Senin, 11 Agustus 2008

PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA


Waspadai Pre-eklamsia Saat Hamil
Pre-eklamsia kerap terjadi saat hamil, akibat tekanan darah yang tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urin, setelah kehamilan berusia 20 minggu. Meski 'hanya' peningkatan tekanan darah, tapi dapat berakibat fatal yang memungkinkan terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi yang dikandung.Pre-eklamsi akan hilang saat melahirkan, sehingga bila pre-eklamsi terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan, dokter akan mengambil tindakan untuk segera mengeluarkan bayi. Tapi bila pre-eklamsi terjadi di awal kehamilan, maka dokter akan berusaha memperpanjang kehamilan sampai bayi dianggap telah cukup untuk lahir.GEJALA Gejala terjadinya preklamsia adalah naiknya tekanan darah (hipertensi) dan kadar protein dalam urin yang berlebihan (proteinuria), setelah kehamilan mencapai 20 minggu. Kelebihan protein akan mempengaruhi kerja ginjal. Gejala lain yang bisa terjadi, antara lain:- Sakit kepala.- Masalah penglihatan, termasuk kebutaan sementara, pandangan buram dan lebih sensitif pada cahaya/silau.- Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah rusuk sebelah kanan.- Muntah.- Pusing.- Berkurangnya volume urin.- Berat badan yang naik secara cepat, biasanya di atas 2 kg per minggu.- Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan, sering menyertai pre-eklamsia walau tidak selalu, sebab edema kerap terjadi pada kehamilan yang normal.PENYEBABPre-eklamsi dulunya dikenal sebagai toksemia, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah ibu hamil. Meski teori ini sudah dibantah, tetapi penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah:- Kelainan aliran darah menuju rahim.- Kerusakan pembuluh darah.- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.- Diet atau konsumsi makanan yang salah.FAKTOR RISIKOPreeklamsia hanya terjadi pada saat hamil, sehingga faktor risikonya, antara lain:A) Sejarah preklamsia. Ibu hamil dengan sejarah keluarga menderita preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena preeklamsia.B) Kehamilan pertama. Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.C) Usia. Ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.D) Obesitas. Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas.E) Kehamilan kembar. Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia.F) Kehamilan dengan diabetes. Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan kehamilan.G) Sejarah hipertensi. Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.Penelitian di tahun 2006 terhadap ibu hamil dengan kadar protein tinggi, diketahui mempengaruhi perkembangan dan fungsi pembuluh darah. Kesimpulan ini membantah teori preeklamsia yang disebabkan akibat ketidaknormalan pembuluh darah menuju plasenta. Tetapi pemeriksaan darah tetap merupakan alat yang efektif untuk mendiagnosa preeklamsia.PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSAPre-eklamsi dinyatakan bila Anda mengalami hipertensi dan kadar protein urin tinggi, di kehamilan di atas 20 minggu. Diagnosa ini baru diketahui saat Anda melakukan pemeriksaan rutin sebelum kelahiran.Tekanan darah normal pada saat hamil, biasanya lebih rendah dari 130/85 mmHg. Di atas 140/90 mmHg masih dapat dinyatakan normal, bila hanya terjadi sekali. Tapi bila dipemeriksaan ulang tekanan darah masih belum normal, dapat diindikasikan adanya ketidaknormalan. Pemeriksaan lebih teliti akan dilakukan, disertai dengan tes lanjutan untuk mengetahui kadar protein dalam urin. Dokter juga akan menganjurkan Anda untuk melakukan pemeriksaan hati dan ginjal. Pemeriksaan sel darah juga dilakukan, untuk mengetahui adanya kemungkinan sel yang menghambat aliran darah. Dokter akan memonitor lebih ketat perkembangan janin, biasanya dengan USG.Agar janin tetap memperoleh pasokan oksigen dan makanan yang cukup, ibu hamil dengan preklamsia dianjurkan untuk melakukan tes stres janin dengan mengukur pergerakan bayi dan denyut jantung bayi.KOMPLIKASI1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta. Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.2. Lepasnya plasenta. Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.3. Sindrom HELLP. HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.4. Eklamsia. Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.TERAPI & PENYELAMATANSatu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada preeklamsi di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah:Bed restMengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan. Anda diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan Anda diminta beristirahat di rumah sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin.Obat hipertensi. Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada preklamsia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila harus terjadi kelahiran prematur.Melahirkan. Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah yang terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin. PENCEGAHANKarena penyebab pastinya belum diketahui, dokter akan meminta ibu hamil untuk mengurangi konsumsi garam, meski dianggap tidak efektif menurunkan risiko preeklamsia. Periksalah kehamilan secara teratur, untuk mengetahui kondisi ibu dan janin. Preklamsia yang terdiagnosa lebih awal, akan memudahkan dokter menyarankan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya.Sebuah penelitian di tahun 2006, lebih dari 70 persen wanita yang mengkonsumsi multivitamin dan menjaga berat tubuh sebelum hamil terbukti risiko terkena preeklamsianya lebih rendah.Suplemen nutrisi ditengarai mampu menurunkan risiko terkena preeklamsia, tapi Anda harus sangat selektif. Konsultasikan pada dokter, sebelum mengkonsumsi suplemen di saat hamil.GANGGUAN TEKANAN DARAH LAINNYA SAAT HAMIL1. Hipertensi kehamilan. Ibu hamil dengan hipertensi kehamilan, tetapi tidak mengalami kelebihan protein dalam urin. Hipertensi kehamilan ini juga dapat berkembang menjadi preeklamsia.2. Hipertensi kronis. Tingginya tekanan darah yang terjadi sebelum kehamilan usia 20 minggu atau 12 minggu setelah kelahiran.3. Preeklamsia superimpose pada hipertensi kronis. Ibu hamil dengan hipertensi kronis sebelum kehamilan dan berkembang lebih buruk, karena memiliki protein dalam urin yang berlebihan saat kehamilan.
Pre eklamsi adalah suatu keadaan yang dialami oleh ibu hamil, dimana terjadi peningkatan tekanan darah (diatas 140/90 mmHg) pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Pre eklamsi ada 2 macam , pre-eklamsi ringan ( tekanan darah 140/90mmHg) dan pre-eklamsi berat (tekanan darah diatas 160/110 mmHg). Bila pre-eklamsi tidak segera dikelola akan menjadi eklamsi (kejang). Keadaan ini sangat berbahaya bagi ibu dan janin, bisa terjadi kelumpuhan sampai kematian janin dan ibu. Wanita yang berisiko untuk terkena pre-eklamsi dan eklamsi diantaranya wanita dengan kehamilan pertama, usia <> 35 th, punya riwayat tekanan darah tinggi. Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin selama hamil untuk deteksi dini timbulnya pre-eklamsi.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Nausea dan vomitus adalah gejala klinis hiperemesis gravi
darum, biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke dua sampai ke
empat, muntah-muntah yang hebat akan menyebabkan
dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis karena
kehilangan asam hidroklorik dan hipoka1emia.
Penyakit ini dapat menyebabkan peningkatan kadar
transaminase, retensi BSP, infiltrasi lemak pada hati, ikterus
jarang terjadi dan biasanya ringan
Semua kelainan pada hati tersebut akan normal kembali
dengan memperbaiki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa tubuh
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09PenyakitHatipadaKehamilan110.pdf/09PenyakitHatipadaKehamilan110.html
Hampir Semua Ibu Hamil MengalaminyaDari data epidemiologi, mual dan muntah dalam kehamilan, atau sering disebut nausea dan emesis gravidarum adalah hal yang wajar dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama dalam trimester pertama kehamilan. Menurut penelitian, 60% sampai 80% dari wanita yang pertama kali mengandung (primigravida) dan 40% sampai 60% dari wanita yang sudah pernah mengandung (multigravida) mengaku mengalami masalah mual muntah ini.
Tetapi satu dari seribu wanita yang mengandung tersebut mengalami gejala lebih berat dari biasanya yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum sebenarnya memiliki gejala yang sama dengan mual muntah pada umumnya (nausea dan emesis gravidarum), hanya gejalanya lebih berat yang ditandai mulai dengan terganggunya aktivitas ibu sehari-hari, gejala yang berkepanjangan sampai keadaan umum ibu yang memburuk yang mengharuskan ibu dirawat di rumah sakit, bahkan yang lebih berat lagi dapat mengancam nyawa si ibu dan bakal sang buah hati.
Penyebab yang MungkinBanyak teori yang berusaha menjelaskan mekanisme terjadinya. Salah satu teori yang menyatakan adanya keterlibatan hormon estrogen. Sebenarnya mekanisme peranan estrogen juga belum jelas, mungkin langsung mempengaruhi sistem saraf pusat yang mengatur refleks muntah atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Teori ini dperkuat dengan penelitian bahwa para penderita hiperemesis gravidarum memiliki kemungkinan melahirkan anak wanita 1,5 kali lebih banyak dibanding anak laki-laki dimana hormon estrogen ini sangat berperanan dalam diri seorang wanita. Hormon HCG, hormon yang dihasilkan oleh ari-ari (placenta) bayi, juga disebut-sebut ikut mempengaruhi mekanisme terjadinya mual muntah.
Teori yang lain mengatakan adanya peranan reaksi alergi sebagai respon jaringan ibu terhadap jaringan anak yang dianggap sebagai jaringan asing. Selain itu ada juga yang menyebutkan faktor psikologis sebagai faktor yang berperanan. Seperti, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan akan menyebabkan konflik mental internal yang secara secara tidak sadar akan memperberat gejala mual muntah ini.
GejalanyaSebenarnya, tidak ada batas yang jelas antara mual muntah yang wajar atau fisiologis dengan yang berlebihan atau yang dikenal dengan hiperemesis gravidarum ini. Patokan yang umum dipakai adalah keadaan umum penderita. Jika keadaan umum penderita ikut terpengaruh, penderita harus dicurigai sebagai hiperemesis gravidarum. Gejala penyakit ini sangatlah bervariasi. Berikut gejala-gejala yang dapat diwaspadai sebagai hiperemesis garvidarum dari yang ringan sampai berat:• muntah-muntah berkepanjangan• merasa lemah, nafsu makan berkurang berat badan turun• nyeri di ulu hati (epigastrium)• lidah kering, mata cekung,jumlah air seni (urin) berkurang• nadi cepat, tekanan darah turun• kesadaran yang terganggu lalu menurun.
TipsSekalipun derajat mual muntah akan berbeda pada tiap orang, kita harus tetap menyiasati agar gejalanya dapat diperingan bahkan dihilangkan. Berikut tips-tips berguna bagi Anda:
Tips pertama, pengaturan pola diet. Cara ini cukup banyak membantu dalam mencegah maupun mengatasi penyakit ini. Makanlah dalam jumlah kecil tapi sering, hindari makanan berlemak dan berprotein tinggi, perbanyak minuman yang mengandung soda hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keasaman lambung, serta memperbanyak konsumsi teh herbal yang mengandung mentol atau jahe. Anda juga dapat menambah jumlah konsumsi makanan atau suplemen yang mengandung vitamin B1 dan B6.
Tips kedua, adalah penting bagi Anda untuk menghindari yang namanya stress, ada baiknya jika tekanan-tekanan lingkungan datang, Anda dapat mengasingkan diri dulu sesaat dengan pergi ke luar ruangan sebentar atau ke kamar mandi, sehingga tekanan-tekanan itu dapat Anda lalui dengan mudah. Ada baiknya juga untuk menghabiskan sedikit waktu Anda untuk menghirup udara pagi yang segar agar hari Anda menjadi lebih baik. Selanjutnya Anda harus dapat menyakinkan diri Anda sendiri bahwa rasa mual muntah ini akan dapat Anda dilalui dengan baik. Dan juga motivasi diri Anda dengan mengharapkan anugrah Ilahi yang akan Anda dan suami dapatkan setelah melalui semua ini. Secara keseluruhan, peranan orang-orang terdekat sangat berperan penting, terutama suami, dalam membangun situasi yang nyaman serta dukungan moral bagi si ibu yang mengalaminya.
Sangat MemuaskanIni kabar gembiranya, saat ini dengan penanganan yang baik oleh pihak-pihak yang berkompeten serta dengan medikasi yang tepat, penyakit ini mempunyai angka kesembuhan yang sangat memuaskan. Tentunya hal ini cukup dapat mengatasi rasa khawatir Anda jika Anda harus mengalaminya. (Pandu Diputra)
ReferensiPrawirohardjo, Sarwono, et al. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2005.Widjanarko, Bambang. Ilmu Ginokolgi Dasar. Bag. Obstetri Ginekologi FK Universitas Atma Jaya. Jakarta: 2006.
Hiperemesis Gravidarum Mual dan Muntah pada Kehamilan
Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan muda. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, bisa setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama sekitar 10 minggu. Mengapa ini bisa terjadi?
-----------------

MUAL dan muntah terjadi pada 60%-80% wanita dengan kehamilan pertama (primigravida) dan 40-60% pada wanita yang sudah pernah hamil (multigravida). Satu di antara 1.000 kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual disebabkan meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisioogik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meski gejala mual dan muntah berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
Penyebab keadaan ini belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi yang dikemukakan adalah:
1. Sering pada primigrvida, hamil anggur, dan kehamilan ganda. Frekwensi tinggi pada hamil anggur dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut HCG dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal (menempelnya plasenta pada rahim ibu) dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini adalah merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik, seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tak jarang dengan memberikan suasana baru sudah dapat mengurangi frekwensi muntah.
5. Faktor endokrin seperti hipertiroid dan diabetes dan lain-lain.
Jika hiperemesis gravidarum terjadi terus menerus, dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit. Dehirasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Di samping itu dapat juga menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Dapat pula terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung dengan akibat perdarahan saluran pencernaan. Umumnya, robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada. Tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum, yang menurut berat ringannya dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sbb.;
1. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada ulu hati. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, ketegangan kulit menurun, lidah mengering, dan mata cekung.
2. Penderita tampak lebih lemah dan apatis, ketegangan kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kekuningan. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, kencing sedikit, dan buang air besar tak lancar. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat berkurangnya zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

Pencegahan dan Terapi
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum. Keadaan begini yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
Pengelolaan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah umur kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi makanlah roti kering dan teh hangat. Makan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Hindari kekurangan karbohidrat, makanlah makanan yang banyak mengandung gula.
Jika dengan cara tersebut keluhan dan gejala tak berkurang, maka diperlukan pengobatan. Sedativa (obat yang punya efek mengantuk) yang sering diberikan adalah Phenobarbital, vitamin B1 dan B6, antihistamin seperti dramamin dan avomin. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antimuntah (antiemetik) seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
Hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dirawat di rumah sakit, dengan rincian sbb.;
* Pada beberapa penderita hanya tidur di rumah sakit saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.
* Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dengan peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Kadang dengan hal ini gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
* Terapi psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta hilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
* Pemberian cairan infusdekstrose atau glukosa 5% 2-3 liter sehari.
* Penghentian kehamilan. Pada sebagian kecil kasus, keadaan bisa tak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil karena di satu pihak tak boleh dilakukan terlalu cepat, namun di lain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

* dr. km. alit widnyana
Adapun morning siknes
Apa itu Morning sickness ? Morning sickness atau rasa mual dan muntah biasanya terjadi pada masa 3 bulan awal kehamilan (trimester pertama kehamilan).
Setiap wanita hamil akan memiliki tingkat derajat mual yang berbeda-beda, ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tapi ada juga yang merasa mual dan bahkan ada yang merasa sangat mual dan muntah setiap saat sehingga memerlukan pengobatan (hiperemesis gravidarum).
Ingat setiap wanita hamil spesial dengan karakteristik masing-masing, begitu juga anda!

Beberapa tips untuk membantu anda mengatasi “morning sickness” atau mual-muntah selama awal kehamilan: • Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan membuat anda bertambah mual. Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering. • Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual anda. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dll • Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila anda merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snak atau biscuit didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya dahulu sebelum anda mencoba untuk berdiri. • Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual anda. • Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat. • Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi anda tetap memerlukan folat untuk kehamilan anda ini. Bila mual muntah sangat hebat, konsultasikan ke dokter anda sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan anda konsumsi. Dan dokter anda mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan. • Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil. Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter anda untuk pemakaiannya. • Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Penelitian di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa mualnya. • Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa mual muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa mual anda. . Ambilan waktu untuk anda! cobalah beristirahat yang cukup dan santai, dengarkan musik, membaca buku bayi atau majalah kesayangan anda dll. Hadapilah kehamilan anda dengan kebahagian, karena ini adalah anugerahNya.:-) Ingat! Hubungi dokter anda bila mual-muntah menjadi sangat hebat, sehingga anda tidak dapat makan atau minum apapun juga sehingga dapat menimbulkan kekurangan cairan/dehidrasi. (Hiperemesis gravidarum). Percayalah Morning sickness atau mual muntah pada kehamilan awal ini akan segera berlalu tanpa anda sadari dan ini akan menjadi salah satu pengalaman menarik selama kehamilan anda---bayangkan saja tentang si kecil yang akan segera hadir membawa sejuta kebahagian.:) © Dr.Suririnah
A. Konsep Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
a. Menurut Prof. Sarwono Prawirohardjo dalam buku ilmu kebidanan Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan muda yang mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
b. Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH dalam buku sinopsis obstetri Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan terjadi dehidrasi.
c. Menurut Prof. Ida Bagus, Gde Manuaba DSOG dalam buku ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berkelanjutan sehingga menganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit.
d. Dalam buku kapita selakta kedokteran
Hiperemesis Gravidarum adalah apabila seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan menurun, dihidrasi dan terdapat aseton dalam urine.
e. Dalam buku obstetri potologi
Hiperemesis Gravidarum adalah apabila seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan menurun turgor kulit kurang, dan timbul aceton dalam urine.
2. Etologi
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil mola hidatidosa.
Sebagai kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin , sedangkan pada hamil ganda dan mola hidahdosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya Hiperemesis Gravidarum.
b. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum belum jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang mendadak kehamilan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis Gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
c. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan terjadinya Hiperemesis Gravidarum.
3. Pot fisiologi
Peranan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat menyebabkan clehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urine, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbun nya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak mennyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom malory weiss) sehingga terjadi perdarahan gastro Intestinal (Mans joer, 2001,259).
4. Kalsifikasi dan gejala klinis
Berdasarkan berat ringanya, gejala, Hiperemesis dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
a. Tingkat I (Hiperemesis Gravidarum ringan)
b. Tingkat II (Hiperemesis Gravidarum sedang)
c. Tingkat III (Hiperemesis Gravidarum berat)
(Manuba, 1998,210)
Gambaran gejala Hiperemesis Gravidarum secara klinis sesuai dengan tingkatan Hiperemesis Gravidarum, yaitu :
a. Hiperemesis Gravidarum tingkat I : Ringan
1) Muntah terus menerus lebih dari 10 x / hari
2) Keadaan umum lemah
3) Tidak mau makan
4) Berat badan menurun
5) nyeri di darah epigastrium
6) Turgor kulit mengunang / tonusnya lemah
7) nadi meningkat sekitar 100 x / menit dan tekanan darah menurun.
8) lidah mengering dan mata cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum tingkat II sedang
1) Mual dan muntah yang hebat
2) Keadaan umum lebih lembah dan apatis
3) Turgor kulit lebih berkembang
4) Lidah menyaring dan tampak kotor
5) Nadi kecil dan cepat serta tekanan darah turun.
6) Suhu kadang-kadang naik.
7) Mata sedikit ikterik / ikterik ringan
8) Berada badan turun.
9) Hiperemesis Gravidarum, oliguria dan konstipasi.
10) Nafas berbau aseton.
c. Hiperemesis Gravidarum tingkat III berat
1) Muntah berkurang atau berlebih
2) Keadaan umum makin menurun, tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, keadaan dihidarasi makin jelas
3) Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
4) Gangguan kesadaran dalam bentuk, samnolen sampai koma
(Manuaba, 1998, 210-211).

5. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, penumoni aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan perdarahan ruptur eso fagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaraan darah janin berkurang.
6. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terhadi Hiperemesis :
a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
b. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
c. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.
7. Penatalaksanaan
Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.
d. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada Hiperemesis Gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :
1) Sedativa ringan
a) Phenobarhal (luminal) 30 mgr
b) Valium
2) Inti Alergi
a) Medramer
b) Dramamin
c) Avemim
3) Obat anti mual-muntah
a) Mediamer B6
b) Emetrole
c) Stimetil
d) Avopreg
4) Vitamin
a) Terutama vitamin B kompleks
b) Vitamin C
e. Mengentikan kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirrum, kebutaan, takhikardi, iklerus, anuriq, dan perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organik dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terputik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat tetapi dalam pihak tidak boleh menunggu sampai menjadi gejala irreversibel pada organ vital (Prawirohardjo, 1992).

B. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus kepada klien (Varnery, 1997).
Manajemen kebidanan terdiri dari tuju langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dari pengorganisasian pemikiran dan langkah-langkah tindakan dalam suatu urutan logis yang menguntungkan baik pasien ataupun memberikan : adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Langkah I
Tahap pengkajian dan pengumpulan data dasar. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi iklan :
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksa Khusus
d. Pemeriksaan penunjang.
Tahapan ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikut sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi dan akan menentukan proses interprestasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Pendekatan ini hendaklah bersifat komprehensif meliputi data subjektif dan objektif dan hasil pemeriksaan, sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.
2. Langkah II
Interprestasi data untuk mengidentifikasi diagnosa / masalah-masalah. Pada langkah ini lakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interprestasi yang akurat atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang di alami untuk diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Langkah III
Antisipasi diagnosa / masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya pada langkah ini kita perlu mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan arahan yang aman. Kaji ulang apakah diagnosa atau masalah yang diidentifikasi sudah tepat.
4. Langkah IV
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau, dokter untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota himpunan kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Pada langkah ini data baru, mungkin saja di kumpulkan dan evaluasi kemudian dapat ditentukan tindakan yang akan dilaksanakan antara lain :
Tindakan oleh bidan
Dalam hal ini bidan harus bertindak segera untuk menyelamatkan jiwa ibu, selama tindakan tersebut masih merupakan wewenang bidan dan bidan mampu melakukannya.
Konsultasi
Dalam melaksanakan manajemen kebidanan bidan dapat mengonsultasikan klien kepada dokter atau him medis lainnya sesuai kan keadaan klien.
Kolaborasi
Dalam keadaan gawat bidan dapat bekerjasama dengan dokter, dukun melakukan tindakan terhadap klien dimana klien memerlukan penanganan yang bukan merupakan wewenang seorang bidan.
Rujukan
Jika bidan tidak mampu untuk mengatasinya masalah yang timbul pada klien, bidan dapat merujuk klien ke Instansi yang lebih mampu.
5. Langkah V
Menyusun Rencana usulan yang menyeluruh
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi dan di antisipasi rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang di identifikasi dari kondisi klien dan setia masalah yang berkaitan tetapi dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah di butuhkan setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien tersebut agar bisa efektif. Oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakan (Pusdiknakes, hal 34).
6. Langkah VI
Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman.
Dalam pelaksanaan tindakan, dapat seluruhnya dilakukan oleh bidan yang sebagian lagi oleh klien atau anggota him kesehatan lainnya jika bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan dengan waktu, biaya yang dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.
7. Langkah VII
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.
Langkah ini merupakan pengecekan apakah rencana asuhan telah memenuhi kebutuhan pasien. Sebagai mana yang telah di identifikasi dalam masalah dan diagnosa. Harus dinilai rencana dan tindakan yang dilakukan efektif atau tidak bila tidak efektif, perlu kembali mengulangi asuhan tersebut dari awal untuk mengidentifikasi mengenai tidak efektifnya tindakan yang telah diperlukan serta melakukan penyesuaian padan rencana tersebut (JHPIEGO,2004.
Hormon tropik adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar anterior pituitary yang mengatur berbagai aktivitas tubuh.
Sediaan hormon tropik yang banyak digunakan dalam medis adalah hormon yang mempengaruhi fertilitas (kesuburan) yaitu Clomiphene citrate. Clomifene adalah selective estrogen receptor modulator (SERM), dengan indikasi sebagai berikut :
Infertilitas (ketidaksuburan/kemandulan) pada pasien wanita dengan amenore (tidak haid), sindroma Stein-Leventhal, dan perdarahan rahim abnormal dimana terjadi gangguan ovulasi.
Meningkatkan spermatogenesis pada pasien pria dengan oligospermia (jumlah sel mani dalam air mani kurang).Clomifene bekerja dengan menghambat aksi Estrogen pada sel Gonadotrope di kelenjar anterior pituitary. Dengan rendahnya kadar Estrogen, pelepasan hormon FSH (follicle-stimulating hormone) ditingkatkan, yang mempengaruhi laju ovulasi yang lebih tinggi dan kehamilan.
Clomifene dapat mengakibatkan ovulasi multi, dan berhubungan dengan peningkatan kesempatan untuk menghasilkan anak kembar
Dibandingkan dengan FSH murni, kemungkinan sindrom hiperstimulasi ovarium lebih rendah. Yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko kanker ovarium dan penambahan berat badan.Cetrorelix acetate
Sediaan hormon tropik lainnya adalah Cetrorelix acetate untuk injeksi adalah dekapeptida sintetik dengan aktivitas antagonis terhadap hormon GnRH (gonadotropin-releasing hormone).
Cetrorelix acetate menghambat efek yang disebabkan oleh hormon GnRH. GnRH mengontrol pelepasan hormon lainnya, yaitu hormon LH (luteinizing hormone), yang menginduksi ovulasi (pelepasan telur dari ovarium) pada siklus menstruasi.
Pada pengobatan hormon untuk stimulasi ovarium, ovulasi prematur mungkin terjadi pada sel telur yang tidak cocok dengan kesuburan. Cetrorelix acetate menghambat prematur ovulasi yang tidak diinginkan.
Cetrorelix acetate digunakan untuk mencegah ovulasi prematur sepanjang terapi stimulasi ovulasi terkontrol.Bromokriptin
Bromocriptine mengurangi kadar prolaktin. Prolactin adalah hormon yang penting untuk memproduksi ASI dan tingkat kesuburan normal pada wanita. Bromocriptine juga mempengaruhi senyawa kimia yang disebut Dopamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh.
Bromocriptine diindikasi untuk mengobati amenorrhea, ketidaksuburan pada wanita; pengeluaran ASI yang tidak normal; hypogonadisme; penyakit Parkinson; dan acromegaly, kondisi dimana terlalu banyak hormon pertumbuhan pada tubuh.
Ada dua cara bagaimana terapi Bromokriptin mempengaruhi prolactinomas. Pertama mereduksi level serum dari prolaktin, sehingga mengurangi efek fisiologisnya (seperti amenorrhea, galactorrhea, ketidaksuburan dan kehilangan libido).
Kedua mengurangi ukuran pituitary adenomas yang mengeluarkan prolaktin. Meskipun hampir semua respon prolactinomas terhadap terapi Bromokritin dengan mengurangi ukuran dan pengeluaran prolaktin, kedua aspek respon dari terapi tersebut terkadang saling mempengaruhi.
Kurangnya respon terapi pada ukuran atau tidak mampunya menurunkan kadar prolaktin ke kadar normal biasanya diindikasikan untuk melakukan operasi.Somatropin
Somatropin adalah hormon alami pertumbuhan pada manusia. Hormon pertumbuhan manusia sangat penting pada tubuh untuk pertumbuhan tulang dan otot.
Somatropin digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan pertumbuhan karena kekurangan hormon pertumbuhan, gagal ginjal kronis, sindrom Turner, dan beberapa kasus kekerdilan yang tidak diketahui penyebabnya.
HCG
Human Chorionic Gonadatrophin (hCG) adalah hormon yang bekerja mirip LH (luteinising hormone) yang secara normal diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pada anak laki-laki LH dan juga hCG memberitahu testis untuk memproduksi hormon sex laki-laki (testosterone).
Pada anak perempuan, hCG memberitahu ovarium untuk memproduksi progesteron tetapi hal ini terjadi hanya pada masa kehamilan. sehingga hCG lebih bemanfaat bagi anak laki-laki dibanding anak perempuan.
Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon peptida yang diproduksi pada masa kehamilan, yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan selanjutnya oleh syncytiotrophoblast (bagian dari plasenta).
HCG mengatur untuk mencegah perpecahan dari corpus luteum pada ovarium dan juga mempertahankan produksi progesteron yang penting pada kehamilan pada manusia. HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan.FSH
Follicle stimulating hormone (FSH) adalah hormon yang disintesa dan disekresikan oleh gonadotropes di kelenjar anterior pituitary. Di ovarium FSH menstimulasi pertumbuhan Graafian follicles yang belum matang agar menjadi matang. Bersamaan dengan perkembangan follicle, melepas inhibin, yang menghentikan produksi FSH. Pada pria, FSH berkaitan dengan produksi dari androgen-binding protein oleh sel Sertoli pada testes dan hal ini penting untuk spermatogenesis. FSH dan LH bekerja secara sinergi pada reproduksi.
Pada wanita yang sedang mengalami mestruasi, kelenjar pituitari di dalam otak dapat mendeteki apakah ovarium memproduksi estrogen dengan jumlah yang tepat. Jika wanita belum mendapatkan periodenya dan tidak ada estrogen yang dibuat, kelenjar pituatari di otak akan melepas hormon FSH (follicle-stimulating hormone). FSH mengirimkan sinyal ke ovarium untuk mulai membuat estrogen.
Ovarium anda akan merespon pada sinyal ini dan mulai melepas estrogen. Bila estrogen telah dilepaskan, kelenjar pituatari akanmenghentikan pelepasan FSH sehingg FSH di dalam tubuh akan menurun.Hal ini seperti digambarkan pada gambar berikut:
Untuk pemilihan hormon tropik dan preparatnya yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari hormon tropik dan preparatnya yang telah diresepkan dokter secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli hormon tropik dan preparatnya sesuai kebutuhan anda.

KEHAMILAN EKTOPIK



kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) adalah suatu kehamilan dimana janin berkembang diluar rahim, yaitu di dalam tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim), rongga panggul maupun rongga perut. dalam keadaan normal, sebuah sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium (indung telur) dan masuk ke dalam tuba falopii. di dalam tuba, dengan dorongan dari rambut getar yang melapisi tuba, dalam waktu beberapa hari, sel telur akan mencapai rahim. biasanya sel telur dibuahi di dalam tuba falopii tetapi tertanam di dalam rahim. jika tuba tersumbat (misalnya karena infeksi), maka sel telur akan bergerak secara lambat atau tertahan. sel telur yang telah dibuahi tidak pernah sampai ke rahim dan terjadilah kehamilan ektopik. resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada: - kelainan tuba falopii - sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik - pemakaian des (dietilstilbestrol) - kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi, dimana dilakukan pengikatan atau pemotongan tuba). kehamilan ektopik biasanya terjadi pada salah satu tuba falopii (kehamilan tuba). kehamilan ektopik bisa berakibat fatal dan harus segera diatasi. gejala dari kehamilan ektopik adalah spotting dan kram. gejala ini timbul karena ketika janin mati, lapisan rahim dilepaskan seperti yang terjadi pada menstruasi yang normal. jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi kerusakan tuba falopii. jika janin terus tumbuh, bisa menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi perdarahan. jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah. biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian bawah, lalu pingsan. gejala ini biasanya menunjukkan bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan hebat ke dalam perut. kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam tubah dan sebagian di dalam rahim. keadaan ini menyebabkan kram dan spotting. janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya pada minggu ke 12-16. jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga telah terjadi kehamilan ektopik. pada usg rahim tampak kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut terlihat darah. laparoskopi digunakan untuk melihat kehamilan ektopik secara langsung. untuk memperkuat diagnosis, dilakukan kuldosentesis, yaitu pengambilan contoh darah yang tertimbun akibat kehamilan ektopik melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat dinding vagina ke dalam rongga panggul. berbeda dengan darah vena atau arteri, darah ini tidak membeku. biasanya harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan kehamilan ektopik. pada kehamilan tuba, biasanya dibuat sayatan ke dalam tuba dan janin serta plasenta diangkat. tuba dibiarkan terbuka agar penyembuhan terjadi tanpa pembentukan jaringan parut karena jaringan parut bisa menyebabkan penderita sulit untuk hamil lagi. prosedur ini kadang dilakukan melalui suatu laparoskopi. jika terjadi kerusakan berat pada tuba dan tidak dapat diperbaiki, maka tuba harus diangkat. jika tidak terdengar denyut jantung janin, pada kehamilan tuba stadium awal bisa diberikan obat metotreksat.



Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri). Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi, istilah ektopik dapat diartikan sebagai "berada di luar tempat yang semestinya".
Walaupun diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim, kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada kornu uteri. Hal ini yang membedakannya dengan istilah kehamilan ekstrauterina. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik akan menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir menjadi kematian.
Etiologi :
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus).
Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
Faktor risiko
a. Infeksi saluran telur (salpingitis) :
Dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur
Dapat menimbulkan divertikel (penonjolan keluar berbentuk kantung), sehingga menjadi semacam jebakan bagi sel telurb. Penyakit peradangan panggul (pelvic inflamatory disease)
c. Riwayat menderita kehamilan ektopik sebelumnya
d. Riwayat operasi tuba
e. Endometriosis
f. Pemakaian hormon estrogen dan progesteron (misalnya, pada kontrasepsi)
g. Cacat bawaan (abnormalitas kongenital) dari saluran telur
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, setiap wanita (setelah menstruasinya yang pertama) mempunyai siklus bulanan yang teratur, sampai ia mengalami menopause. Dalam siklus bulanan ini, akan dilepas sel telur dari ovarium, yang siap untuk dibuahi. Sel telur akan berjalan di sepanjang saluran telur (tuba falopii), menuju ke dalam rahim.
Bila pada sekitar masa-masa itu terjadi hubungan badan, jutaan sperma yang dikeluarkan oleh pasangannya akan 'berenang' masuk ke dalam rahim untuk mencari sang telur. Umumnya, pembuahan akan terjadi di daerah saluran telur yang disebut ampula. Hasil perpaduan sperma dan sel telur itu kita kenal dengan istilah zigot.
Bila tidak ada aral melintang, zigot akan terus melaju untuk mencapai rongga rahim. Sambil melaju, terjadi pula proses pembelahan sel menjadi dua, empat, delapan, enambelas dan seterusnya. Sesampainya di dalam rongga rahim, sel-sel ini akan menanamkan dirinya pada dinding rahim untuk tumbuh berkembang lebih lanjut.
Sayangnya, harapan tidak selalu sama dengan kenyataan. Dalam perjalanan tersebut, bisa saja mereka mengalami hambatan. Hambatan tentu akan memperlambat jalannya sel telur ke dalam rahim. Akibatnya, proses pembuahan bisa terjadi bukan pada tempat seharusnya, dan atau tempat embrio tumbuh bukan di dalam dinding rahim.
Hambatan bisa disebabkan oleh berbagai hal dan bisa terjadi dimana-mana.Hambatan itu misalnya akibat :
Terjadinya gangguan pada jumbai saluran telur (fimbriae), sehingga tidak mampu mengambil telur masuk ke dalam saluran telur Terjadinya gangguan pada kemampuan peristaltik saluran telur, sehingga zigot tidak dapat bergerak secara baik menuju rongga rahimDengan terjadinya hambatan ini, maka hasil pembuahan (zigot) akan tumbuh berkembang di luar tempat yang seharusnya. Ia dapat tumbuh misalnya pada :
1. Saluran telur (tuba falopii)2. Rongga perut (abdomen)3. Indung telur (ovarium)4. Kornu uteri5. Leher rahim (serviks uteri)
Lokasi tersering dari kehamilan ektopik terjadi pada daerah saluran telur, dengan frekuensi tertinggi pada daerah ampula. Daerah ampula adalah suatu daerah yang melebar pada saluran telur.
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut.
Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan, meliputi:
1. Pemeriksaan fisik secara umum2. Pemeriksaan daerah perut (abdomen)3. Pemeriksaan rongga panggul (pelvis)
Pemeriksaan Laboratorium- Pemeriksaan darah lengkap- Pemeriksaan kadar hormon progesteron- Pemeriksaan kadar HCG serum- Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan Penunjang
Kuldosentesis (pengambilan cairan peritoneal dari ekskavasio rektouterina [ruang Douglas], melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina)
Ultrasonografi (USG)Diagnosa banding- Usus buntu (apendisitis akut)- Peradangan daerah panggul
PenatalaksanaanUmumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
PrognosisPenderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk mengalami kehamilan akan menurun.
KomplikasiKomplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya, bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya tuba falopii.(sumber : klinikku.com/Ijs)



Sebuah penelitian yang dilakukan di Perancis mengungkapkan bahwa terapi dengan menggunakan obat metotreksat untuk mengakhiri kehamilan tuba tampaknya tidak menyebabkan dampak yang signifikan terhadap fertilitas di masa selanjutnya. Sel telur yang telah mengalami fertilisasi dan tertanam di dalam tuba falopii dan bukannya di dalam rahim, merupakan suatu keadaan darurat medis. Keadaan yang disebut sebagai Kehamilan Ektopik ini dapat diatasi dengan cara pembedahan ataupun pengobatan dengan medikamentosa “Penatalaksanaan secara medikamentosa untuk kehamilan ektopik tampaknya merupakan alternatif selain cara pembedahan dan menghasilkan fertilitas yang baik,” Dr. Herve Fernandez mengungkapkan kepada Reuters Health. Fernandez dan koleganya dari Rumah Sakit Antoine Beclere di Clamart membuat sebuah catatan dalam jurnal medis Fertility and Sterility bahwa deteksi dini terhadap kehamilan tuba dapat diobati dengan metode yang kurang invasif dan non-bedah. Para peneliti tersebut melakukan survei lanjutan melalui telepon dengan 126 pasien yang telah diberikan pengobatan kehamilan ektopik dengan metotreksat. Hal ini mereka lakukan untuk melihat efek yang mungkin dimiliki oleh pengobatan dengan metotreksat terhadap kesempatan hamil berikutnya. Dari 93 wanita yang berusaha, 76 (82%) di antaranya berhasil hamil. Sebanyak 64 kehamilan terjadi secara spontan dan 12 lainnya merupakan hasil fertilisasi in vitro. Lima puluh dua kehamilan spontan tersebut terjadi di dalam uterus, namun 12 di antaranya mengalami keguguran. Dua belas wanita yang lain kembali mengalami kehamilan ektopik. Setelah mengalami berbagai faktor, para peneliti menemukan bahwa kegagalan untuk hamil hanya berkaitan dengan riwayat infertilitas. Tim ini berkesimpulan bahwa infertilitas lebih tergantung pada riwayat medis sebelumnya yang dimiliki oleh pasien dibandingkan pada pengobatan kehamilan ektopik yang dijalaninya.
http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=17455


Pengertian Kehamilan Ektopik
a. Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan yang tumbuh di luar kavum endometrium (Esensial Obstetri dan Ginekologi, 2001 : 463).
b. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan di tempat yang luar biasa (Obstetri Patologi, 1981 : 21).
c. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus (Ilmu Bedah Kebidanan, 2000 : 198)
d. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Ilmu Kebidanan, 2002 : 323).
e. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplamentasi di luar endomerium rahim, istilah lain : ectopic pregnancy, ectopic gestation dan eccesyesis (Sinapsis Obstetri, 1998 : 226).
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai ateri. Sifat kehamilan ektopik sangat berbahaya, sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, jarang terjadi pada ovarium atau rongga abdomen (perut).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena itu terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
Menurut lokasi kehamilan ektopik dalat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopi
- Pars intertisialis
- Isthmus
- Infundibulum
- Fimbria
2. Uterus
- Kanalis serpikalis
- Divertikulum
- Konua
- Tanduk rudimentete
3. Ovarium
4. Intraligameter
5. Abdominai
- Primer
- Skunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus


Penyebab Kehamilan Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak atau belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik yaitu :
a. Faktor Uterus
1. Tumor rahim yang menekan tuba.
2. Uterus hipopiastis
b. Faktor Tuba
1. Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing.
2. Tuba sempit, panjang da berlekuk-lekuk.
3. Gangguan fungsi rambut getar.
4. Operai dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
5. Endometriosis tuba.
6. Striktur tuba.
7. Divertikel tuba dan kelainan kongenetal lainnya.
8. Perekatan peritubal dan lekukan tuba.
9. Tumor lain menekan tuba.
10. Lumer kembar dan sempit.
c. Faktor Ovum
1. Migrasi eksterna dan ovum.
2. Perlekatan membrana granulosa.
3. rapit cell devision.
4. Migrasi internal ovum.
3. Patofiologi
Ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di kavu uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner dan berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot eldosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis, karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan-lapisan otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janinnya tergantung pada beberapa faktor seperti tempat implantasim, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Gelaja Klinik Kehamilan Ektopik
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk obartus tuba atau terjadi ruptura tuba, mungkin dijumpai rasa nyeri dan kegala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba dalam keadaan lembek. Bil terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen. Dengan demikian pada kehamilan ektopik yang muda dan tidak terganggu terdapat gejala-gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah dan sebagainya. Amenorea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlansung cukup lama dan darah berwarna hitam.
5. Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Pemeriksaan-pemeriksaan untuk membantu diagnosis :
a. Tes Kehamilan
Apabila tes positif itu dapat membantu diagnosis khususnya terdapat tumor-tumor adneks.
b. Dilatasi dan Kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik. Biasanya kerokan dilakukan apabila sesudah amenorea terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus, sehingga diperkirakan abartus inkompliatus. Ditemukan desidua tanpa villus koralis yang diperoleh dari hasil kerokan dapat membawa pikiran ke arah kehamilan ektopik.
c. Laparoskopi
Laparoskopi ini merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting
Untuk diagnosis kehamilan ektopik. Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri.
d. Untrasonografi
e. Kulda sentesis


6. Kondisi Yang Mungkin Terjadi
1. Pada pengobatan konservatif yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung 4 - 6 mg terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding), ini merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi
3. Sub ilens karena massa pelvis.
4. sterilitas.
7. Prognosis
Kehamilan ektopik merupakan sebab kematian yang penting maka diagnosa harus dapat ditentukan dengan cepat, hanya 60 % dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan lagi lebih tinggi.
8. Penanganan
Setelah diagnosa jelas dan sangat disangka KET dan keadaan umum baik atau lumayan segera lakukan untuk :
- Persiapan pengiriman penderita ke Puskesmas, dokter/rumah sakit.
- Pasang infus cairan pengganti.
- Siapkan donor keluarga.
- Sedapat mungkin diantar.
Di Rumah Sakit
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut. Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yakni pengangkatan tuba yang mengandung kehamilan dengan pemberian transfusi darah.
Salfingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu :
- Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok.
- Kondisi tuba buruk
- Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan mengingini fertilitas inuitro.
- Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan ituba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan.
2. Mochtar Rustam, 1990. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Jilid I edisi 2 EGC, Jakarta.
3. Winkjosastro Hanifa, 1999. Ilmu Kandungan.
4. Manuaba Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta, Penerbit EGC edisi 1




Pada keadaan normal, bila telur dibuahi oleh sperma akan menjadi zigot (buah kehamilan). Sambil terus berkembang, ia akan melalui saluran telur dan menuju ke dalam rongga rahim untuk bernidasi (menempel dan memasuki dinding rahim) dan tumbuh di dalamnya.
Apabila buah kehamilan tidak bernidasi dalam rahim, keadaan ini disebut hamil di luar kandungan atau kehamilan ektopik. Tempat tersering kehamilan ektopik adalah pada saluran telur (tuba fallopii) di bagian ampula. Karena saluran telur sangat kecil, ia hanya dapat menampung kehamilan sampai sekitar usia kehamilan 8 minggu. Tempat lain kehamilan ektopik adalah pada bagian isthmus saluran telur, bagian ujung (tanduk/cornu) rahim, ovarian/indung telur, leher rahim, atau di dalam rongga perut (primer atau sekunder dari pecahnya kehamilan tuba). Apabila buah kehamilan bernidasi di dalam rongga perut, kehamilan dapat berlangsung lebih lama (kehamilan ektopik lanjut). Kehamilan ektopik yang terganggu dapat menyebabkan perdarahan hebat ke dalam rongga perut dan termasuk keadaan gawat medis; ibu dapat meninggal apabila tidak segera dihentikan perdarahannya (operasi laparotomi).
Penyebab hamil di luar kandungan tidak ada hubungannya dengan naik turun tangga atau terlalu cape, demikian juga tidak ada hubungannya dengan makanan atau pekerjaan/kebiasaan ibu sehari-hari. Yang tersering adalah kerusakan saluran telur, penyebabnya dapat karena infeksi (dapat didahului oleh gejala keputihan misalnya pada vaginosis bakterial, gonore; atau tidak bergejala seperti pada klamidiasis) atau akibat infeksi panggul lainnya seperti infeksi nifasau pasca-abortus. Selain akibat infeksi saluran telur dapat terganggu fungsinya karena endometriosis, mioma, atau kista ovarium yang menekan saluran sehingga terjadi penyempitan. Akibat penyempitan, buah kehamilan tidak dapat melewati saluran menuju rahim dan menetap di dalam saluran, membesar di sana dan menyebabkan pecahnya saluran atau mati dalam saluran, dan darah akan keluar melalui ujung saluran telur (abortus tuba). Hal lain yang dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik adalah riwayat operasi pada perut seperti pascaoperasi usus buntu, pengangkatan kista, atau operasi perut lainnya.
Operasi pada kehamilan di luar kandungan bukan seksio sesarea melainkan laparotomi. Demikian pula yang diangkat umumnya adalah saluran telur tempat kehamilan tersebut. Indung telur jarang menjadi tempat kehamilan ektopik. Apabila ibu masih mempunyai satu saluran telur, asal fungsinya baik (harus dilakukan pemeriksaan HSG/histerosalpingografi terlebih dahulu), masih ada kemungkinan untuk hamil. Demikian pula apabila benar kehamilan yang lalu adalah kehamial ovarial sehingga indung telur ibu sudah tinggal satu, bila fungsi salurannya baik masih tetap dapat hamil di dalam kandungan.
Dr.dr. Sofie Rifayani Krisnadi, Sp.O.G.
http://jawabali.com/sehatbugar/kehamilan/kehamilan-ektopik-3


PERAWATAN MASA NIFAS

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan
dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap
waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan
berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus
tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan
post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk,
hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh
pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang
mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan
sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.
3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga
oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi
telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah
pada tempatnya.
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat
pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila
masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum,
dan menimbulkan demam.
© 2004 Digitized by USU digital library 1
5. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi
tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali
normal. Bila suhu lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi.
6. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang
menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini
juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari
di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau
sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif,
thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae.
Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato
palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat
menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde.
PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN
Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk
kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar
biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan,
keluhan, dll
b. Keadaan payudara dan puting susu.
c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e. Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir,
lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila
cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin
menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan
sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau
susah diobati.
Nasihat untuk ibu post natal:
1. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
2. Susukanlah bayi anda
3. Kerjakan senam hamil
4. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarganya.
5. Bawalah bayi untuk imunisasi.
© 2004 Digitized by USU digital library 2
KEPUSTAKAAN
Mochtar,R : Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi I, ed-2 Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1991. hal : 129-132
Prawirohardjo,S : Ilmu Kebidanan, Fisiologi Nifas dan Penanganannya, ed-I. Yayasan
Bina Pustaka, Jakarta 1976. hal : 187-194.
© 2004 Digitized by USU digital library 3

http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah.pdf

PENDARAHAN SAAT KEHAMILAN

ABSTRAK
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut
yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian.
(1,2) sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal
kehamilan dan sebagian mengalami abortus.(3) Hal ini tentu akan menimbulkan
ketidakberdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat
ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita.
Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal
kehamilan seperti imlantasi ovum, karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa,
kehamilan ektopik, menstruasi, kehamilan normal, kelainan lokal pada vagina/
servik seperti varises, perlukaan, erosi dan polip.(4) Semua keaaaan ini akan
menurunkan keberdayaan seorang wanita dan karenanya akan dijelaskan
bagaimana cara-cara penanggulangannya seperti pencegahan, pengobatannya,
maupun kalau perlu rehabilitasinya.
Maka semua wanita dengan peradarahan pervagina selama kehamilan
seharusnya perlu penanganan dokter spesialis. Peranan USG vaginal smear,
pemeriksaan hemoglobin, fibrinogen pada pada missed abortion, pemeriksaan
incomptabiliti ABO dan lain-lain, sangat diperlukan. (1,2)
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1993, termasuk kebijaksanaan Dep. kesehatan RI dalam
pelayanan ubstetri adalah menurunkan angka kematian maternal dan angka
kematian perinatal menjadi prioritas utama.
Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal yang
pokok yaitu perdarahan dalam kehamilan, preklampsi/eklamsi dan infeksi (3,5,6).
Pada masa sekarang oleh perkembangan pertambahan jumlah tenaga medis
terutama dokter kebidanan yang banyak maka kasus tersebut diatas telah
menurun, tetapi kematian ibu akibat perdarahan masih tetap sebagai faktor
utama.(5,7)
Perdarahan sebenarnya dapa terjadi bukan saja pada masa kehamilan
tetapi dapat juga pada masa persalinan maupun pada masa nifas.(7)
Penatalaksanaan dan prognosa kasus perdarahan selama kehamilan,
sangat bergantung pada umur kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan dari
fetus dan sebab dari perdarahan.(4)
Setiap perdarahan dalam kehamilan harus diaanggap sebagai keadaan
akut berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan
kematian ibu dan janin.(4,8)
Pada tulisan ini tidak akan dibahas preklamsi, eklamsi dan infeksi. Yang
dibabas adalah peraarahan selama kehamilan.
Semua wanita dengan perdarahan pervagina selama kehamilan perlu
ditangani dokter spesialis. Disamping itu perlu peranan penunjang seperti USG,
pengukuran hemoglobin, vaginal smear enam bulan sekali bagi yang telah
melahirkan apalagi yang sering melahirkan, pemeriksaan incomtabiliti rhesus dan
ABO dan lain-lain.(1,2)
©2004 Digitized by USU Digital Library 1
PERDARAHAN PADA TRIMESTER I
Sekitar 20% wanita hamil mengalami perdarahan pada awal kehamilan
dan separohnya mengalami abortion. (4) Abortus adalah pengeluaran hasil
pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin <500 gram atau kehamilan
kurang dari 20 minggu. (9,10,11).
Setiap perdarahan pada awal kehamilan dapat dianggap akan mengancam
kelangsungan kehamilan.(12) Dalam hal ini perlu diketahui hari pertama haid
terakhir, tanda kehamilan riwayat keluarga berencana, riwayat ginokologi jumlah
perdarahan.(4) Demikian juga dalam hal ini perlu pemeriksaan penunjang seperti
USG dan Test kehamilan, menyatakan apakah janin hidup atau memang suatu
kehamilan. Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut (4):
1. Abortus iminen: Disini perdarahan minimal dengan nyeri/tidak, uterus sesuai
umur kehamilan.
2. Abortus Insipien: Perdarahan denganan gumpalan, nyeri lebih kuat
3. Abortus Inkomplit: Perdarahan hebat dan sering menyebabkan syok
4. Abortus komplit: Perdarahan dan nyeri minimal seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan.
5. Missed Abortion: Janin telah mati dalam kandungan selama 6-8 minggu tapi
belum dikeluarkan, perdarahan minimal
6. Abortus infeksi/septik: Disertai tanda infeksi dan septik seperti demam
sampai syok.
Adapun sebagai penyebab dari abortus antara lainl 2) :
1. kelainan mudigah, chromosom atau kelainan untuk fetus
2. incompetentio orificium uteri internum
3. penyakit sistemik pada ibu seperti diabetes melitus, lues
4. incompatibilitas faktor rhesus atau atau sistem ABO
5. kelainan uterus seperti myoma uteri
6. trauma fisik atau mental
7. usaha menggugurkan dari penderita dengan minum jamu, alkohol, obatobatan
atau memasukkan benda asing kedalam lobang kemaluan.
8. abortus habitualis oleh kekurangan produksi karbohidrat oleh endometrium.
Menurut terjadinya abortus dapat dikategorikan dalam abortus habitualis,
abortus artifisialis, abortus provacatus therapheuticus, abortus septik dan abortus
provocatus criminalis. Abortus criminalis ini yang dilakukan abortus tanpa indikasi
medis dan bertentangan dengan norma hukum yang berlaku. Hal ini sering
terjadi pada wanita diluar perkawinan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
yang tidak bertanggung jawab demi uang.(11)
Pengeluaran hasil konsepsi diindikasikan pada abortus insipien, abortus
inkomplit, missed abortion dan abortus dengan infeksi, demi keselamatan dari
ibu.
Pada Trimester II kehamilan perdarahan sering disebabkan partus
prematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi servik.
Pada Trimester III (Perdarahan Ante Partum), adalah perdarahan setelah
29 minggu atau lebih, WHO (4,9,10) ini dapat terjadi oleh selusio plesenta atau
plasenta previa (4)
Perdarahan disini lebih berbahaya dibanding umur kehamilan kurang dari
28 minggu, sebab faktor plasenta, dimana perdarahan plasenta biasanya hebat
sehingga mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.
Kasus ini harus ditangani oleh dokter spesialis dan ditunjang dengan
pemeriksaan USG.
PLASENTA PREVIA
Ini adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
©2004 Digitized by USU Digital Library 2
Sebaiknya setiap ibu dengan keadaan ini dikirim ke Rumah Sakit,apalagi
jika timbul banyak perdarahan.
Bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan keadaan ibu
dan anak baik, maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila perdarahan banyak
hendaknya segera mengahiri kenamilan misalnya dengan seksio peradominal
(seksio sesar) (13)
SOLUSIO PLASENTA
Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta, pada lokalisasi yang normal,
sebelum janin lahir pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih.(11). Atau
terlepasnya plasenta pada fungus/korpus uteri sebelum janin lahir.(14,15)
Pasien yang mengalami resiko tinggi adalah primi tua, mutiparitas,
hipertensi,eklamsi, pereklamsi dan perokok. Pada wanita perokok kemungkinan
solusie 47%, pada kehamilan selanjutnya 10%.
Komplikasi pada selusio plasenta biasanya adalah berhubungan dengan
banyaknya darah yang hilang, infeksi, syok neurogenik oleh karena kesakitan,
gangguan pembekuan darah dan gagal ginjal akut.
Pada janin akan terjadi asfiksi, prematur, infeksi dan berat badan lahir
rendah.
KESIMPULAN
Di tinjau dari segi Kesehatan yaitu perdarahan selama kehamilan, maka
banyak faktor yang menyebabkan pengurangan pemberdayaan wanita. Dan telah
banyak pula hal-hal yang diberikan dalam cara-cara penanggulangannya di tinjau
pula dari segi kesehatan sehingga keberdayaan wanita itu dapat pula
ditingkatkan dibelakang hari. Terutama pada generasi wanita yang akan datang.
Sebab dari sekian banyak kendala telah pula diberikan beberapa cara
antisipasinya, sehingga betul-betul keberdayaan wanita itu akan bertambah
ditinjau dari satu segi kesehatan yang begitu komplex.
Kematian ibu selama kehamilan ada tiga hal pokok yaitu, perdarahan
selama kehamilan, pereklamsi,eklamsi dan infeksi. Tetapi yang kami
ketengahkan, baru kematian ibu akibat perdarahan selama kehamilan dan
penanggulangannya, untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita.
Diantaranya adalah abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik yang terganggu,
menstruasi dan kehamilan normal, kelainan lokal pada vagina dan servik seperti
varises, perlukaan, erosi, polip dan keganasan, partus prematus, solusio
plasenta, inkopetensi servik, perdarahan ante partum seperti plasenta previa, dan
lain-lain.
Untuk meningkatkan pemberdayaan wanita maka diharapkan setiap
wanita yang mengalami perdarahan pervagina selama kehamilan seyogyanya
harus memeriksakan diri ke dokter spesialis, untuk selanjutnya dapat ditangani
olehnya begitupun bagi wanita sendiri (penderita), perlu mengetahui hari
pertama haid terakhir, gejala dan tanda kehamilan, riwayat obstetri teruahulu,
riwayat ginekologi seperti servisitis atau operasi, riwayat Keluarga Berencana,
perdarahan kwalitas dan kwantitasnya dan lain-lain. Juga disamping itu perlu
diketahui pemeriksaan penunjang seperti vaginal smear, USG, Test kehamilan,
pemeriksaan hemoglobin, pemerisaan inkomtabiliti rhesus dan sistem ABC dan
lain-lain.
Dengan demikian kita dapat yakin bahwa kesetaraan dengan pria ini, akan
dapat terwujud ditinjau dari segi kesehatan.
©2004 Digitized by USU Digital Library 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Cermin dunia kedokteran; ISSN 0125-913X, 1966, 32-35
2. Harahap R.E., WIKJOSASTRO G.H., Perdarahan dalam kehamilan, Penerbit
Yayasan Dharma Graha, Anonymous, 3-16
3. Nardho Gunawan., Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan
kematian maternal. Simposium Kemajuan Pelayanan Obstetri I. Semarang
Penerbit UNDIP 1991., 1-4
4. Granger K, Pattison N, Vaginal Bleeding In Pregnancy J. Obstetri dan
Gynekologi, 1994, 20:14-16
5. Soejuneos A, Morbiditas Maternal dan Perinatal. Pelatihan Gawat Darurat
Perinatal Semarang. Badan Penerbit UNDIP 1991, 1-4
6. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung. Obstetri
Patologi. Bandung:Elstar offset, 1982;110-21
7. Mochtar BA, Praptohardjo U. Kedaruratan dalam kebidanan karena
perdarahan. Simposium kemajuan obstetri II. Semarang; Balai penerbit
UNDIP,1994;9-13.
8. Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Dexamedia 1995;
8:21-3.
9. PB.POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Bagian Jakarta
Balai penerbit FK UI,1991;9-13.
10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri I. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1990;
296-322.
11. Daftar Istilah obstetri dan Ginekologi (Defenisi Dan Penjelasan) Cetakan ke II,
1972. Dikeluarkan oleh: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara/RSUP. Propinsi,Medan.
12. Hayashi RH, Castillo MS. Bleeding in Pregnancy. In: Knuppel RA, Drukker JA.
High risk pregnancy. Philadelpia: w.B Saunders Co, 1986; 419-39.
13. Klapholz H. Placenta Previa, In:Friedman FA, A Cker DB, Sachs BP, Obstetrical
Decision Making, 2nd ed.Philadelphia :BC Decker inc, 1987; 88-9.
14. Sumapraja S.Perdarahan Antepartum. Dalam:Prawirohardjo S, Wiknjo sastro
H, Sumpraja S, Saifuddin AB, Ilmu Kebidanan Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1986;323-49.
15. Soeharsene.Perdarahan Antepartum. Pelatihan Gawat Darurat Peri natal.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 1991 ;5-11
©2004 Digitized by USU Digital Library 4

ABORTUS DAN HUKUM

A. Pendahuluan : Pengertian Abortus (aborsi).

Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran
kandungan) yakni abortus spontan dan abortus buatan.
Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan
terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat oleh
karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya
gerhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
Lain halnya dengan abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan
suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum
berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa
bertahan hidup di dunia luar.
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam
dua golongan yakni :
1. Abortus buatan legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus
provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan ilegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk
menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang.
Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis,
karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.
Secara skematis penggolongan abortus dapat digambarkan sebagai berikut.
B. Pandangan Umum Tentang Abortus Buatan
Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial dan
ekonomi memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortus
buatan. Ahli agama melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat bahwa
melakukan abortus buatan adalah perbuatan dosa.
Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi tidak dapat
dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan.
Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus buatan
meskipun jika berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa ibu)
mereka dapat memahami dilakukannya abortus buatan.
Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya setiap
negara memiliki undang-undang yang melarang dilakukannya abortus buatan
meskipun pelarangan tersebut tidak bersifat mutlak.
Kita lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja
digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).
Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal
©2003 Digitived By USU digital library 2
15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus buatan dapat
merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang
dibenarkan undang-undang.
Bagaimanakah abortus buatan legal dan ilegal, dikaitkan dengan proses
pembuktiannya (penyidikan)?. Inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam
makalah ini.
C. Ketentuan-ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan.
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
Pasal 346 : "Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun".
Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 : "Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan
salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan".
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh
orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan
tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun,
dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun
penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut
seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman
hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).
Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyataka sebagai berikut :
Ayat (1) : "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum,
norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan".
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis
tertentu.
©2003 Digitived By USU digital library 3
Ayat (2)
Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis
tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu
adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan.
Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang
bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat
memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau
keluarganya.
Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki
tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan
telah ditunjuk oleh pemerintah.
Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal
inidijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehaan
mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk.
D. Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses
Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara
abortus buatan legal dan ilegal.
Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuanketentuan
sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenagan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Jika anasir-anasir tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka
abortus yang dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal.
Persoalannya adalah bagaimanakah membuktikan bahwa anasir-anasir terpenuhi
atau tidak?
Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-kasus abortus buatan
yang sampai pada tahap penyidikan. Hal ini antara lain disebabkan karena pihak,
baik ibu hamil maupun yang membantu melakukannya sebelumnya pasti sudah
melakukan pemufakatan (jahat) untuk saling tidak melaporkan perbuatannya,
karena pasti akan merugikan diri sendiri. Meskipun bukan delik aduan, tanpa laporan
dari para pihak, aparat penyidik sangat sulit untuk mengetahui adanya praktek
abortus buatan tersebut.
Untuk menambah pemahaman kita, berikut ini diskenariokan satu ilustrasi
praktek abortus buatan ilegal : "Mona adalah pacar gelap seorang direktur Bank
Pemerintah. Setelah berhubungan lebih kurang satu tehun, ternyata Mona hamil,
dan ia memberitahu Bankir tersebut atas kehamilannya. Bankir terperanjat dan
dicekam rasa kekhawatiran yang teramat sangat, takut jika rahasianya terbongkar
dan akan mengancam kariernya. Dengan modus bujukan, dirayunyalah si Mona agar
mau menggugurkan kandungannya, tetapi Mona menolak mentah-mentah bujukan
©2003 Digitived By USU digital library 4
tersebut. Bankir panik, dan segala kecemasannnya akhirnya ia minta bantuan
seorang dokter kebidanan dan kandungan, untuk membantunya melakukan aborsi
pada Mona.
Dokter tersebut memberikan semacam obat, dan dengan alasan untuk meningkatka
stamina agar kehamilan Mona terjaga, obat tersebut diminumkannya kepada Mona.
Selang beberapa hari terjadilah pendarahan, dan si Bankir membawa Mona ke Klinik
Dokter Kebidanan untuk pura-pura minta pertolongan.
Dokter menjelaskan bahwa kehamilan Mona tidak bisa dipertahankan, dan
harus dilakukan kuretase (pengeluaran janin). Mona terkejut, kenapa harus secepat
itu dilakukan kuretase, padahal pendarahannya hanya sedikit.
Tanpa bisa melakukan perlawanan, Mona pasrah dilakukannya kuretase
meskipun dalam hati kecilnya rencana untuk menjebak Bankir jadi suaminya
terancam gagal.
Setelah Mona sembuh, iapun melaporkan kejadian tersebut ke Kantor Polisi,
dengan isi laporan bahwa suaminya dengan bantuan seorang dokter kebidanan telah
melakukan aborsi atas kehamilannya. Polisi pun melakukan penyelidikan dan
dilanjutkan ke tahap penyidikan.
Pada saat polisi mengumpulkan alat bukti, polisi mendapatkan catatan medis
Mona berisi bahwa Mona mengalami pendarahan hebat dan akan mengancam
jiwanya, sehingga dengan persetujuan Mona dan (suaminya) dokter melakukan
kuretase.
Dokumen catatan medik lengkap, bukti persetujuan Mona ada, lalu Polisi
menginterogasi dokter kebidanan, dan dokter tersebut bersikukuh bahwa ia harus
menyelamatkan jiwa Mona dan menurutnya perbuatannya tersebut sudah sesuai
dengan Sumpah Profesi dan Kode Etiknya.
Pertanyannya adalah : Dapatkah anda membayangkan bagaimana upaya Polisi untuk
pembuktian kasus tersebut?
Dalam ilustrasi di atas, Mona adalah wanita pemberani yang mau melaporkan
aibnya kepada pihak berwajib, lalu bagaimana kalau Mona tidak melaporkannya
sama sekali.
Seandainya pun ada saksi lain, misalnya pembantu Mona, ia pasti akan
banyak tahu tentang ulah majikannya tersebut, karena halnya sangat pribadi dan
berjalannya begitu cepat. Berbeda misalnya dengan kasusu penganiayaan, mungkin
si pembantu bisa mengetahui ada pertengkaran (terdengar) dan mungkin saja ada
bekas tamparan di wajah Mona.
Meskipun tidak mencantumkan angka statistik, penulis yakin bahwa angka
kejadian Abortus Buatan Ilegal ini sangat tinggi, dengan asumsi bahwa banyak
peristiwa seperti yang dialami Mona pada kasus di atas. Belum lagi jika dikaitkan
dengan tekanan ekonomi, sosial dan sebagainya.
E. Upaya Mengurangi Abortus Buatan Ilegal Di Kalangan Tenaga Kesehatan
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah
profesi dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwen
dilakukan pengurangan kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat
dikurangi.
Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi
medik, disebutkan bahwa moral dasar yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal
Sumpah Dokter yang berbunyi : "Saya akan menghormati hidup insani sejak
saat pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan dengan indikasi medik,
hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut":
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
©2003 Digitived By USU digital library 5
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui
secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi
profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi
yang diakui oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia
melakukan pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan
menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain
yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga
kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya.
Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada
tuntunan agama.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Abortus secara umum dibagi atas dua macam yaitu Abortus Spontan dan
Abortus Buatan.
2. Abortus Buatan, dilihat dari aspek hukum dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu Abortus Buatan Legal (Abortus Provocatus Therapeticus) dan
Abortus Buatan Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis).
3. Dalam perundang-undangan Negara Republik Indonesia pengaturan tentang
abortus terdapat dalam dua Undang-undang yakni Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan.
4. Dalam KUHP hanya mengatur tentang ancaman hukuman melakukan Abortus
Buatan (Ilegal), sedangkan tentang Abortus Buatan Legal diatur dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit,
mengingat para pihak dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahului
pemukatan (jahat) untuk saling merahasiakan.
6. Berdasarkan poin 3 di atas, maka sangat sedikit kasus Abortus Buatan Ilegal
yang sampai ke tahap penyidikan dan tuntutan.
7. Bagi tenaga kesehatan, khususnya Dokter, Bidan dan Juru Obat, ancaman
pidana melakukan perbuatan Abortus Buatan Ilegal dapat ditambah sepertiga
dari ancaman hukumannya.
8. Penghayatan dan pengamalan Sumpah Profesi dan Kode Etik masing-masing
tenaga kesehatan secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya Abortus
Buatan Ilegal, lebih lagi jika dibarengi dengan pendalaman dan pengamatan
ajaran agama.
G. Saran
Sesuai dengan kesimpulan di atas maka penulis memberi saran agar :
1. Hendaknya para dokter dan tenaga medis lainnya menghindari melakukan
tindakan abortus ilegal, karena itu merupakan tindakan kejahatan dan
bertentangan dengan ajaran agama.
2. Hendaknya para dokter dan tenaga medis lainnya dalam menjalankan
profesinya harus sesuai dengan standar profesi medis, karena sebagai akibat
adanya standar profesi medis ini timbul suatu kewajiban untuk selalu
©2003 Digitived By USU digital library 6
meng"up to date" dalam semua perkembangan medis yang ada dalam bidang
keahliannya.
3. Hendaknya para dokter dan tenaga medis lainnya selalu menjaga sumpah
profesi dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan, sehingga pengurangan
kejadian Abortus Buatan Ilegal dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Andi, Dr.SH., 1984, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Hanafiah, M. Yusuf., Prof.Dr.SPOG & Amri Amir, Dr.SpF., 1999, Etika Kedokteran &
Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1987, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Valentino Group, Medan
Sholeh, Soeaidy, SH., 1992, Himpunan Peraturan Kesehatan, Penerbit Arcan,
Jakarta.

http://library.usu.ac.id/download/fh/pid-syafruddin6.pdf