Hinchliff, 1999 : 206).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya. (Winter Griffith, 1997 : 340).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. (suster nada, 21 juli 2007).

B. ETIOLOGI
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan ( 0 – 1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi.
Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh.
Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
e. Sikatrik.
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
g. Merokok
h. Diabetes melitus

C. BAGIAN DAN JENIS HERNIA
Bagian – bagian hernia :
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)
Klasifikasi hernia :
1. Menurut lokasinya
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.
c. Hernia femoralis adalah di paha.
2. Menurut isinya
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatica
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
4. Menurut terlihat dan tidaknya
a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia obturaforia.
5. Menurut keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
6. Menurut nama penemunya
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

D. PATHOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.
Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.

E. PENATALAKSANAAN
1. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 (dua) tahun. Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinal pemakaian tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati – hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakkan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut operasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikkan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.
Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif kecil.
b. Umumnya tindakkan operatif merupakan satu – satunya yang rasional.
2. Hernioplastik endoscopy
a. Hernia inguinalis
Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak – anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi besok harinya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pengobatan operatif
Pengobatan operatif merupakan satu – satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan herniaraphy.
- Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlenketan, kemudian reposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
- Hernioraphy
Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
b. Hernia incarserata
Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah operasi secepatnya.
 Jenis operasi : herniotomy. Prinsipnya adalah membuka dan memotong kantong hernia kemudian mengeluarkan isi kantong hernia (usus) dan mengembalikannya ke tempat asalnya hingga ileus hilang.
Pada hernia irreponibils dapat kita perkirakan hal – hal yang akan terjadi pada isi hernia berdasarkan perhitungan waktu yaitu :
a) kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat di anggap isi hernia baru saja terjepit.
b) 24 – 48 jam isi hernis mulai mengalami ischemia.
c) 48 – 72 jam mulai terjadi ganggren.
d) Lebih 3 hari isi hernia nekrosis.
Selain dalam hitungan waktu, keadaan isi hernia dapat dilihat dari :
a) Warna usus (membiru, ischemic atau nekrosis)
b) Penilaian vaskularisasi
Berikan NaCl hangat selama 5 menit pada usus, bila terjadi perubahan warna dari kebiruan menjadi kemerahan, berarti usus masih baik (viable). Bila setelah pemberian NaCl hangat warna usus masih tetap biru berarti usus telah mengalami nekrose (non - viable), harus direseksi secara end to end.
c) Kemampuan peristaltic usus
Bila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltic berarti keadaan usus masih baik (viable).
 Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non – viable, maka setelah herniotomy dilakukan reseksi usus non – viable tadi dikeluarkan dan diletakkan di atas paha yang dikenal dengan istilah VORLAGERUNG (letakan di muka / di luar). Dibuat lubang pada usus untuk keluarnya feses. Setelah keadaan umum pasien membaik baru operasi dapat dilanjutkan.
Indikasi vorlagerung :
a) usus non – viable
b) KU pasien jelek
c) Narcose yang lama

F. DIET dan AKTIVITY
Aktivity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan.
Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi seetelah operasi diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minumam berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.


G. MEDICATIONS
a. Analgesik
b. Antibiotik untuk membasmi infeksi

H. NURSING MANAJEMENT
1. Pengkajian
a. Data subjektif
- Sebelum operasi
Adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan
 Nyeri didaerah benjolan meski jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau dearah paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual – muntah, kembung.
Konstipasi
Bayi menangis terus
Pada saat bayi menangis atau mengejan dan batuk – batuk kuat timbul benjolan.
Pada hernia strangulata suhu badan dapat meninggi atau normal.
 Pada hernia obturatoria didapat keluhan nyeri seperti ditusuk – tusuk dan parastesia didaerah panggul, lutut, bagian medial paha akibat penekanan pada N. Obturatorius.
Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat batuk kronis dan tumor intraabdominal, bedah abdominal.
Riwayat psikososial : klien merasa terganggu dengan adanya penyakitnya, klien tidak dapat beraktivitas dengan bebas.
 Riwayat penyakit sekarang : merasa ada benjolan di skrotum bagian kanan atau kadang – kadang mengecil / mneghilang. Bila menangis, batuk, mengangkat benda berat akan timbul benjolan lagi, timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa kemeng disertai mual – muntah.
Akibat komplikasi terdapat shock, demam, asidosis metabolik, abses, fistel, peritonitis.
- Sesudah operasi
Nyeri didaerah operasi
Lemas
Pusing
Mual, kembung

b. Data objektif
- Inspeksi
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
- Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.
- Palpasi
Caranya :
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
Hernia femoralis : benjolan lunak di lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
Hernia inkarserata : nyeri tekan.
- Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak,
- Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
- Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg (hernia obtutaratoria).
- Pemeriksaan test diagnostik : rongent, USG.
- Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan darah meningkat.
- Hasil laboratorium
Leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3
Serum elektrolit meningkat.

2. Diagnosa
a. Nyeri akut b/d agen injuri (biologi, kimia fisik, psikologis).
NOC :
- Mengenali faktor penyebab
- Mengenali lamanya onset sakit
- Mengunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengatasi nyeri
- Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
- Mencari bantuan tenaga kesehatan
- Melaporkan gejala kepada petugas kesehatan
- Menggunakan sumber – sumber yang tersedia
- Mengenali gejala – gejala nyeri
- Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya
- Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Keterangan penilaian NOC :
- Tidak dilakukan sama sekali
- Jarang dilakukan
- Kadang dilakukan
- Sering dilakukan
- Selalu dilakukan
NIC
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
- Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.
- Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeeri pasien.
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
- Kontrol lingkungan yang dapat menpengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non – farmakologi, dan interpersonal).
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
- Ajarkan tentang tehnik non – farmakologi.
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
b. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif.
NOC
Indikator :
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Rata – rata tekanan arteri dalam batas normal.
- Tekanan vena sentral dalam batas normal.
- Tekanan paru – paru dalam batas normal.
- Nadi perifer teraba.
- Tidak ada hipertensi ortostatik
- Keseimbangan intake dan output selama 24 jam.
- Tidak ada suara napas tambahan.
- Berat badan stabil.
- Tidak ada mata cekung
- Tidak ada kebingungan
- Tidak haus berlebihan
- Kelambaban kulit dalam batas normal
- Elektrolit serum dalam batas normal
- Nilai hematokrit dalam batas normal
- BJ urin dalam batas normal
Keterangan penilaian NOC :
- Tidak dilakukan sama sekali
- Jarang dilakukan
- Kadang dilakukan
- Sering dilakukan
- Selalu dilakukan
NIC
- Monitor berat badan setiap hari
- Pertahankan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi (membran mokusa) yang adekuat
- Monitor status nutrisi
- Monitor intake dan output.

c. Resiko infeksi b/d trauma, kerusakan jaringan.
NOC :
Indikator :
- Mengetahui resiko.
- Memonitor faktor resiko lingkungan.
- Memonitor resiko dari tingkah laku.
- Mengembangkan kontrol resiko secara efektif.
- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko menggunakan. dukungan personal untuk mengontrol resiko.
- Berpartisipasi dalam screening untuk mengidentifikasi resiko.
- Memonitor perubahan status kesehatan.
Keterangan penilaian NOC :
- Tidak dilakukan sama sekali
- Jarang dilakukan
- Kadang dilakukan
- Sering dilakukan
- Selalu dilakukan
NIC:
- Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, dan adanya fungsiolaesa.
- Kaji temperatur klien tiap 4 jam.
- Catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit, protein, serum, albumin).
- Kaji warna kulit, kelembaban tesktur, dan turgor.
- Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial.
- Tingkatkan intake cairan.
- Istirahat yang adekuat
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
- Gunakan standard precaution dan gunakan sarung tangan selama kontak dengan darah, membran mukosa yang tidak utuh.
- Ikuti transmisi pencegahan dasar untuk udara, droplet, dan kontak – kontak tranmitted microorganisme.
- Ganti IV line sesuai dengan aturan yang berlaku.
- Pastikan perawatan aseptik pada IV line.
- Pastikan tehnik perawatan luka secara tepat.
- Dorong pasien untuk istirahat.
- Berikan terapi antibiotak sesuai instruksi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda – tanda gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melapor kepada perawat.

http://rahimul.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-hernia.html


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan bayi dan anak adalah perawatan yang ditujukan pada anak untuk meningkatkan derajat kesehatan pada anak melalui pencegahan penyakit atau injuri, pengobatan dan rehabilitasi pada anak yang mengalami masalah kesehatan. Dalam mengatasi masalah tersebut diatas, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Hernia diberi nama menurut letaknya umpamanya diafragma, inguinal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia repnibel bial isi hernia dapat keluar masuk. Usus jika berdiri keluar dan mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut – tidak ada keluhan nyeri atau ejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong. Pad peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kanton terperangkap dan tidak dapa kembali kedalam rongga abdomen. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkar serata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulate. Pada kasus An. R hernia yang dialami adalah Hernia scrotalis sinistra srangulata, dimana usus masuk kedalam scrotalis dan terjepit didalamnya.
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penyusun mencoba untuk menyusun laporan kasus individu dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. R dengan Post Op Herniatomi di Hernia Scrotalis Strangulata, di ruang BCH RSCM untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Herniatomi secara komprehensip.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari pembuatan laporan kasus ini memeberikan gambaran dalam melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Scrotalis dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan laporan inti ini adalah untuk memberikan gambaran tentang :
a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami hernia
b. Diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami hernia
c. Perencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
d. Rasioanal dari rencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
e. Pelaksanaan rencana keperawatan pada klien yang mengalami hernia
f. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
g. Faktor penunjang dan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
h. Alternatif penyelesaian masalah terhadap faktor penghambat yang ditemui dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia scrotalis
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana penyusun melaporkan kondisi klien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka kelompok menggunakan beberapa teknik pengumpulam data yaitu :
1. Teknik Wawancara
Dilakukan secara langsung pada keluarga klien dan perawat ruangan
2. Observasi
Yaitu mengamati secara langsung prilaku klien sehari-hari
3. Study Literatur
Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-buku yang terkuat dengan kasus tersebut
4. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada klien dengan : Insfeksi, Auskultasi, perkusi, palpasi
5. Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari dokumentasi klien yang terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan klien.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan laporan kasus ini terdiri dari 5 Bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Umum dan Tujuan Khusus, Metode serta Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari Konsep Dasar, Pengertian, Type-Type Hernia, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologis, Penatalaksanaan, Komplikasi, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Prinsip Intervensi dan Evaluasi Keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS terdiri dari Gambaran Kasus, Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : PEMBAHASAN di uraikan yang terdiri dari Definisi Diagnosa Keperawatan, Rasional Diagnosa, Data yang Menunjang Diagnosa, Implementasi, Evaluasi, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta Alternatif Pemecahan Masalah.
BAB V : PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Hernia
1. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005 : 523)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi (paten)
(Mansjoer, Arief, 200 : 382)
2. Type-type Hernia
a. 1) Diafragmatik : Hernia yang terjadi melalui foramen bochdalek : protrusi bagian organ abdomen melalui lubang pada diafragma
2) Hiatal : Sliding : protusi struktur abdomen (biasanya lambung) melalui hiatus oesofagus.
3) Abdominal : umbilical yaitu protusi usus dan omentum yang tertutup kulit lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar
4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit
5) Gastroskisis : Protrusi isi intra abdomen melalui defek dinding abdomen lateral terhadap cincin umbilical ; tidak pernah terdapat kantong peritoneal.


b. Type Hernia
1) Hernia Usus : Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan, lapisan otot atau aponeurosis. Peritoneum perietale dan jaringan preperitoneal, kantong hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Hernia reponibel tanpa inerserasai dan strangulasi
b) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan
c) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan
d) Hernia sirangulata, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai gangreng karena pendarah darah terganggu
2) Hernia Ritcher : Bila strangulasi hanya Menjepit sebagian dinding usus
3) Hernia interstisialis : Hernia yang terletak diantara lapisan otot perut
4) Hernia geser skrotalis
a) Hernia biasa dengan isi didalam kantong hernia
b) Hernia geser / sliding hernia : kantong hernia kosong
5) Hernia epigastrika : Benjolan terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperiteneal yang tidak dapat dibedakan dari lipoma yang mengandung omentum dan tertutup
6) Hernia spieghel : Hernia interstisial yant terletak antara m trans versus abdominalis dan m. eblueus abdominis internus
7) Hernia sibatrik : Terjadi pada bekas luka lapioratomy
8) Hernia ingunlis : Terjadi karena anmali kongenital yang ditandai dengan lebarnya annulus internus sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia
3. Etiologi
- Ketidak patensian rongga yang tidak sempurna.
- Anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan didalam rongga abdomen
- Kelemahan otot dinding abdomen
4. Manifestasi Klinis
Terdapat benjolan didaerah, vaginal dan atau scrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis . pasien tenang, benjolanakan hilang secara spontan.
Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali berongga abdomen.
Isi hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut hernia inguinal reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh annulus inguinasli, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia hernia sirangulata
Heria sirangulata lebih sering terjadi hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namum rata-rata terjadi pada 12 % harus hernia.
5. Patofisiologi
Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam kanalis fenoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadimnya hernia.
Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multirasa, obesitas dan degerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi. Herniorafi pada hernia ingunalis, terutama yang memakai tehnik Bassini atau shoul dice yang menyebabkan, fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergesar ke ventrokranial sehingga dan liga mentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femopalis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering timbul adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femoralis keluar disebelah kahlah ligamentum inguinale pada fosa ovalis kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar tertama bila merupakan Hernia Richter


Perkembangan hernia
a. Penonjolan jaringan preperitoneal kedalam kronalis femoralis
b. Penonjolan lebih besar diikuti permulaan hernia
c. Hernia femoralis dengan “lipoma” preperitoneal
d. Lipoma dengan hernia membelok kekranial setelah keluar dari fosa ovalis
e. Lipoma terletak cranial dari ligamentum inguinale
6. Penatalaksanaan
Pada hernia femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi terdiri atas herniatomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan Menjepit annulus femonialis
Bisa juga dengan pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik bassini melalui region inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum lobunase gimbernati.
Hernia inguinalis reponibilis yaitu herniatomi berupa ligasi plofesis vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya inkorserata.
Hernia inguinalis inkarserata
Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenfburg dengan tertidur tekanan intra peritoneal.
(Arif Masjoer, 2000. 383)
Penatalaksanaan
• Pra Operasi
- Cegah menangis
- Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)
- Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan
- Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
- Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
- Gunakan tindakan kenyamanan
• Pasca Operasi
- Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
- Berikan tindakan kenyamanan
- Dukungan orang tua
(Wong, 2004: 521)
7. Komplikasi
• Infeksi
• Hematoma skrotalis
• Hidrokel
• Obstruksi usus
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hernia
1. Pengkajian
a. Biodata / Identitas
b. Pengkajian gastro intestinal
1) Status hidrasi
a) Turgor kulit
b) Membran mukosa
c) Intake dan output
2) Abdomen
a) Nyeri
b) Bising usus
c) Kembung
d) Sistensi abdomen
e) Muntah frekhdensi dan karakteristik
f) Kram dan tenesinus
3) Psikososial
a) Ketabahan
b) Rewel
c) Status emosional
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan puasa
2) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat muntah
3) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang penanganan atau mengingat salah interprestasi
b. Post Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan masukan cairan serasa oral akibat prosedur tindakan medis
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.
3) Resiko tinggi terhadap keruskan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan pemasangan prosedur intensif atau pembedahan, tindakan invasif
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
5) Gangguan penatalaksanaan perawatan dirumah berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Rencana Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Diagnosa 1
- Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluarkan dan timbang berat badan
- Pantau suhu tubuh, palpasi, denyut perifer
- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai indikasi
2) Diagnosa 2
- Observasi tanda-tanda mal nutrisi, kuku dan rambut rapuh, turgor kulit yang tidak elastis, peningkatan berat badan
- Auskultasi bising usus
- Observasi intake dan output nutrisi
- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai dengan kebutuhan (indikasi)
3) Diagnosa 3
- Tinjau ulang pembedahan / prosedur khusus dan harapan masa datang
- Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan therapeutik
- Izinkan keluarga untuk berpartisipasi dalam program perawatan anak
- Berikan support mental pada keluarga dalam menghadapi distress fisik /emosional untuk program / prosedur yang akan dilakukan terhadap anaknya
b. Post Operasi
1) Diagnosa 1
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal) tinjau ulang, catat intra operatif
- Observasi tanda-tanda vital, prosedur hipertensi, takikardi, turgor kulit dan membran mukosa
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
2) Diagnosa 2
- Evaluasi denyut nyeri secara regular (misalnya : setiap 2 jam sekali) catat karakteristik, lokasi dan intensitasnya
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan
- Kaji ketidak nyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
3) Diagnosa 3
- Pertahankan pencucian tangan yang benar
- Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan intensitas kulit
- Pertahankan kesterilan semua peratalan
- Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
- Kaji tanda-tanda infeksi pada area luka setiap kali tindakan
4) Diagnosa 4
- Evaluasi kemampuan fisik dan emosi orang tua
- Berikan penkespada keluarga mengenai penatalaksanaan keperawatan
- Dorong keluarga untuk menganjurkan kekhawatiran tentang hasil pembedahan
- Anjurkan pada orang tua tentang obstruksi/strangulasi terhadap tekanan
4. Evaluasi
a. Pre Operasi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
- Pengetahuan orang tua meningkat
b. Post Operasi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Rasa nyeri dapat teratasi
- Integritas kulit baik
- Infeksi tidak terjadi
- Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat dilaksanakan dengan tepat
http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-hernia.html


DEFINISI
Hernia adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Macam hernia :
• Menurut lokalisasi / topografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis.
• Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum.
• Menurut terlihat atau tidaknya, bila terlihat disebut hernia externs, mis : hernia inguinalis, hernia scrotalis clan sebagainya, sedangkan bila ticlak terlihat dari luar disebut hernia interns, contohnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia obturaforia.
• Menurut kausanya : hernia kongenital, hernia traumatica, hernia insisional.
• Menurut keadaan :
Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat climasukkan kembali.
Hernia ireponibilis bila tidak dapat dimasukkan kembali.
Hernia inkarserata bila tidak dimasukkan kembali dan ada gangguan jalannya isi usus.
Hernia strangulate : bila ada gangguan sirkulasi ciarah.
• Menurut Hama penemunya, seperti
Hernia petit, yaitu hernia didaerah lumbo sacral.
Hernia Spigelli, yaitu hernia yang terjadi pads linen semi sirkularis diatas penyilangan vasa epigastrika inferior pads muskulus rektus abdominatis bagian lateral.
Hernia richter, yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
• Beberapa hernia lainnya :
Hernia pantolan adalah hernia inguinalis & hernia femoralis yang terjadi pads satu sisi &
dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pads fetus. Pada bulan ke 8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea.
Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pads usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel.
Bila kanalis terbuka terns, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul Hernia Inguinalis Lateral Kongenital.
Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah itu merupakan locus minoris resistensiae, maka pads keadaan yang menyebabkan tekanan, Intra -abdominal meninggi seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang yang beret dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul Hernia Inguinalis Lateralis akvista karena terdorongnya suatu alai tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas oleh trauma, kehamilan, obesitas & kelainan kongenital dan dapat terjadi pads semua
Hernia Indirek merupakan tipe yang banyak dari biasanya paling banyak terjadi pada laki-laki. Sedangkan Hernia Direc lebih banyak terjadi pada orang tua. Hernia Umbilical dewasa kebanyakan pada wanita hamil dan kegemukan. Insisi Hernia banyak terjadi pada semua orang yang mengalami pembedahan.
PENGKAJIAN
Data Subyektif
Sebelum Operasi
Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
Nyeri di daerah benjolan.
Mual, muntah, kembung.
Konstipasi.
Tidak nafsu makan.
Bayi menangis terns.
Pada saat bayi menangis/mengejan dan batuk¬batuk kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi
Nyeri di daerah operasi.
Lemas.
Pusing.
Mual, kembung.
Data Obyektif
Sebelum Operasi
Nyeri bila benjolan tersentuh.
Pucat, gelisah.
Spasme otot.
Demam.
Dehidrasi.
Terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi
Terdapat luka pada selangkangan.
Puasa.
Selaput mukosa mulut keying.
Anak / bayi rewel.
Data Laboratorium
Darah
Leukosit > 10.000 - 18.000 /mm3.
Serum elektrolit meningkat.
Data Pemeriksaan Diagnostik - X.ray
Potensial Komplikasi
Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan Binding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit & menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah & terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit, melainkan ususnya terputar.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi ; shock, demam, acidosis metabolik, abses.
PENATALAKSANAAN MEDIK
Operasi.
Pemberian obat-obatan.
Antibiotik.
Analgetik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN, HASIL YANG DIHARAPKAN DAN RENCANA TINDAKAN
Sebelum Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan pads selangkangan.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya, Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital
Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.
Beri posisi senyaman mungkin bunt pasien.
Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi = tarik nafas dalam.
Bed obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Diagnosa Keperawatan 2.
Kecemasan anak berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Hasil yang diharapkan :
Anak kooperatif dalam asuhan keperawatan.
Ekspresi wajah tenang.
Rencana tindakan :
Kaji tingkat kecemasan pasien.
Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam operasi.
Dengarkan keluhan anak.
Beri kesempatan anak untuk bertanya.
Jelaskan pads pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi denga terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 3.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Hasil yang diharapkan :
Orang tua kooperatif dalam pendampingan perawatan.
Rencana tindakan
Kaji tingkat kecemasan orang tua.
Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam operasi.
Dengarkan keluhan orang tua.
Beri kesempatan orang tua untuk bertanya.
Jelaskan pads orang tua tentang apa yang akan dilakukan dikamar operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntuh.
Hasil yang diharapkan
Turgor kulit elastis.
Rencana tindakan
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Puasakan makan & minum.
Timbang berat baclan anak tiap hari.
Kalau perlu pasang infus clan NGT sesuai program dokter.
Hindarkan makan clan minum yang merangsang mual atau muntah.
Observasi jumlah clan isi muntah.
Catat clan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
Sesudah Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Hasil yang, diharapkan :
Nyeri berkurang, secara bertahap.
Rencana tindakan :
Kaji intensitas nyeri pasien.
Observasi tanda-tanda vital clan keluhan pasien.
Letakkan anak pads tempat tidur dengan teknik yang tepat sesuai dengan pembedahan yang dilakukan.
Berikan posisi tidur yang menyenangkan clan
aman.
Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktivitas secara bertahap.
Berikan therapi analgetik sesuai program medis.
Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati-hati.
Ajarkan tehnik relaksasi.
Diagnosa Keperawatan 2.
Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah pembedahan.
Hasil yang diharapkan
Turgor kulit elastis, tidak kering.
Mual clan muntah ticlak ada.
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Monitor pemberian infus.
Beri minum & makan secara bertahaP.
Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
Timbang berat badan tiap hari.
Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
Diagnosa Keperawatan 3.
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
Hasil yang diharapkan
Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak ada perdarahan.
Rencana tindakan :
Observasi keadaan luka operasi dari tanda¬tanda peradangan : demam, merah, bengkak clan keluar cairan.
Rawat luka dengan teknik steril.
Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
Beri makanan yang bergizi clan dukung pasien untuk makan.
Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi clan lingkungannya.
Kalau perlu ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.
Diagnosa Keperawatan 4.
Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pads luka operasi.
Hasil yang diharapkan :
Luka operasi bersih, kering, ticlak bengkak. ticlak ada perdarahan.
Suhu dalam batas normal (36-37°C)
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
Beri kompres hangat.
Monitor pemberian infus.
Rawat luka operasi dengan tehnik steril.
Jaga kebersihan luka operasi.
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
Diagnosa Keperawatan 5.
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang informasi.
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mengerti tentang perawatan luka operasi.
Orang tua clapat memelihara kebersihan luka operasi clan perawatannya.
Rencana tindakan :
Ajarkan kepada orang tua cara merawat luka operasi & menjaga kebersihannya.
Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan basah & kotor.
Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/ minum obat secara teratur di rumah, dan kontrol kembali ke dokter.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pemeriksaan Laboratorium
Lekositosis
Diagnosis Keperawatan :
Potensial infeksi sekunder berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
Implikasi Keperawatan
Periksa tanda vital, tanda-tanda & gejala¬gejala infeksi clan peradangan.
Informasikan ke dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (suhu, nadi, pernafasan).
Obat-obatan
Anti infeksi (Antibiotik)
Pemakaian Umum
Pengobatan dan pencegahan infeksi oleh bakteri. Cara keria
Anti infeksi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri (Bacteriostatik).
Bakteri Patogen yang rentan, tidak menghambat aktivitas virus atau jamur.
Anti infeksi terbagi dalam kategori-kategori, tergantung pads susunan kimia yang sama clan spektrum anti mikrobial.
Kontra Indikasi
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap golongan penisilin atau cephalosporin. Sebagai perhatian, perlu dilakukan modifikasi dosis pasien yang menderita insufisiensi ginjal & hepar.
Penggunaan "broad spectrum" anti infeksi dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur menjadi genes atau bakteri resisters.
Implikasi Keperawatan
Pengkajian
Kaji tanda & gejala infeksi sebelum den selama terapi.
Menentukan hipersensitivitas pads pasien yang mendapat golongan penicillin atau cephalosporin.
Observasi tanda & gejala alergi terhadap antibiotik.
Informasikan pads dokter bile timbul reaksi alergi.
Kemungkinan Diagnose Keperawatan
Kurang pengetahuan tentang obat¬obatan.
Ketidak patuhan dalam menjalani pengobatan.
Implementasi
Hampir semua antibiotik harus diberikan dalam Interval waktu yang sama dalam 24 jam, untuk mempertahankan kadar dosis teraupetik obat tersebut dalam serum.
Penyuluhan pasien / keluarga :
Ingatkan pasien agar meneruskan minum obat dalam interval waktu yang sama dalam 24 jam, sampai dosis obat tersebut habis, walaupun sudah merasa sembuh.
Menganjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda infeksi sekunder (rasa tebal pads lidah, gatal pads alat kelamin atau faeses berbau khas) pads dokter.
Evaluasi
Dapat dievaluasi dengan hilangnya tanda & gejala infeksi.
Analgetik (non narkotik / Non Steroid)
Pemakaian Umum :
Obat kelompok ini digunakan untuk mengontrol nyeri ringan / sedang demam & berbagai kondisi peradangan seperti : Rhematoid, Arthiritis atau Osteoarthritis. Acetaminophen mempunyai kekuatan analgetik & antipiretik tetapi tidak efektif sebagai anti peradangan.
Cara keia
Kelompok besar dari non narkotik analgetik adalah anti peradangan dengan non steroid. Mekanisme dari analgetik adalah untuk menghalangi sintesa prostaglandin di susunan saraf pusat & vasodilatasi.
Kontra Indikasi :
Peka terhadap aspirin.
Golongan acetaminophen kurang aman bila dipakai oleh ibu-ibu hamil atau menyusui.
Pencegahan:
Penggunaan obat ini harus hati-hati pads pasien dengan riwayat peradangan gastrointestinal. Penyakit hati / ginjal / jantung yang berat & gangguan mass perdarahan juga pads wanita hamil.
Interaksi :
Golongan obat ini memperpanjang waktu perdarahan clan potensial mempengaruhi anti koagulan & trombolitik. Penggunaan obat yang lama clan kombinasi penukaran aspirin dapat menyebabkan meningkatnya efek sampingan pads saluran cerna & menurunkan efektivitas.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
Pasien dengan asma, alergi aspirin & poiip hidung beresiko menjadi peka terhadap reaksi obat tersebut.
Kaji rinitis, asma & urtikaria.
Kaji nyeri / sakit : lokasi intensitas sebelum & 1 jam setelah pemberian analgetik.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan :
Perubahan rasa nyaman : nyeri.
Gangguan mobilisasi fisik b.d. rasa nyeri.
Kurang pengetahuan b.d program. pengobatan.
Implementasi :
Jangan diberikan bersamaan dengan analgetik narkotika karena dapat menimbulkan efek ketagihan, bila diberikan juga, hanya dosis rendah.
Agar dapat memberikan efek analgetik yang cepat, berikan obat tersebut 30 menit sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Untuk mengurangi iritasi lambung dapat diminum dengan susu, makanan atau antasida (reaksi ini lambat tetapi tidak mengurangi luasnya absorbsi).
Penyuluhan Pasien & keluarga :
Ingatkan pasien & keluarga agar minum obat secara teratur sesuai instruksi, bila lupa segera diminum. Tetapi bila waktunya berdekatan dengan waktu pemberian yang kedua, jangan diminum (hindari dosis ganda).
Obat analgetik dapat menyebabkan rasa kantuk atau pusing. Beritahu pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi/kewaspadaan sampai efek obat hilang.
Beritahu dokter bila merasa gatal, kemerahan, demam, kedinginan, pengli¬hatan terganggu, tinitus, edema, tinja hitam, diare, atau sakit kepala.
Evaluasi
Rasa nyeri berkurang.
PENYULUHAN
Hasil yang ingin dicapai
Pasien clan keluarga dapat menjelaskan & mendemonstrasikan :
Kondisi & prosedur - Obat-obatan & terapi. - Aktivitas / perawatan diri.
Diet.
Tindak lanjut yang diperlukan.
Metode
Ceramah.
Diskusi.
Materi
Kondisi & prosedur
Pasien & keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini, keluhan-keluhan yang dialami, seperti sakit pads daerah operasi, nyeri, sakit bila bergerak, perasaan mual, kadang muntah.
Informasikan tentang tindakan pengobatan & perawatan yang akan diberikan untuk mengatasi keluhan pasien setelah operasi.
Jelaskan pads pasien clan keluarga
Bila pasien mengalami sakit/nyeri pads daerah operasi, gunakan obat anti sakit yang tersedia.
Perasaan sakit pads daerah sekitar operasi adalah hal yang normal setelah operasi clan akan berkurang atau hilang setelah 2 - 3 hari. Informasikan pads dokter yang merawat bila terjadi peningkatan suhu tubuh beberapa hari setelah operasi.
Bila terjadi perdarahan segera bawa ke dokter yang merawat.
Usahakan tidak batuk keras untuk mencegah terjadinya perdarahan. Bila perlu minta obat batuk pads dokter yang merawat.
Obat-obatan dan terapi
Penyuluhan yang dibutuhkan adalah mengenai Hama obat, manfaat dosis, waktu, cara pemberian, efek samping, Berta keluhan ¬keluhan yang harus dilaporkan.
Aktivitas / perawatan diri
Sesudah pengaruh narkose hilang, pasien dianjurkan mobilisasi secara bertahap, perawatan diri yang perlu diperhatikan adalah memelihara kebersihan luka operasi, jangan basah, kotor dan memperhatikan tanda-tanda infeksi pads daerah operasi. Batasi aktivitas / latihan yang berat.
Diet
Bila sudah sadar betul, pasien diperbolehkan makan & minum.
Tidak ada pantangan.
Tindak lanjut yang diperlukan
Sesuai dengan program medik pengontrolan untuk mengevaluasi penyembuhan luka dan melakukan konsultasi pads dokter yang merawat.
http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HERNIA

PENGERTIAN
Keluarnya isi rongga tubuh atau abdomen lewat suatu celah pada dinding yang mengelilinginya
TIPE HERNIA
-Hernia Redusible :
Jaringan yang keluar mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen.
-Hernia Iredusible :
Jaringan yang keluar tidak mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen karena adanya plengketan pada kantong tsb.
-Hernia Stranggulata :
Leher kantong sebagai torniquet menyumbat aliran darah shg lumen usus dan usus menjadi kematian jaringan beberapa jam.

MACAM HERNIA
-H. Diafragmatika
-H. Inguinalis/Scrotalis
-H. Femoralis
-H. Umbilikalis
-H. Insisional
-H. Epigastrika

ETIOLOGI
-Kongenital
-Kegemukan
-Kehamilan
-Batuk kronis
-Mengangkat benda berat

PATOFISIOLOGI
-Defek dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal atau karena trauma.
-Tekanan intraabdominal meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan, mengangkat berat, batuk dan cedera traumatik tekanan tumpul.
-Bila kedua faktor ini bersama dengan kelemahan otot, maka mengalami hernia.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
-Pemberian penyokong atau bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk.
-Insisi untuk membuang kantung hernia dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Pada insufisiensi massa otot digunakan graft mata jala tembaga (steel mesh) utk menguatkan area herniasi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri (saat mengejan) bd kondisi hernia atau intervensi pembedahan
Tujuan :
Nyeri menurun dalam 1 jam intervensi, ditandai penururunan skala nyeri, tidak meringis.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat keadaa nyeri ; jenis, lokasi, durasi, pencetus, yang menurunkan nyeri.
-Beri tahu untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat berat. Anjurkan menekan insisi dengan tangan atau bantal selama batuk.
-Ajarkan tentang pemasangan penyokong skrotal tau kompres es untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
-Gunakan tindakan distraksi, interaksi verbal, gosokan punggung dan latihan relaksasi.
-Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi kemih bd nyeri, trauma dan penggunaan anestesi selama pembedahan abdomen bawah.
Tujuan :
Pasien berkemih tanpa kesulitan, ditandai haluaran 100 ml setiap berkemih dan 1000-1500 ml lebih dalam 24 jam.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat distensi suprapubik atau tidak bisa berkemih
-Pntau haluaran urine.
-Permudah berkemih dengan posisi.

3. Kurang pengetahuan ; komplikasi GI bd adanya hernia dan tindakan untuk mencegah kekambuhan.
Tujuan :
-Pengetahuan meningkat, ditandai pasien mengungkapkan tanda dan gejala komplikasi GI.

Intervensi Keperawatan :
-Ajarkan untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, mual dan muntah, demam, distensi abdomen yang memperberat serangan inkarserata atau strangulasi usus.
-Anjurkan diet atau suplemen tinggi serat dan masukkan cairan 2-3 liter perhari.
-Ajarkan mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2008/12/askep-hernia.html


Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita.

Bagian-bagian Hernia
1. kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan hernia intertitialis.
2. isi hernia
Berupa organ atau jaringa yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus.
3. pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.
4. leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia
5. locus minoris resistence (LMR)











Causa Hernia
1. Kongenital
a) Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu
b) Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
2. Aquisital
Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh factor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a) Tekanan intraabdominal yang tinggi
Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK. Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, asites, dll.
b) Konstitusi tubuh
Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringa ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c) Banyaknya preperitoneal fat
Banyak terjadi pada orang gemuk.
d) Distensi dinding abdomen
Karena peningkatan tekanan intrabdominal.
e) Sikatrik
f) Penyakit yang melemahkan dinding perut


Klasifikasi
1. berdasarkan klinis
• H. Reponibilis
Organ yang mengalami hernia (isi) bias keluar masuk kantong hernia secara aktif maupun pasif, dapat direposisi tanpa operasi.
• H. Irreponibilis
Organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke cavum abdominalis kecuali tanpa bantuan operasi.
• H. Strangulasi
Adalah H. Irreponibilis yang sudah terjadi gangguan vaskularisasi.
• H. Incaserata
Adalah H. Irreponibilis yang sudah disertai tanda-tanda ileus mekanik, di mana usus terjepit.
2. berdasarkan arah herniasi
• H. Eksterna
Penonjolannya dapat dilihat dari luar.
a. H.I.Medialis dan Lateralis
b. H. Femoralis
c. H. Umbilicus
d. H. Epigastrica
e. H. Lumbalis
f. H. Obturatoria
g. H. Semilunaris
h. H. Perinealis
i. H. Ischiadica
• H. Interna
Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum abdomen.
a. H. Epiploici Winslowi
Herniasi viscera abdomen melalui foramen omentale
b. H. Bursa Omentalis
c. H. Mesenterica
d. H. Retroperitonealis
e. H. Diafragmatica
3. berdasarkan keberadaan kantong hernia
• H. berkantong
• H. tidak berkantong
4. berdasarkan waktu berlangsungnya
• H. Insipidus/iminen
Hernia tahap awal dimana gejala yang ditimbulkan masih sangat sedikit. Pasien belum merasa sakit, hanya rasa tidak enak pada perut.
• H. Richter/H.Littre
Merupakan H. Incaserata atau Strangulasi di mana hanya sebagian dari lingkaran usus yang tersangkut. Tetapi benjolan hernia tidak ditemukan. Pada H. Littre mengandung diverticulum meckel.
• H. Manifest
Hernia yang sudah turun melalui jalan hernia dan teraba ada benjolan.
5. hernia lainnya
• H. Sliding
Isi kantong hernia adalah dinding posterior dari hernia itu sendiri.
• H. Intertitialis
Dimana sebagian usus terletak antara 2 lapisan dinding abdomen.
• H. Permagna
Hernia di mana lebih dari separuh rongga perut masuk ke kantong hernia.
• H. Unilateral
Hernia yang terjadi pada satu sisi tubuh saja.
• H. Duplex
Hernia yang terjadi pada kedua sisi tubuh.
• H. Pantolan
Yaitu H.I.L. dan medialis terjadi bersamaan pada satu sisi tubuh yang sama.



Diagnosis
1. Anamnesa
a. Adanya benjolan dilipat paha (hernia inguinalis, femoralis)
b. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau daerah paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
c. Nyeri yang disertai mual atau muntah (bila terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren).
d. Pada hernia strangulata suhu badan dapat meninggi/normal
e. Pada hernia epigastrika penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada kelainan kandung ampedu, tukak peptik atau hernia hiatus esophagus.
f. Pada hernia obturatoria didapatkan keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parastesia didaerah panggul, lutut dan bagian medial paha akibat penekanan pada n.obturatorius.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
i. Hernia reponibel
• terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin,atau mengedan dan menghilang setelah berbaring
ii. Hernia inguinalis
• Lateralis
muncul penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
tonjolan berbentuk lonjong
• medialis
tonjolan biasanya biasanya terjadi bilateral
tonjolan berbentuk bulat

iii. Hernia skrotalis
• Benjolan yang terlihat sampai ke skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis
iv. Hernia femoralis
• Benjolan dibawah ligamentum inguinal
v. Hernia epigastrika
• Benjolan dilinea alba
vi. Hernia umbilikal
• Benjolan diumbilikal
vii. Hernia perineum
• Benjolan di perineum

b. Palpasi
Caranya :
• Titik tengah antar SIAS dengan tuberculum pubicum (A.I.L)ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu adalah H.I.Medialis
• Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (A.I.M) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekanmaka dapat diasumsikan sebagai H.I.Lateralis
• Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti H.I.L., jika di medialnya H.I.Medialis
i. Hernia inguinalis
• Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funiculus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera.
• Kantong hernia yang berisi, maka tergantung isinya. Mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.
• Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan . kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
ii. Hernia femoralis
• Benjolan lunak di lipat paha dibawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkulum pubikum
iii. Hernia inkarserata
• Nyeri tekan

c. Perkusi
i. Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulate

d. Auskultasi
i. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata)

e. Colok dubur
i. Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg (hernia obturatoria)



3. Pemeriksaan laboratorium
a. Nekrosis/ gangrene pada hernia strangulata didapatkan leukositosis
b. Radiologis, untuk hernia interna

Diagnosis banding
1. Hidrokel testis/funikuli
2. Varikokel
3. Limfadenopati inguinal
4. abses inguinal

Penatalaksanaan
1. Terapi umum
a. Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
• Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunkan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui lejher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut dioperasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan Trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.

• Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.
• Sabuk Hernia
digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative kecil.
b. Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional
2. Hernioplastik endoskopi
Hernia inguinalis
a. Pengobatan konservatif
i. terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera
b. Pengobatan operatif
i. Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
• Herniotomi
 Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
• Hernioplasti
Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis

Penanganan Hernia Incaserata
• Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah operasi secepatnya untuk menghilangkan ileus.
• Jenis operasi : herniotomy. Prinsipnya adalah membuka dan memotong kantong hernia kemudian mengeluarkan isi kantong hernia (usus) dan mengembalikannya ke tempat asalnya hingga ileus hilang.
• Pada hernia irreponibilis dapat kita perkirakan hal-hal yang akan terjadi pada isi hernia berdasarkan perhitungan waktu, yaitu :
- kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat dianggap isi hernia baru saja terjepit
- 24-48 jam : isi hernia mulai mengalami ischemia
- 48-72 jam : mulai terjadi ganggren
- > 3 hari : isi hernia nekrosis
• Selain dengan perhitungan waktu, keadaan isi hernia juga dapat dilihat dari :
- warna usus (membiru, ischemic atau necrose)
- penilaian vaskularisasi
berikan NaCl hangat selama 5 menit pada usus, bila terjadi perubahan warna dari kebiruan menjadi kemerahan berarti usus masih baik (viabnle)
bila setelah pemberian NaCl hangat warna usus tetap biru berarti usus telah mengalami nekrose (non-viable), harus direseksi secara end to end

- kemampuan peristaltic usus
bila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltic berarti keadaan usus masih baik (viable)
• Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non-viable, maka setelah herniotomy dilakukan reseksi usus non-viable tadi lalu lubang hernia ditutup dengan hernioraphy dan hernioplasty.
• Bila keadaan umum pasien jelek, usus non-viable, maka untuk tahap awal tetap dilakukan hernotomy kemudian usus yang non-viable tadi dikeluarkan dan diletakkan di atas paha yang dikenal dengan istilah VORLAGERUNG (letakkan di muka/ di luar). Dibuat lubang pada usus untuk keluarnya feses. Setelah keadaan umum pasien membaik baru operasi dapat dilanjutkan.
• Indikasi Vorlagerung :
- usus non-viable
- KU pasien jelek
- Narcose (pembiusan) yang lama


HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Definisi
HIL adalah hernia yang melalui annulus inguinalis lateralis/abdominalis/internus dan mengikuti jalannya spermatic cord di cannalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan (externus) sampai scrotum.
Anatomi canalis inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu saluran miring dengan panjang 4 cm pada orang dewasa. Canalis inguinalis memiliki 2 dinding (anterior dan posterior), 2 pintu (annulus inguinalis lateral/internus dan annulus inguinalis medialis/externus), punya lantai dan atap.
Dinding anterior : aponeurosis m.obliquus externus abdominis dan diperkuat oleh serabut-serabut m. obliqus internus dan kadang-kadang m. transverses abdominalis.
Dinding posterior : fascia tranversa yang di sebelah medial diperkuat oleh conjoint tendon (gabungan tendo dari m. tranversus abdominis dengan m.obliqus internus). Dan di belakangnya ada peritoneum parietale.
Lantai : permukaan superior ligamentum inguinalis dan ligamentum lacunae
Atap : tepi bebas dari m. obliqus internus (muka) dan tepi bebas dari m. transversus abdominalis
Hernia sering terjadi melewati kanalis ini, yang masuk dari annulus ingunalis lateralis terutama pada laki-laki karena ada jalur yang dibentuk akibat penurunan testis dari kavum obdominale menuju scrotum. Hernia jenis ini dikenal dengan nama hernia ingunalis lateral atau hernia ingunalis indirek atau hernia oblique. Jika isi hernia sampai ke scrotum disebut hernia scrotalis.
Pada hernia ingunalis lateralis akan membentuk penonjolan diatas ligamentum ingunale yang berbentuk lonjong. Hernia ingunalis lateralis juga dapat terjadi pada wanita dan penonjolan terjadi pada labium mayus. Tapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Canalis ingunalis berjalan dari dorso cranial lateral ke ventrocaudal medial. Canalis ini banyak dilalui nervi dan vasa darah. Di sebelah dalam ia disilangi oleh vasa epigastrica inferior (cabang vasa iliaca externa).
Jadi untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dengan medialis adalah berdasarkan letaknya terhadap a/v epigatrica inferior.
Isi : Funicullus spermaticus
A dan V spermatica
N. Ilioinguinal
N. Iliofemoral
LMR
a. Kongenital
Pada annulus inguinalis lateralis/internus. Hal ini sesuai proses embriologik turunnya testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Normalnya akan terjadi obliterasi dari processus vaginalis peritonii. Pada keadaan ini terjadi kegagalan obliterasi proc. Vaginalis peritonii (proc. Vaginalis peritonii persisten). Saat bayi mengejan dan menangis, pada daerah lipat paha terlihat bentukan seperti pita halus disebut Silk Sign.
b. Aquisital
Pada bagian lateral fovea ingunalis lateralis di mana ductus deferens dan vasa spermatica berlalu di tempat itu. Jadi buak di annulus inguinalis.

http://asuhankesehatan.blogspot.com/2009/03/hernia.html

BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut lipat paha pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 1996, hal 235).

B. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.
(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal 706; Sachdeva, 1996, hal 235).

C. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314).

E. PATHWAYS KEPERAWATAN





F. FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.

f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
(Doenges, 1999, hal 320 – 321)
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, spasme otot
Kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
2) mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
3) mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor pencetus atau yang memperberat
Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap therapy.
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi lateral
Rasional : Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan discus.
3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar discus intervertebralis.
4) Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional : memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapy
Rasional : Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.
b. Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis situasional, perubahan status kesehatan
Kriteria hasil:
1) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
2) Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan ketrampilan pemecahan masalah.
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya sebelumnya dan sekarang
Rasional : Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi keadaannya sekarang.
2) berikan informasi yang akurat
Rasional : Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan pad pengetahuannya.
3) berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya
Rasional : Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu diungkapkan dan diberi respon.
4) Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien
Rasional : Orang terdekat mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungannya.
c. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot
Kriteria hasil:
Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan pengobatan individual.
Intervensi:
1) Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
Rasional : Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur yang kurang hati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
2) Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka terhadap rangsang.
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional : Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
4) Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional : Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot.
5) Berikan atau Bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif, pasif
Rasional : Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
d. resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah, mual, gangguan peristaltic usus
Kriteria hasil:
1) Meningkatkan masukan oral.
2) Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.
Intervensi:
1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan menentukan intervensi yang sesuai dan mempercepat proses penyembuhan.
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan dengan klien tujuan masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil
Rasional : Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan energi yang untuk beraktivitas.
3) Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
Rasional : Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan intervensi yang akurat dan sesuai dengan kondisi klien.
4) Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau klien dalam melakukan personal hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan memberi kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi.
5) Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan mengurangi nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan masukan oral.
e. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan hematoma
Kriteria hasil:
Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.
intervensi:
1) Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional : Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan resolusi edema, inflamasi sekunder.
2) Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam
Rasional : Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan resiko hematoma.
3) Pantau tanda-tanda vital catat kehangatan, pengisian kapiler
Rasional : Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi akibat kehilangan darah, pembatasan pemasukan oral mual, muntah.
4) Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai indikasi
Rasional : Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat hipovolemi.
(Doengoes, 1999; Carpenito, 1997)

DOWNLOAD ASKEP PALING BAIK KLIK ALAMAT DIBAWAH INI
http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2009/03/download-asuhan-keperawatan-medikal.html

Senin, 18 Mei 2009

granuloma

GRANULOMA

Granuloma Hepatik (Hepatic Granulomas)

DEFINISI
Granuloma Hepatik (Hepatic granuloma adalah gumpalan kecil yang tidak normal pada sel yang terbentuk ketika gangguan tertentu ada.
PENYEBAB
Granuloma itu sendiri biasanya tidak menyebabkan masalah, tetapi gangguan yang menyebabkan mereka bisa terjadi. Granuloma memiliki banyak penyebab. Yang paling sering adalah obat-obatan, infeksi, dan gangguan tertentu yang mempengaruhi seluruh tubuh. tuberculosis dan schistosomiasis (yang adalah infeksi) dan sarcoidosis adalah penyebab paling umum. Granuloma bisa terjadi pada sirosis biliary primer.

Granuloma bisa terbentuk ketika sel pada sistem kekebalan tubuh bersamaan bereaksi terhadap iritan atau untuk pertahanan tubuh melawan benda asing di dalam hati. Peradangan dapat terjadi. Jika hal ini menyebar luas, hati bisa rusak, jaringan fibrous dan hipertensi portal terbentuk.
GEJALA
Granuloma sendiri biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala. Hati bisa sedikit membesar, dan penyakit kuning ringan (perubahan warna kekuningan pada kulit dan putih pada mata) bisa terbentuk. Gejala-gejala lain, jika terbentuk, dihasilkan dari gangguan yang menyebabkan granuloma. Granuloma disebabkan oleh sarcoidosis bisa muncul dengan tiba-tiba atau berlangsung lama untuk beberapa tahun tanpa menyebabkan gejala-gejala nyata apapun.

Radang hati idiopatic granuloma ( Idiopathic granulomatous hepatitis)adalah gangguan langka yang penyebabnya tidak diketahui. itu menyebabkan granuloma, demam, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala-gejala ini seringkali terjadi dengan sebentar-sebentar untuk beberapa tahun.
DIAGNOSA
Dokter menanyakan pertanyaan seputar penggunaan obat dan gangguan lain yang bisa menyebabkan granuloma. Dokter juga melakukan tes darah untuk meneliti fungsi hati dan tes imaging, seperti ultrasonografi, computed tomography (CT), atau magnetic resonance imaging (MRI). Meskipun begitu, hasilnya tidak meyakinkan. Biopsy (pengangkatan contoh kecil pada jaringan hati dengan jarum untuk diteliti di bawah mikroskop) diperlukan untuk memastikan diagnosa. Tes lain, seperti kultur, kemungkinan dibutuhkan untuk mengidentifikasikan penyebab.
PENGOBATAN
Gangguan yang mendasari diobati. Berhenti menggunakan obat atau menghilangkan infeksi biasanya menyebabkan granuloma hilang. Kadangkala kortikosteroid digunakan untuk mengobati sarcoidosis, tetapi apakah mereka mencegah gangguan tersebut dari perkembangan adalah tidak pasti.
http://medicastore.com/penyakit/3161/Granuloma_Hepatik_Hepatic_Granulomas.html

Granuloma Inguinale
DEFINISI

Granuloma Inguinale adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Calymatobacterium granulomatis, yang menyebabkan peradangan menahun pada alat kelamin.

Sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.

PENYEBAB

Bakteri Calymatobacterium granulomatis.

GEJALA

Gejala mulai timbul dalam waktu 1-12 minggu setelah terinfeksi.
Gejala awalnya berupa bintil-bintil merah yang tidak nyeri, yang secara perlahan tumbuh menjadi benjolan bulat dan menonjol.

Bagian tubuh yang terkena pada pria adalah penis, buah zakar, selangkangan dan paha, sedangkan pada wanita meliputi vulva, vagina dan kulit di sekitarnya.
Pada pria dan wanita, daerah lainnya yang juga terkena adalah dubur, bokong dan wajah.

Pada akhirnya benjolan tersebut akan menutupi alat kelamin.
Penyembuhannya berlangsung lambat dan bisa terbentuk jaringan parut.

Biasanya benjoolan tersebut akan terinfeksi oleh organisme lainnya.
Jika tidak diobati, bisa menyebar ke seluruh tubuh, yaitu ke tulang, persendian atau hati dan menyebabkan penurunan berat badan, demam serta anemia.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan benjolan merah terang yang khas.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh pinggiran benjolan.

PENGOBATAN

Bisa diberikan antibiotik seperti streptomisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol dan trimetroprim-sulfametoksazol.
6 bulan setelah pengobatan, penderita harus diperiksa untuk memastikan bahwa infeksi sudah berhasil diatasi.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/13390-granuloma-piogenik/

Granuloma Piogenik DEFINISI
Granuloma Piogenik adalah lesi pembuluh darah di kulit yang tampak sebagai penonjolan berwarna merah, coklat atau biru-hitam, disertai pembengkakan jaringan di sekitarnya.

PENYEBAB
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi granuloma piogenik seringkali muncul setelah terjadinya cedera pada kulit.

GEJALA
Granuloma piogenik merupakan benjolan kecil di kulit yang mudah mengalami perdarahan karena kulit yang melapisinya sangat tipis.
Sering timbul pada kulit yang mengalami cedera.

Biasanya ditemukan di tangan dan lengan atau wajah.
Granuloma piogenik bisa timbul selama kehamilan, bahkan tumbuh di gusi (tumor kehamilan).




DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Bisa dilakukan biopsi untuk memastikan bahwa lesi ini bukan merupakan suatu keganasan.

PENGOBATAN
Kadang granuloma piogenik menghilang dengan sendirinya.
Bisa dilakukan pembedahan atau elektrokoagulasi untuk mengangkat granuloma.

http://medicastore.com/penyakit/367/Granuloma_Piogenik.html

Granuloma Annuler
DEFINISI
Granuloma Annuler adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan adanya benjolan kecil yang kenyal (nodul), yang membentuk cincin dengan bagian tengah yang normal atau agak cekung.

Granuloma annuler paling sering menyerang anak-anak dan dewasa muda.




PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

Pada sekelompok kecil penderita, sekumpulan nodul granuloma annuler timbul jika kulit terpapar sinar matahari.

GEJALA
Nodul pada granuloma annuler tampak berwarna kekuningan atau sewarna dengan kulit di sekitarnya; bisa ditemukan 1 atau beberapa cincin.

Biasanya tidak menimbulkan nyeri atau gatal.
Paling sering ditemukan di kaki, tungkai, tangan atau jari tangan.




DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan biopsi.

PENGOBATAN
Biasanya granuloma menghilang dengan sendirinya tanpa perlu diberikan pengobatan khusus.

Untuk mempercepat hilangnya nodul, bisa diberikan corticosteroid dalam bentuk krim atau disuntikkan langsung ke dalam nodul.

http://medicastore.com/penyakit/807/Granuloma_Annuler.html
RINGKASAN
Granuloma piogenik (GP) adalah suatu tumor vaskuler benigna yang didapat pada kulit atau membran mukosa yang
tampak sebagai papul atau nodul vaskular yang cepat tumbuh,Telah dilaporkan kasus granuloma piogenik pada anak
perempuan usia 4 tahun yang datang ke poli kulit dan kelamin RS DR Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan benjolan
merah di kelopak atas mata kirinya. Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran anamnesis, gambaran klinis dan
pemeriksaan histopatologi. Tindakan yang dilakukan adalah shave eksisi dan kauterisasi.(J Med Nus. 2004; 25:133-135)
PENDAHULUAN
Granuloma piogenik (GP) atau biasa juga disebut hemangioma kapiler lobular (lobular capillary hemangioma)1-3 atau
granuloma telangiektatik (granuloma telangiectaticum)3-5 adalah lesi vaskuler yang berkembang dengan cepat atau
merupakan suatu hemangioma tipe kapiler yang berhubungan dengan trauma sebelumnya.3,5-7 Penggunaan istilah
granuloma piogenik sebenarnya tidak tepat karena tidak terdapat proses piogenik dan tidak mempunyai tanda
karakteristik dari suatu granuloma.1,4
Dapat terjadi pada semua umur, tetapi sering terjadi pada umur rata-rata 6.7 tahun dan dewasa muda. Sering mengenai
muka, jari, gingiva dan daerah lain yang mudah terkena trauma.6
Penyebab pasti GP sampai sekarang belum diketahui, tetapi biasanya timbul didahului oleh trauma.2,6
Granuloma piogenik berupa papul atau nodul vaskuler, lunak, warna kemerahan, terlihat seperti daging mentah, mudah
berdarah jika kena trauma ringan. Permukaan lesi awalnya tipis/halus dengan epidermis yang utuh, tidak ada pulsasi,
tidak sakit dan keluhan utama penderita adalah perdarahan yang berulang. Pada keadaan lanjut, jika terjadi perdarahan,
permukaan lesi ulserasi superfisial dan krusta.1,6
Bila tidak ditangani maka lesi GP cenderung menetap.3 Pada GP yang kecil dan superfisial dapat terjadi regresi
spontan. Penanganan GP meliputi bedah eksisi, kauterisasi dan kuretase, laser.
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan, usia 4 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RS Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 23 Juni
2004 dengan keluhan benjolan di kelopak atas mata kiri.
Benjolan tersebut mulai timbul saat usianya kira-kira 2 tahun. Mula-mula kecil dan makin lama membesar. Dahulu sering
berdarah, tetapi akhir-akhir ini tidak lagi. Benjolan tidak gatal, tidak nyeri dan tidak pernah diobati. Riwayat trauma
sebelumnya di tempat benjolan disangkal oleh orang tua penderita.
Status dermatologi :
Lokasi : palpebra superior mata kiri.
Effloresensi : papul berukuran kira-kira 0,5x0,5x0,5 cm, kenyal, warna kemerahan, permukaan licin, mengkilat.
Diagnosis sementara : Granuloma piogenik
Diagnosis banding : Hemangioma
Tindakan : Shave eksisi dan kauterisasi (bedah listrik)
Proses : Dilakukan desinfeksi pada daerah operasi dengan betadin. Kemudian dilakukan anestesi infiltrasi pada kulit
disekitar tumor. Tumor dijepit dengan tangan dan dilakukan pengguntingan pada dasarnya yang melekat pada kulit.
Segera sesudahnya dilakukan kauterisasi pada tempat pemotongan dengan cepat untuk mencegah perdarahan dan
rekurensi.
Penderita diberi obat gentamisin krim dan dianjurkan untuk kembali setelah ada hasil pemeriksaan histopatologi.
Hasil pemeriksaan histopatologi :
Makro : jaringan kulit ukuran 0,3x0,2x0,2 cm, padat, kenyal
Mikro : jaringan dilapisi epidermis, di bawahnya terdapat proliferasi pembuluh-pembuluh darah kecil, bentuk lobulated
dengan infiltrat radang limfositik di sekitarnya.
Kesimpulan : Sesuai untuk Granuloma piogenik.
Diagnosis akhir : Granuloma piogenik
Anjuran : Penderita dianjurkan segera kembali bila muncul benjolan yang sama.
http://med.unhas.ac.id Powered by Joomla! Generated: 18 May, 2009, 08:43
DISKUSI
Granuloma piogenik (GP) adalah suatu tumor vaskuler benigna yang didapat pada kulit atau membran mukosa yang
tampak sebagai papul atau nodul vaskular yang cepat tumbuh, dapat berukuran 0,5-1 cm, jarang yang melebihi 1 cm
tetapi ada yang sampai 5 cm,4-7 Pada kasus ini lesi berupa papul berdiameter kira-kira 0,5 cm, kenyal, warna
kemerahan, permukaan licin, mengkilat, yang sesuai untuk gambaran GP.
Penyakit ini biasanya pada anak-anak, dengan rata-rata umur 6,7 tahun,1 dan jarang pada anak kurang dari 6 bulan dan
lesi ini akan berkurang dengan bertambahnya umur.1,6,8 Tetapi Naimer et al melaporkan satu kasus GP setelah
sirkumsisi pada bayi usia 1 bulan.8
Dikatakan pertumbuhan awal GP sangat cepat dan setelah beberapa minggu pertumbuhannya melambat.1,5,9 Pada
kasus ini, anak tersebut telah menderita sejak 2 tahun lalu, dimana pada lesi makin lama makin membesar.
Tempat predileksi sering mengenai muka, jari, gingiva dan daerah lain yang mudah terkena trauma.4,6
Pada pasien ini didiagnosis banding dengan hemangioma dimana gambaran klinisnya dapat menyerupai GP yaitu papul
atau nodul merah. Tetapi hemangioma ini biasanya sudah ada sejak lahir atau pada minggu-minggu pertama, dan
didahului oleh makula hipopigmentasi atau eritem.6
Penyebab pasti granuloma piogenik sampai sekarang belum diketahui. Namun trauma sejak dahulu dianggap sebagai
penyebab utama, dimana pada suatu penelitian ditemukan 7% kasus mempunyai riwayat trauma.1 Dikatakan trauma
bentuk penetrasi yang tersering. Pada kasus-kasus lain penderita tidak mengingat adanya trauma, tetapi pekerjaan atau
situasi lesi menyebabkan trauma minor dapat terjadi.5 Seperti pada kasus ini orang tua anak menyangkal adanya
trauma sebelumnya, tetapi mengingat lokasi di kelopak mata yang mudah kena trauma minor, mungkin sebelumnya
terdapat trauma minor yang tidak disadari.1 Pengaruh hormonal, viral onkogen, malformasi arteriovenous mikroskopik
dan produksi faktor angiogenik diduga juga berperan. Pertumbuhan lesi akibat terapi retinoid sistemik atau protease
inhibitor telah dilaporkan, tetapi fenomena ini belum sepenuhnya dimengerti.1
Gambaran histopatologis GP terdapat proliferasi pembuluh darah kecil, yang akan menerobos epidermis dan
membentuk tumor globular yang bertangkai, yang dibatasi oleh epidermis yang koleret.1,4-5 Kadang-kadang terdapat
erosi dan ulserasi di permukaannya.1 Proliferasi pembuluh darah ini terdapat pada stroma gelatinous, yang tidak
terdapat kolagen pada stadium awal dan relatif kaya musin. Sel-sel endotel membengkak seperti pada jaringan granulasi
yang baru, membatasi pembuluh darah dalam lapisan tunggal dan dikelilingi oleh campuran populasi sel fibroblast, sel
mast, sel plasma dan pada permukaan yang erosi terdapat lekosit PMN. Pada lesi yang lebih tua cenderung lebih
terorganisasi dan sebagian fibrosis.1,5 Hal ini sesuai dengan gambaran histopatologis kasus ini, terdapat proliferasi
pembuluh-pembuluh darah yang dilapisi epidermis dengan infiltrasi sel radang limfosit.
Penatalaksanaan GP dapat dilakukan dengan biopsi ‘shave’, ‘punch’, eksisi skalpel atau laser, kuretase dan kauterisasi
koagulasi.1-3,5 Tetapi ada yang mengatakan jangan melakukan kauterisasi pada lesi yang besar atau luas, sebaiknya
dieksisi.10 Semua modalitas tersebut kuratif asalkan lesi terangkat sempurna.1-2,5 Skleroterapi.1,3 dan kauterisasi
kimiawi dengan perak nitrat telah dilakukan oleh beberapa praktisi.1,10 Pada GP yang kecil dan superfisial dapat terjadi
regresi spontan, tetapi hal ini jarang.2,5
Holbe et al memperkenalkan suatu cara yang mudah dilakukan terutama untuk anak-anak karena tidak membutuhkan
anestesi yaitu dengan mengikat tangkai GP sedekat mungkin dengan dasar kemudian ditutup dan beberapa hari
kemudian GP akan nekrosis dan lepas dengan sendirinya. Kekurangan cara ini hanya tidak dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologis. Jadi cara ini hanya dilakukan pada kasus yang secara klinis jelas suatu GP.3
Tanpa melihat modalitas terapi yang digunakan, rekurensi bisa mencapai 40-50%.1,9 Ada yang mengatakan bahwa
terjadi rekurensi karena proliferasi pembuluh darah pada dasar lesi meluas dalam pola konus ke dermis bagian dalam.
Pada beberapa tempat seperti lipatan kuku atau bagian anterior jari, sangat beralasan untuk melakukan kuretase.5
Bilamana memungkinkan, dapat dilakukan eksisi elips sempit tetapi dalam di bawah lesi dan menutupnya dengan
jahitan,1,5,9 karena cara ini memberikan angka kesembuhan tertinggi.9
Pada pasien ini dilakukan pemotongan tangkai GP (eksisi ‘shave’) dilanjutkan kauterisasi. Hal ini dilakukan karena tidak
mungkin dilakukan eksisi skalpel, walaupun dikatakan angka kesembuhannya tinggi dengan cara ini. Cara lain tidak
dilakukan karena diperlukan pemeriksaan histopatologis.
Granuloma piogenik biasanya timbul dan menetap sebagai lesi soliter. Tetapi setelah pengangkatan atau destruksi lesi
soliter, dapat terbentuk lesi satelit multipel dengan gambaran histopatologis yang sama di sekitar tempat terapi. Lesi
satelit ini paling sering di punggung, dada atau badan.4,5,9

KESIMPULAN
Telah dilaporkan suatu kasus Granuloma piogenik pada kelopak mata kiri atas seorang anak usia 4 tahun. Tindakan
yang dilakukan adalah eksisi “shave” dan kauterisasi. Sampai saat ini ( sudah 8 bulan ) penderita tidak kembali,
diharapkan tidak terjadi rekurensi.
DAFTAR RUJUKAN
1. Pierson JC. Pyogenic Granuloma (Lobular Capillary Hemangioma). Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic753.htm. Accessed on September 19, 2004.
2. Pyogenic granuloma. Available at http://health.yahoo.com/health/ency/adam/ 001464/treatment. Accessed on
Medical Faculty of Hasanuddin University
http://med.unhas.ac.id Powered by Joomla! Generated: 18 May, 2009, 08:43
September 19, 2004.

http://med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=172


Identifikasi
Granuloma inguinale adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakte\ri, menyerang kulit dan selaput lendir genitalia externa, daerah inguinal dan anal. Penyakit ini berlangsung kronis, progresif dan destruktif, penularannya sangat lambat. Penyakit ditandai dengan munculnya nodula, papula menyebar secara pelaha-lahan, tidak lunak, exuberant, granulomatous, ulcerative dan terjadi pembentukan jaringan parut.

Lesi berbentuk khas berupa granuloma berwarna merah seperti daging sapi, meluas kepinggir dengan ciri khas pada ujungnya menggulung dan akhirnya membentuk jaringan ikat. Lesi tidak mudah remuk (nontriable). Lesi biasanya muncul pada bagian-bagian tubuh yang hangat dan lembab, misalnya didaerah lipat paha, daerah perianal, serotum, vulca dn vagina. Hampir 90% daerah yang terkena adalah daerah genitalia, daerah inguinal sekitar 10%, daerah anal sekitar 1-5%.

Apabila tidak diobati penyakit ini sangat destruktif dan dapat merusk struktur alat kelamin dan menyebar denan cara auto inokulasi kebagian lain dari tubuh. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium yaitu dengan ditemukannya Donovan bodies yaitu organisme berbentuk batang didalam sitoplasma. Donovan bodies dapat dilihat pad preparat jaringn granulasi yag diwarnai dengan pengecatan Wright atau Giemsa. Pemeriksaan histologis juga dapat dilakukan terhadap jaringan biopsi. Tanda phatoguonomis dan penyakit ini adalah pada pemeriksaan mikroskopis sel-sel mononuklear yang terinfeksi dipenuhi dengan Donovan bodies.Tidak dilakukan kultur, oleh karena sangat sulit dilakukan. Pemeriksaan serologis dan pemeriksaan PCR hanya dilakukan untuk tujuan penelitian. Untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi disebabkan oleh Haemophilus ducrey dapat dilakukan dengan kultur menggunakan media selektif.


2. Penyebab Penyakit
Calymmatobacterium granulomatis (Donovania granulomatis), basil gram negatif, diduga sebagai penyebab, namun belum pasti.

3. Distribusi Penyakit
Jarang ditemukan di negara maju (jarang ditemukan di Amerika Serikat, KLB kadang-kadang juga terjadi). Penyakit ini endemis di wilayah tropis dan subtropis seperti: India Selatan, Papua Nugini, Australia tengah dan utara, kadang-kadang Amerika Latin, Kepulauan Karibia, Afrika bagian tengah dan timur selatan. Lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita dan pada orang dengan status sosial ekonomi rendah; dapat terjadi pada anak berumur 1-4 tahun, tetapi paling dominan pada usia 20-40 tahun.

4. Reservoir: Manusia.

5. Cara Penularan
Diduga melalui kontak langsung dengan lesi selama melakukan hubungan seksual tetapi dalam berbagai studi hanya 20-65% pasangan seksual yang terinfeksi, ada beberapa kasus penularan bukan melalui hubungan seksual.

6. Masa Inkubasi: Tidak diketahui, mungkin antara 1 sampai 16 minggu.

7. Masa Penularan
Tidak diketahui, penularan mungkin tetap berlangsun selama masih ada lesi terbuka pada kulit atau membrana mukosa.

8. Kerentanan dan Kekebalan
Kerentanan sangat bervariasi, tidak terbentuk setelah mendapatkan infeksi.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Upaya Pencegahan
Kecuali cara-cara yang dapat diterapkan hanya untuk sifilis, maka cara-cara penanggulangan untuk sifilis, seperti yang diuraikan pada 9A berlaku juga untuk pencegahan granuloma inguinalae. Program penyuluhan kesehatan masyarakat pada daerah endemis ditekankan mengenai pentingnya diagnosa dini dan pengobatan dini.

B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Penyakit ini wajib dilaporkan di semua negara bagian di Amerika Serikat dan negara lain didunia, Kelas 3B (lihat pelaporan tentang penyakit menular).
2) Isolasi: Tidak ada, hindari kontak yang erat dengan penderita sampai lesi sembuh.
3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari lesi dan terhadap barang-barang yanga tercemar.
4) Karantina: Tidak ada.
5) Imunisasi Kontak: Tidak dilkakukan, berikan pengobatan dengan segera apabila secara klinis dicurigai telah terjadi infeksi.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan terhadap kontak seksual.
7) Pengobatan spesifik: Erythromycin, TP-SMX dan doxycycline, dilaporkan cukup efektif tetapi strain resisten terhadap obat dapat terjadi. Pengobatan diteruskan selama 3 minggu sampai lesi sembuh, kambuh jarang terjadi tetapi kalau terjadi maka respons terhadap pengobatan kedua kurang. Dosis tunggal dengan cefriaxone IM atau ciprofloxacin PO dilaporkan juga cukup efektif.

http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wc97199c1eede7.htm

Tumor adalah pertumbuhan abnormal yang terjadi pada suatu jaringan tubuh. Secara umum, bibit tumor tercetus ketika ada semacam masalah dalam pertumbuhan dan pergantian sel di dalam tubuh.

Memang tidak mudah mengukur bagaimana tumor dapat timbul di dalam tubuh kita. Setiap hari sel mengalami regenerasi, sel baru diproduksi untuk menggantikan sel lain yang telah tidak berfungsi dengan baik.
Sel yang rusak secara otomatis diganti dan disingkirkan dari tubuh karena berpotensi menimbulkan penyakit.

Jika keseimbangan jumlah antara sel baru dan yang mati terganggu, kemungkinan besar tumor akan terjadi. Hal ini mengakibatkan sistem imunitas tubuh akan terganggu.


A. Penyebab Tumor
1. Pemakaian rokok yang mengandung nikotin dan zat-zat adiktif lainnya.
2. Benzene dan zat kimia lain yang berada di lingkungan, diserap oleh darah sehingga meracuni seluruh jaringan tubuh.
3. Mengonsumsi minuman beralkohol
4. Sinar radiasi matahari yang tidak mampu ditahan oleh jaringan kulit hingga menembus ke dalam dan membuat karakteristik kulit berubah
5. Masalah genetis
6. Gaya hidup yang tidak sehat
7. Obesitas (kegemukan)
8. Akibat radiasi

Virus tertentu dapat pula menyebabkan tumor tumbuh menjadi tidak terkendali. Virus itu antara lain cervical cancer (human papilomavirus) dan hepatocellular carcinoma (virus hepatitis B).

Jenis tumor dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. jenis kelamin
2. umur
3. lingkungan
4. genetika
5. faktor diet

B. Penyakit yang dimenyertai tumor:
1. Batuk yang berkepanjangan
2. Napas pendek-pendek dan menekan dada
3. Pada kasus tumor kolon, sering kali si penderita mengalami penurunan berat badan yang drastis, terjadi diare berat, konstipasi, anemia, dan tekanan darah yang tak terkontrol
4. Demam hebat dalam frekuensi yang sering

C. Berbagai tes untuk mengetahui seseorang terkena tumor
1. Tes Biopsy
2. Memeriksa kandungan kimia dalam darah
3. Bone marrow biopsy (sering digunakan pada tes lymphoma atau leukimia)
4. Melakukan uji sinar X Ray pada bagian dada
5. Completeblood count (CBC)
D. Perawatan bagi Penderita Tumor:

Perawatan yang diberikan pada penderita tumor sangat bergantung pada tipe tumor, penyebab, juga lokasi tumor tumbuh. Jika dalam pemeriksaan tumor yang dimaksud tidak mempunyai kemungkinan untuk menyebar, dan area nya sangat aman dan tidak menimbulkan kerusakan organ di dekatnya, maka tidak diperlukan perawatan yang serius.

Sering kali tumor dapat dihilangkan dengan perawatan standar. Tapi untuk tumor otak, harus dilakukan operasi yang harus mengikuti prosedur tingkat tinggi dan amat ketat. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi efek merusak yang bisa terjadi di sekitar lokasi pembedahan.

Perawatan yang dilakukan untuk tumor berat:
1. Pembedahan
2. Radiasi
3. Kemoterapi
4. Kombinasi antara ketiga model perawatan di atas.
E. Pencegahan tumor:
1. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi tinggi
2. Berolahragalah secara teratur
3. Hindari minum minuman beralkohol
4. Diet untuk merawat berat badan
5. Mengurangi risiko tubuh agar tidak terkena radiasi dan keracunan zat kimia
6. Tidak merokok
7. Mengurangi kontak dengan sinar matahari secara langsung
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tumor.htm