Senin, 11 Agustus 2008

KEHAMILAN EKTOPIK



kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) adalah suatu kehamilan dimana janin berkembang diluar rahim, yaitu di dalam tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim), rongga panggul maupun rongga perut. dalam keadaan normal, sebuah sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium (indung telur) dan masuk ke dalam tuba falopii. di dalam tuba, dengan dorongan dari rambut getar yang melapisi tuba, dalam waktu beberapa hari, sel telur akan mencapai rahim. biasanya sel telur dibuahi di dalam tuba falopii tetapi tertanam di dalam rahim. jika tuba tersumbat (misalnya karena infeksi), maka sel telur akan bergerak secara lambat atau tertahan. sel telur yang telah dibuahi tidak pernah sampai ke rahim dan terjadilah kehamilan ektopik. resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada: - kelainan tuba falopii - sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik - pemakaian des (dietilstilbestrol) - kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi, dimana dilakukan pengikatan atau pemotongan tuba). kehamilan ektopik biasanya terjadi pada salah satu tuba falopii (kehamilan tuba). kehamilan ektopik bisa berakibat fatal dan harus segera diatasi. gejala dari kehamilan ektopik adalah spotting dan kram. gejala ini timbul karena ketika janin mati, lapisan rahim dilepaskan seperti yang terjadi pada menstruasi yang normal. jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi kerusakan tuba falopii. jika janin terus tumbuh, bisa menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi perdarahan. jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah. biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian bawah, lalu pingsan. gejala ini biasanya menunjukkan bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan hebat ke dalam perut. kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam tubah dan sebagian di dalam rahim. keadaan ini menyebabkan kram dan spotting. janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya pada minggu ke 12-16. jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga telah terjadi kehamilan ektopik. pada usg rahim tampak kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut terlihat darah. laparoskopi digunakan untuk melihat kehamilan ektopik secara langsung. untuk memperkuat diagnosis, dilakukan kuldosentesis, yaitu pengambilan contoh darah yang tertimbun akibat kehamilan ektopik melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat dinding vagina ke dalam rongga panggul. berbeda dengan darah vena atau arteri, darah ini tidak membeku. biasanya harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan kehamilan ektopik. pada kehamilan tuba, biasanya dibuat sayatan ke dalam tuba dan janin serta plasenta diangkat. tuba dibiarkan terbuka agar penyembuhan terjadi tanpa pembentukan jaringan parut karena jaringan parut bisa menyebabkan penderita sulit untuk hamil lagi. prosedur ini kadang dilakukan melalui suatu laparoskopi. jika terjadi kerusakan berat pada tuba dan tidak dapat diperbaiki, maka tuba harus diangkat. jika tidak terdengar denyut jantung janin, pada kehamilan tuba stadium awal bisa diberikan obat metotreksat.



Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri). Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi, istilah ektopik dapat diartikan sebagai "berada di luar tempat yang semestinya".
Walaupun diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim, kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada kornu uteri. Hal ini yang membedakannya dengan istilah kehamilan ekstrauterina. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik akan menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir menjadi kematian.
Etiologi :
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus).
Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
Faktor risiko
a. Infeksi saluran telur (salpingitis) :
Dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur
Dapat menimbulkan divertikel (penonjolan keluar berbentuk kantung), sehingga menjadi semacam jebakan bagi sel telurb. Penyakit peradangan panggul (pelvic inflamatory disease)
c. Riwayat menderita kehamilan ektopik sebelumnya
d. Riwayat operasi tuba
e. Endometriosis
f. Pemakaian hormon estrogen dan progesteron (misalnya, pada kontrasepsi)
g. Cacat bawaan (abnormalitas kongenital) dari saluran telur
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, setiap wanita (setelah menstruasinya yang pertama) mempunyai siklus bulanan yang teratur, sampai ia mengalami menopause. Dalam siklus bulanan ini, akan dilepas sel telur dari ovarium, yang siap untuk dibuahi. Sel telur akan berjalan di sepanjang saluran telur (tuba falopii), menuju ke dalam rahim.
Bila pada sekitar masa-masa itu terjadi hubungan badan, jutaan sperma yang dikeluarkan oleh pasangannya akan 'berenang' masuk ke dalam rahim untuk mencari sang telur. Umumnya, pembuahan akan terjadi di daerah saluran telur yang disebut ampula. Hasil perpaduan sperma dan sel telur itu kita kenal dengan istilah zigot.
Bila tidak ada aral melintang, zigot akan terus melaju untuk mencapai rongga rahim. Sambil melaju, terjadi pula proses pembelahan sel menjadi dua, empat, delapan, enambelas dan seterusnya. Sesampainya di dalam rongga rahim, sel-sel ini akan menanamkan dirinya pada dinding rahim untuk tumbuh berkembang lebih lanjut.
Sayangnya, harapan tidak selalu sama dengan kenyataan. Dalam perjalanan tersebut, bisa saja mereka mengalami hambatan. Hambatan tentu akan memperlambat jalannya sel telur ke dalam rahim. Akibatnya, proses pembuahan bisa terjadi bukan pada tempat seharusnya, dan atau tempat embrio tumbuh bukan di dalam dinding rahim.
Hambatan bisa disebabkan oleh berbagai hal dan bisa terjadi dimana-mana.Hambatan itu misalnya akibat :
Terjadinya gangguan pada jumbai saluran telur (fimbriae), sehingga tidak mampu mengambil telur masuk ke dalam saluran telur Terjadinya gangguan pada kemampuan peristaltik saluran telur, sehingga zigot tidak dapat bergerak secara baik menuju rongga rahimDengan terjadinya hambatan ini, maka hasil pembuahan (zigot) akan tumbuh berkembang di luar tempat yang seharusnya. Ia dapat tumbuh misalnya pada :
1. Saluran telur (tuba falopii)2. Rongga perut (abdomen)3. Indung telur (ovarium)4. Kornu uteri5. Leher rahim (serviks uteri)
Lokasi tersering dari kehamilan ektopik terjadi pada daerah saluran telur, dengan frekuensi tertinggi pada daerah ampula. Daerah ampula adalah suatu daerah yang melebar pada saluran telur.
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut.
Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan, meliputi:
1. Pemeriksaan fisik secara umum2. Pemeriksaan daerah perut (abdomen)3. Pemeriksaan rongga panggul (pelvis)
Pemeriksaan Laboratorium- Pemeriksaan darah lengkap- Pemeriksaan kadar hormon progesteron- Pemeriksaan kadar HCG serum- Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan Penunjang
Kuldosentesis (pengambilan cairan peritoneal dari ekskavasio rektouterina [ruang Douglas], melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina)
Ultrasonografi (USG)Diagnosa banding- Usus buntu (apendisitis akut)- Peradangan daerah panggul
PenatalaksanaanUmumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
PrognosisPenderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk mengalami kehamilan akan menurun.
KomplikasiKomplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya, bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya tuba falopii.(sumber : klinikku.com/Ijs)



Sebuah penelitian yang dilakukan di Perancis mengungkapkan bahwa terapi dengan menggunakan obat metotreksat untuk mengakhiri kehamilan tuba tampaknya tidak menyebabkan dampak yang signifikan terhadap fertilitas di masa selanjutnya. Sel telur yang telah mengalami fertilisasi dan tertanam di dalam tuba falopii dan bukannya di dalam rahim, merupakan suatu keadaan darurat medis. Keadaan yang disebut sebagai Kehamilan Ektopik ini dapat diatasi dengan cara pembedahan ataupun pengobatan dengan medikamentosa “Penatalaksanaan secara medikamentosa untuk kehamilan ektopik tampaknya merupakan alternatif selain cara pembedahan dan menghasilkan fertilitas yang baik,” Dr. Herve Fernandez mengungkapkan kepada Reuters Health. Fernandez dan koleganya dari Rumah Sakit Antoine Beclere di Clamart membuat sebuah catatan dalam jurnal medis Fertility and Sterility bahwa deteksi dini terhadap kehamilan tuba dapat diobati dengan metode yang kurang invasif dan non-bedah. Para peneliti tersebut melakukan survei lanjutan melalui telepon dengan 126 pasien yang telah diberikan pengobatan kehamilan ektopik dengan metotreksat. Hal ini mereka lakukan untuk melihat efek yang mungkin dimiliki oleh pengobatan dengan metotreksat terhadap kesempatan hamil berikutnya. Dari 93 wanita yang berusaha, 76 (82%) di antaranya berhasil hamil. Sebanyak 64 kehamilan terjadi secara spontan dan 12 lainnya merupakan hasil fertilisasi in vitro. Lima puluh dua kehamilan spontan tersebut terjadi di dalam uterus, namun 12 di antaranya mengalami keguguran. Dua belas wanita yang lain kembali mengalami kehamilan ektopik. Setelah mengalami berbagai faktor, para peneliti menemukan bahwa kegagalan untuk hamil hanya berkaitan dengan riwayat infertilitas. Tim ini berkesimpulan bahwa infertilitas lebih tergantung pada riwayat medis sebelumnya yang dimiliki oleh pasien dibandingkan pada pengobatan kehamilan ektopik yang dijalaninya.
http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=17455


Pengertian Kehamilan Ektopik
a. Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan yang tumbuh di luar kavum endometrium (Esensial Obstetri dan Ginekologi, 2001 : 463).
b. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan di tempat yang luar biasa (Obstetri Patologi, 1981 : 21).
c. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus (Ilmu Bedah Kebidanan, 2000 : 198)
d. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Ilmu Kebidanan, 2002 : 323).
e. Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplamentasi di luar endomerium rahim, istilah lain : ectopic pregnancy, ectopic gestation dan eccesyesis (Sinapsis Obstetri, 1998 : 226).
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai ateri. Sifat kehamilan ektopik sangat berbahaya, sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, jarang terjadi pada ovarium atau rongga abdomen (perut).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena itu terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
Menurut lokasi kehamilan ektopik dalat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopi
- Pars intertisialis
- Isthmus
- Infundibulum
- Fimbria
2. Uterus
- Kanalis serpikalis
- Divertikulum
- Konua
- Tanduk rudimentete
3. Ovarium
4. Intraligameter
5. Abdominai
- Primer
- Skunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus


Penyebab Kehamilan Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak atau belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik yaitu :
a. Faktor Uterus
1. Tumor rahim yang menekan tuba.
2. Uterus hipopiastis
b. Faktor Tuba
1. Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing.
2. Tuba sempit, panjang da berlekuk-lekuk.
3. Gangguan fungsi rambut getar.
4. Operai dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
5. Endometriosis tuba.
6. Striktur tuba.
7. Divertikel tuba dan kelainan kongenetal lainnya.
8. Perekatan peritubal dan lekukan tuba.
9. Tumor lain menekan tuba.
10. Lumer kembar dan sempit.
c. Faktor Ovum
1. Migrasi eksterna dan ovum.
2. Perlekatan membrana granulosa.
3. rapit cell devision.
4. Migrasi internal ovum.
3. Patofiologi
Ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di kavu uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner dan berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot eldosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis, karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan-lapisan otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janinnya tergantung pada beberapa faktor seperti tempat implantasim, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Gelaja Klinik Kehamilan Ektopik
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk obartus tuba atau terjadi ruptura tuba, mungkin dijumpai rasa nyeri dan kegala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba dalam keadaan lembek. Bil terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen. Dengan demikian pada kehamilan ektopik yang muda dan tidak terganggu terdapat gejala-gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah dan sebagainya. Amenorea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlansung cukup lama dan darah berwarna hitam.
5. Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Pemeriksaan-pemeriksaan untuk membantu diagnosis :
a. Tes Kehamilan
Apabila tes positif itu dapat membantu diagnosis khususnya terdapat tumor-tumor adneks.
b. Dilatasi dan Kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik. Biasanya kerokan dilakukan apabila sesudah amenorea terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus, sehingga diperkirakan abartus inkompliatus. Ditemukan desidua tanpa villus koralis yang diperoleh dari hasil kerokan dapat membawa pikiran ke arah kehamilan ektopik.
c. Laparoskopi
Laparoskopi ini merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting
Untuk diagnosis kehamilan ektopik. Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri.
d. Untrasonografi
e. Kulda sentesis


6. Kondisi Yang Mungkin Terjadi
1. Pada pengobatan konservatif yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung 4 - 6 mg terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding), ini merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi
3. Sub ilens karena massa pelvis.
4. sterilitas.
7. Prognosis
Kehamilan ektopik merupakan sebab kematian yang penting maka diagnosa harus dapat ditentukan dengan cepat, hanya 60 % dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan lagi lebih tinggi.
8. Penanganan
Setelah diagnosa jelas dan sangat disangka KET dan keadaan umum baik atau lumayan segera lakukan untuk :
- Persiapan pengiriman penderita ke Puskesmas, dokter/rumah sakit.
- Pasang infus cairan pengganti.
- Siapkan donor keluarga.
- Sedapat mungkin diantar.
Di Rumah Sakit
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut. Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yakni pengangkatan tuba yang mengandung kehamilan dengan pemberian transfusi darah.
Salfingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu :
- Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok.
- Kondisi tuba buruk
- Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan mengingini fertilitas inuitro.
- Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan ituba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan.
2. Mochtar Rustam, 1990. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Jilid I edisi 2 EGC, Jakarta.
3. Winkjosastro Hanifa, 1999. Ilmu Kandungan.
4. Manuaba Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta, Penerbit EGC edisi 1




Pada keadaan normal, bila telur dibuahi oleh sperma akan menjadi zigot (buah kehamilan). Sambil terus berkembang, ia akan melalui saluran telur dan menuju ke dalam rongga rahim untuk bernidasi (menempel dan memasuki dinding rahim) dan tumbuh di dalamnya.
Apabila buah kehamilan tidak bernidasi dalam rahim, keadaan ini disebut hamil di luar kandungan atau kehamilan ektopik. Tempat tersering kehamilan ektopik adalah pada saluran telur (tuba fallopii) di bagian ampula. Karena saluran telur sangat kecil, ia hanya dapat menampung kehamilan sampai sekitar usia kehamilan 8 minggu. Tempat lain kehamilan ektopik adalah pada bagian isthmus saluran telur, bagian ujung (tanduk/cornu) rahim, ovarian/indung telur, leher rahim, atau di dalam rongga perut (primer atau sekunder dari pecahnya kehamilan tuba). Apabila buah kehamilan bernidasi di dalam rongga perut, kehamilan dapat berlangsung lebih lama (kehamilan ektopik lanjut). Kehamilan ektopik yang terganggu dapat menyebabkan perdarahan hebat ke dalam rongga perut dan termasuk keadaan gawat medis; ibu dapat meninggal apabila tidak segera dihentikan perdarahannya (operasi laparotomi).
Penyebab hamil di luar kandungan tidak ada hubungannya dengan naik turun tangga atau terlalu cape, demikian juga tidak ada hubungannya dengan makanan atau pekerjaan/kebiasaan ibu sehari-hari. Yang tersering adalah kerusakan saluran telur, penyebabnya dapat karena infeksi (dapat didahului oleh gejala keputihan misalnya pada vaginosis bakterial, gonore; atau tidak bergejala seperti pada klamidiasis) atau akibat infeksi panggul lainnya seperti infeksi nifasau pasca-abortus. Selain akibat infeksi saluran telur dapat terganggu fungsinya karena endometriosis, mioma, atau kista ovarium yang menekan saluran sehingga terjadi penyempitan. Akibat penyempitan, buah kehamilan tidak dapat melewati saluran menuju rahim dan menetap di dalam saluran, membesar di sana dan menyebabkan pecahnya saluran atau mati dalam saluran, dan darah akan keluar melalui ujung saluran telur (abortus tuba). Hal lain yang dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik adalah riwayat operasi pada perut seperti pascaoperasi usus buntu, pengangkatan kista, atau operasi perut lainnya.
Operasi pada kehamilan di luar kandungan bukan seksio sesarea melainkan laparotomi. Demikian pula yang diangkat umumnya adalah saluran telur tempat kehamilan tersebut. Indung telur jarang menjadi tempat kehamilan ektopik. Apabila ibu masih mempunyai satu saluran telur, asal fungsinya baik (harus dilakukan pemeriksaan HSG/histerosalpingografi terlebih dahulu), masih ada kemungkinan untuk hamil. Demikian pula apabila benar kehamilan yang lalu adalah kehamial ovarial sehingga indung telur ibu sudah tinggal satu, bila fungsi salurannya baik masih tetap dapat hamil di dalam kandungan.
Dr.dr. Sofie Rifayani Krisnadi, Sp.O.G.
http://jawabali.com/sehatbugar/kehamilan/kehamilan-ektopik-3


Tidak ada komentar: