Senin, 11 Agustus 2008

ASKEP REUMATIK PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
REUMATIK (ARTRITIS TREUMATOID) PADA LANSIA

BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan
baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan
meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994)

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
Defenisi.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur
klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi
yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat.
©2004 Digitized by USU digital library 2
Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Polimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi –
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke
atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
OSTEOARTRITIS
Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada
usia diatas 60 tahun.
Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
©2004 Digitized by USU digital library 3
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).]

Patofisiologi.

UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN
Kerusakan fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada
sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
©2004 Digitized by USU digital library 4
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS
©2004 Digitized by USU digital library 5
Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.

Penatalaksanaan
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok
jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular
©2004 Digitized by USU digital library 6
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot
KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat : mual.
Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
HIGIENE
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan
pada orang lain.
NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri
©2004 Digitized by USU digital library 7
Terasa nyeri kronis dan kekakuan
KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI RASIONAL
mandiri
- kaji keluhan nyeri, catat
lokasi dan intensitas (skala 0
– 10). Catat factor-faktor
yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non
verbal
- berikan matras atau kasur
keras, bantal kecil. Tinggikan
linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
- biarkan pasien mengambil
posisi yang nyaman pada
waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi
- dorong untuk sering
mengubah posisi. Bantu
pasien untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi
yang sakit di atas dan di
bawah, hindari gerakan yang
menyentak
- anjurkan pasien untuk mandi
air hangat atau mandi
pancuran pada waktu
bangun. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau
suhu air kompres, air mandi
- berikan masase yang lembut
kolaborasi
- membantu dalam menentukan
kebutuhan managemen nyeri dan
keefektifan program
- matras yang lembut/empuk, bantal
yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan setres
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi / nyeri
- pada penyakit berat, tirah baring
mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cedera sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pada sendi
- Panas meningkatkan relaksasi otot
dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di
pagi hari. Sensitifitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan
- Meningkatkan elaksasi/mengurangi
tegangan otot
- Meningkatkan relaksasi, mengurangi
©2004 Digitized by USU digital library 8
- beri obat sebelum aktivitas
atau latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk
seperti asetil salisilat
(aspirin)
tegangan otot, memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi
DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
• Perahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan.
• Bantu bergerak dengan bantuan
seminimal mungkin.
• Dorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi,
berdiri dan berjalan.
• Berikan lingkungan yang aman
dan menganjurkan untuk
menggunakan alat bantu.
Berikan obat-obatan • sesuai
indikasi seperti steroid. • kan inflamasi
sistemik akut.
• Untuk mencegah kelelahan dan
mempertahankan kekuatan.
• Meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina
umum.
• Memaksimalkan fungsi sendi
dan mempertahankan mobilitas.
• Menghindari cedera akibat
kecelakaan seperti jatuh.
Untuk mene
DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : mpertahankan keselamatan Klien dapat me fisik.
INTERVENSI RASIONAL

hari,

ketimbang
mengagetkannya.

dari kekhawatiran yang konstan.
akan
meningkatkan ansietas.
Kendalikan lingkungan dengan :
Menyingkirkan bahaya yang
tampak jelas, mengurangi
potensial cedera akibat jatuh
ketika tidur misalnya
menggunakan penyanggah
tempat tidur, usahakan posisi
tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam
siapkan lampu panggil
• Memantau regimen medikasi
Izinkan kemandirian dan
kebebasan maksimum dengan
memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari
penggunaan restrain, ketika
pasien melamun alihkan
perhatiannya

Lingkungan yang bebas bahaya
akan mengurangi resiko cedera
dan membebaskan keluaraga
Hal ini akan memberikan pasien
merasa otonomi, restrain dapat
meningkatkan agitasi,
mengegetkan pasien
©2004 Digitized by USU digital library 9
Kriteria Hasil : menuhi kebutuhan istirahat
DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Klien dapat me atau tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Ma diri
Tentukan kebiasaan tidur
biasany
n

a dan perubahan yang
terjadi
• tempat tidur yang
nyaman

pola lama
dan lingkungan baru
• nyamanan
waktu tidur, misalnya mandi
hangat dan massage.
• tidur
sesuai indikasi: rendahklan

misalnya
ngunkan untuk obat atau
Kola


entifikasi intervensi yang
• •
ng.

tidur memberi keamanan

an
pasien mungkin tidak mampu
kembali tidur bila terbangun.
• diberikan untuk
membantu pasien tidur atau
istirahat.
Berikan
Buat rutinitas tidur baru yang
dimasukkan dalam
• Instruksikan tindakan relaksasi
Tingkatkan regimen ke
Gunakan pagar tempat
tempat tidur bila mungkin.
Hindari mengganggui bila
mungkin,
memba
terapi.
borasi
Berikan sedative, hipnotik sesuai
indikasi
Mengkaji oerlunya dan
mengid
tepat.
Meningkatkan kenyamaan tidur
serta dukunmgan
fisiologis/psikologis
Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama,
stress dan ansietas yang
a berhubungan dapat berkur
Membantu menginduksi tidur
• Meningkatkan efek relaksasi
Dapat merasakan takut jatuh
karena perubahan ukuran dan
tinggi tempat tidur, pagar
tempat
untuk membantu mengubah
posisi
Tidur tanpa gangguan lebih
menimbulkan rasa segar, d
Mungkin
DIAGNOSA 5 : D n diri b/d nyeri
Krit a sanakan aktivitas er
efisit perawata
eri Hasil : Klien dapat melak p awatan sendiri secaea mandiri.
INTERVENSI RASIONAL
• Kaji tingkat fungsi fisik
• Pertahankan mkobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan progran latihan
• Kaji hambatan terhadap partisipasi
• kasi untuk perawatan yang
diperlukan, misalnya;lift,
peninggiandudukan toilet, kursi
• untuk
• Memberikan kesempatan
untuk dapat melakukan
aktivitas seccara mandiri
dalam perawatan diri, identifikasi
untuk modifikasi lingkungan
Identifi
• Mengidentifikasi tingkat
bantuan /dukungan yang
diperlukan
• Mendukung kemandirian
fisik/emosional
Menyiapkan
meningkatkan kemandirian
yang akan meningkatkan
harga diri
©2004 Digitized by USU digital library 10
roda.
DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
Kriteria hasil : n peningkatan rasa percaya kemampuan
Untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya h kemungkinan keterbatasan.
mengungkapka diri dalam
idep dan
INTERVENSI RASIONAl
Mandiri
o n mengenai
masalah mengenai proses penyakit,
harapan masa depan.
o
emfungsikan gaya hidup
o pasien
mengenai bagaiman orang terdekat
menerima keterbatasan
Akui dan terima perasaan berduka,
o
penguanan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
o
ntuk
me ngidentifikasi perilaku positif
o dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
olaborasi
• Rujuk pada konseling psikiatri
• Berikan obat-obat sesuai petunjuk

ahan konsep dan


• konstan akan

koping
• untuk

nsi/harga diri,
mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dan

n
Dorong pengungkapa
Diskusikan arti dari
kehilangan/perubahan pada
pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaiamna pandangan pribadi psien
dalam m
sehari-hari termasuk aspek-aspek
seksual.
Diskusikan persepsi
o
bermusuhan, ketergantungan.
Perhatikan perilaku menarik diri,
Susun batasan pada prilaku
maladaptive. Bantu pasien u
yang dapat membantu koping.
Ikut sertakan pasien
K
Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa
takut/kesal
menghadapinya secara
langsung.
Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi
persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan
terhadap intervensi atau
konseling lebih lanjut.
Isyarat verbal/nonverbal
orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh mayor
pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri.
Nyeri
melelahkan, dan perasaan
marah, bermusuhan umum
terjadi.
Dapat menunjukkan emosional
atau metode
maladaptive, membutuhkan
intervensi lebih lanjut atau
dukungan psikologis.
Membantu pasien
mempertahankan kontrol diri
yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri.
Meningkatkan perasaan
kompete
terapi.
Pasien/orang terdekat
mungkin membutuhka
dukungann selama
berhadapan dengan proses
jangka
©2004 Digitized by USU digital library 11
• saat
munculnya depresi hebat
sampai pasien
mengembangkan kemampuan
ng yang lebih efektif.
panjang/ketidakmampuan.
Mungkin dibutuhkan pada
kopi
BAB IV
AN KASUS
I.
winan : Janda
Agama : Islam Pendidikan : SPG
idak a Alamat : Petisah
sma / kamar : Anggrek 1
Pen
Nama : Tn. P
Klien : Anak abang Klien (keponakan)
bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu
ri lutut ke bawah.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ap
Ha i keadaan
engan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi, pala,
ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak dan
rlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu
A.
Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan
skala : 4 – 6.
imana dilihat
t kakinya dan wajahnya terlihat meringis.
Reg
TINJAU
Biodata
Tgl. Pengkajian : 20 Februari 2004
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 67 tahun Status Perka
Pekerjaan : T ad
Tgl masuk : Tahun 200 Wi
Diagnosa medis : Rematik (Artritis Reumatoid)
anggung jawab :
Hubungan dengan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Binjai
II. Keluhan Utama
Nenek S. mengatakan
pernah bengkak da
Provocative / Palliative
a Penyebabnya
Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya itu
asam urat.
l-hal yang memperbaik
D
jahe, kemudian
katanya, dan juga te
kambuh.
Quantity / Quality
Bagaimana dirasakan
B. Baga
Nenek S. memijat-mija
ion
A. imana Reaksinya D
©2004 Digitized by USU digital library 12
itu kanan dan kiri.
ganggu Aktivitas)
Pada bagian kedua kakinya ya
B. Apakah menyebar
Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha.
Severity (Meng
N
membuat klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak)
mempunyai aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang tidak bisa dibawa
berjalan jauh.
T
Klien mengatakan sakitnya sejak
kakinya bengkak sehingga me
un 2002.
wayat Kesehatan Masa La
Penyakit Yang Pernah Dialami
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena tidak pernah
mengalami penyakit yang parah s
demam, flu, batuk ringan
gobatan / Tindakan Yang Dilakukan
Klien mengatakan paling hanya
coco
nah Dirawat / Dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi, biasanya hanya
menggu
rgi
K
punya pantangan karena pen
Imunisasi
enek S. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena pernah
. Bila sakit ini klien tidak
ime (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
4 tahun ½ terakhir ini, dan pernah kedua
mbuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan pada
tah
IV. Ri lu
ebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu
.
Pen
dengan obat-obat warung dan kebetulan
k (2 sampai 3 hari sembuh).
Per
nakan obat-obat warung.
Ale
lien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun, tetapi sekarang
yakitnya yang sekarang, seperti jeroan, bayam.
V. w
Ora
anya tidak mempunyai penyakit reumatik seperti
-
e-2 dan kini meninggal dunia.
ak ada
An
meninggal
dunia.
Penyebab meninggal
Klien mengatakan orang tua meniggal karena usianya yang sudah tua, suami
karena kecelakaan, dan 6 saudaranya, klien tidak mengingatnya.
Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi.
Ri ayat Kesehatan Keluarga
ng tua :
- Klien mengatakan orang tu
klien saudara kandung.
Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki penyakit seperti klien yaitu
abang k
Penyakit keturunan tid
ggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan suami, 2 orang tua, dan 6 saudaranya telah
Genogram
©2004 Digitized by USU digital library 13
67 thn
: Klien
: Perempuan
enek S. anak ke-6 dari 7 bersaudara, 6 saudara klien sudah meninggal semua,
tidak memiliki anak dari pernikahannya.
VI.
A.
B.
kan / tidak mungkin sembuh
at berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah
mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau
lam
C. Kon
e
2. I
gharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan
awinannya klien tidak memiliki anak.
5. personal identity
akan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai.
D.
dalam keadaan stabil.
n/lawan bicara
Ny.S
Reumatik
Keterangan : : Laki-laki
: Meninggal
N
suami klien juga telah meninggal. Klien
Riwayat / Keadaan Psikososial
Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien menganggap penyakitnya sulit disembuh
dan membu
berobat dimanabat
dan memakai tongkat dari lumpuhnya.
sep diri
1. Body imag
Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang
makin cepat lelah
deal diri
Klien men
ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak
terlalu mengharap
3. Harga diri
Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan
bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
4. Peran diri
Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya karena meninggal
kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perk
Klien merup
Klien merupakan janda tanpa anak.
Keadaan emosi
Keadaan emosi klien
E. Perhatian terhadap orang lai
©2004 Digitized by USU digital library 14
n sendiri / tidak mau menyusahkan keluarga.
bergaul dengan sesama warga panti teruatama dengan
H. K
I.
ngan warga di pantai walaupun warga kurang
rti pengajian, gotong royang dan
senam pagi karena keterbatasan grakakibat penyakitnya.
an diri.
VII
lien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah
n tongkat untu t badan ,klien masih
ingga memperberat beban kaki saat berjalan.
B.
R = 24 kali /menit.
TB = 159 cm.
BB kukan karena kurangnya fasilitas di Panti.
C. Pemeri o To
1. Kep t.
pak bersih dan
an rambut= rambut sudah banyak uban.
au = rambut seperti bau keringat.
. Mata
ap wajah.
an penglihatan hingga menggunakan
• Sklera. =
= isokor (kanan dan kiri).
a
3. d
= simetris
uman
4.T n
• Bentuk telinga = simetris antara kanan dan kiri.
= terdapat serumen tapi dalam batas normal.
r karena sudah tua.
Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang di
berikan kepadanya.
F. Hubungan dengan keluarga
Harmonis dengan keluarga yang ada (keponakan-keponakannya) dan masuk
ke panti karena keinginan klie
G. Hubungan dengan orang lain
Baik, klien mau
sesama anggota satu wisma.
egemaran = menonoton tv dan duduk,duduk di ruang tamu wisma.
Daya Adaptasi.
Klien dapat beradaptasi de
mengikuti kegiatan yang ada di pantai sepe
J. .Mekanisme Pertahan
Klien memiliki pertahanan diri yang efektif.
. Pemeriksaan Fisik.
A. Keadaan Umum. = K
sehingga perlu bantua k berjalan dan bera
terlihat overweight seh
Tanda – Tanda Vital.
TD = 150 / 90 mmhg
HR = 80 kali ? menit
= tidak dila
ksaan Head t e.
ala dan Rambu
1. Kepala.
• Bentuk = Simetris
• Kulit Kepala = bentuk kepala tam
2. Rambut.
• Penyebaran dan keada
• B
3. Wajah.
• Warna kulit = hitam.
2 .
• Bentuk = simetris terhad
• Ketajam = kurang baik se
alat bantu penglihatan.
• Konjungtiva. = tidak anemia.
tidak ikterus.
• Pupil
• Pemakaian alat bantu. = memakai kacamata baik membac
ataupun tidak membaca.
Hi ung.
• Bentuk
• Fungsi penci = baik,dapat membedakan bau.
• Pendarahan = tidank megalami pendarahan.
eli ga.
• Lubang telinga
• Ketajaman pendengaran = kurang mendenga
©2004 Digitized by USU digital library 15
5. Mulut dan Faring.
• Keadaan gusi dan gigi = tidak ada pendarahan gusi dan gigi.
Gigi terlihat bersih dan tidak lengkap.
an.
6.
pembesaran KGB
Suara = Klien mengeluarka dengan kata kata jelas.
teraba.
terab
D. m inte men.
• Warn = kulit
rgor kulit baik (kulit cepat kembali).
pak sedang (tidak kering ) agak
Keriput.
etiak.
bersedia karena merasa malu.
F. m r / Dada.
1. Inspeksi.
is antara kanan dan kiri.
• Pernafasan = frekuensi 24 kali / menit.
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan.
an be nafas
G. m aru
• Palpasi getaran suara = terdengar dan teratur.
= bunyi resonan.
= suara nafas teratur.
H. m Abd
1. Inspeksi.
bdomen = simetris antara kanan dan kiri.

2. lp
• Benjolan = tidak ada.
= tidak ada.
ngkakan.
ukann a kare
J. m sklet / Eks emita
• • •
• Keadaan bibir = bibir klien kering
• Keadaan lidah = tidak ada tanda pendaarah
Leher.
• Tyroid = tidak terdapat

• Denyut nadi karotis =
• Vena jugularis = a.
Pe eriksaan gu
• Kebersihan klien = klien tampak bersih.
hitam
• Turgor = tu
• Kelembaban = kulit tam
E. Pemeriksaan Payudara dan k
Klien tidak
Pe eriksan Tha ax
• Bentuk Thorax. = simetr
• Tidak ada tanda kesulit r .
Pe eriksaan P .
• Rerkusi
• Auskultasi
Pe eriksaan omen.
• Bentuk A
Benjolan = tidak ada benjolan.
Pa asi.
• Tanda nyeri tekan = tidak ada nyeri.
• Tanda ascites
• Hepar = tidak ada pembe
I. Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya.
Klien tidak bersedia melak y na merasa malu.
Pe eriksaan Mulkus al tr s.
Kesimetrian otot = simetris kanan dan kiri.
Pemeriksaan edema = tidak ada edema
Kekuatan otot = kekuatan otot telah berkurang.
©2004 Digitized by USU digital library 16
k ada aktivitas rutin ),bila berjalan
menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.Klien berjalan
ti karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi
• kstre n kuk
K. Pemeri
1. Tin
E = 6, M = 4 , V = 5
2. Sta
Perasaan

ktu, tempat dan orang
Ingatan kl h kuat, klien masih ingat masa lalunya
a
Klien berkeinginan agar cepat sembuh
rang yakin penyakit dapat sembuh
3.
n : Klien sulit berjalan
an.
4.
am tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul
Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua titik
n
anya alat.
III. o
a.
• : siang ± ½ jam dan malam ± 6 -7 jam
ur : tidak ada masalah
mudah bila tidak

b. asi
a.
n tidak encer/sedang
b.
terjadi inkontinensia
ing tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin
nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK
• njal
Dimana klien lebih banyak duduk (tida
lambat dan berhati ha
berjalan jauh.
Kelainan pada E mitas da u.
ksaan Neurologis
gkat kesadaran
GCS = 15 :
tus Mental
• Kondisi Emosi /
Dalam keadaan stabil
Orientasi
Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik wa
• Proses Berfikir
ienmasi
Perhitung n = klien dapat berhitung agar cepat sembuh
• Motivasi :
• Persepsi : Klien menganggap / ku
total
• Bahasa : Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
Fungsi Motorik
• Cara berjala
• Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
• Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan tangan
• Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantu
Fungsi Sensori
Test taj
Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas dan dingin
Identifikasi sentuhan ringa
Reflek
Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedi
P la Kebiasaan sehari-hari
Pola tidur dan kebiasaan
Waktu tidur
• Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib
• Masalah tid
• Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan
tidur siang
Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker
Pola Elimin
Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi
Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare
Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras da
BAK :
• Pola BAK : ± 6 – 7 x/hari dan tidak
• Karakter urin : kun
• Tidak ada rasa
• Tidak ada penggunaan diuretik
Tidak ada riwayat penyakit gi
©2004 Digitized by USU digital library 17
c. Po m
1. j
• kanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per

• : kadang-kadang dan lausea, vomite (mual,
• ada. Tapi semenjak mengalami penyakir
yai makanan pantang, antara lain Jeroan, kerangk
mengetahuinya,
2.
3.
piring sekali makan dan jenis makanan adalah
bilan air putih terserah/sukahati, dan
iene

• Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang
c. Pola Kegiatan / Aktivitas
memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, paling hanya jalanebentar
dan menyira
A
ETIOLOGI MASALAH
la akan dan minum
Ge ala (subjektif)
Diit type : Jenis ma
hari 3 piring dalam per hari.
Nyeri ulu hati tidak ada
Kehilangan selera makan
muntah tidak ada
Alergi terhadap makanan tidak
tematik klien mempun
kerangan, sayur bayam
• Berat badan klien jarang menimbangnya sehingga tida
sedangkan alat tidak tersedia
Tanda Obyektif
TB = 156 cm, bentuk tubuh : Over wight
Waktu pemberian makanan yaitu : pagi, siang dan sore
4. Jumlah dan jenis makanan : 1
makanan biasa
5. Waktu pemberian minuman : Pengam
bila the manis atau susu 2x/hari pagi dan sore hari
c. Kebersihan / Personal hyg
• Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari
Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari
• Klien tidak
jalan s kadang-kadang m bunga.
NALISA DATA
DATA
ata Subjektif:
Klien mengataka
bahwa kaki
apalagi dibant
berjalan
- Klien memijat-mija
kakinya sa
pengkajian
- Wajahny
Penaikan metabolisme
tulang
P
merusak tulang raw
sandi
Penurunan kadar
proteologlikan
Berkurangnya kada
air tulang raw
Penurunan fun
D
n
kanan
dan kirinya sakit
u
Data Objektif:
t
at
a terlihat
meringis
- Skala nyeri 4-
enaikan enzim yang
an
r
an sendi
gsi
Nyeri.
©2004 Digitized by USU digital library 18
tula
6,sedang ng nyeri
nyeri
ata Subjektif:
tidak sanggup
berjalan jauh.
ta Objektif:
- Klien berjalan
menggu
bantu tongkat.
Klien lebi
duduk.
Klien berjalan
lambat.
yang lanjut
enurunan fungs
tulang
Kekuatan otot
melemah
Meningkatnya nyeri
In
ata Su
takut untuk be
jauh.
Penurunan fungs
D
Da
nakan alat
- h banyak
-
Usia
P i
saat berjalan
toleransi aktivitas.
Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan
D bjektif:
rjalan
Klien tampak berhati
Lansia
i
tulang
Resiko tinggi cedera.
Resti cedera fisik.
Klien mengatakan
Data Objektif:
-
hati saat berjalan.
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN.
1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah
meringis dan skala nyeri 4-6.
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan
3. mobilitas menurun ditandai dengan klien
mpak berhati hati saat berjalan.
SUH KEPERAW
AMA PASIEN : Ny.S UMUR : 67 tahun
klien mengunakan alat bantu.
Resti cedera fisik berhubungan dengan
ta
RENCANA A AN ATAN
N
©2004 Digitized by USU digital library 19
TGL PENGKAJIAN : 20 Februa WISM
T
DX. MEDIS : Reumatik (Artritis Reum
NO
A N/
KRITERIA HASIL
P
ri 2004 A / KAMAR :
eratai / 4
atoid)
DIAGNOS
KEPERAWATAN
TUJUA RENCANA ERAWATAN
RASIONAL INTERVENSI
1.
sendi
(skala nyeri=6),
wajah meringis,
kaki sakit jika
berjalan.
dapat
istirahat/ tidur
dengan tenang,
pasien tampak
rileks.
nyeri,
tat lokasi,
2. njurkan klien
ntuk mandi
ir panas /
3.
osisi yang
pada
kursi.
4.
masase yang
lembut.
5. Berikan obat
sesuai indikasi.
. Membantu dalam
enentukan
2. meningkatkan
tak sisi otak dan
. Tirah baring mungkin
diperlukan untuk
elaksasi
atau regangan otot.
5. Menaikkan relaksasi
i terapi
pengobatan.
Nyeri sendi b/d
penurunan
fungsi tulang
d/d nyeri
Nyeri hilang/
terkontrol
Kriteri hasil :
Pasien
1. Kaji
ca
karakteristik,
derajat (skala
0-10)
A
u
a
hangat.
Berikan klien
p
nyaman
waktu tidur /
duduk di
Berikan
4.
1
m
managemen nyeri.
Panas
le
mobilitas,
menurunkan rasa
sakit.
3
membatasi nyeri /
cedera sendi.
Menaikkan r
dan sebaga
NO
P DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN/
KRITERIA HASIL
RENCANA ERAWATAN
NAL INTERVENSI RASIO
2.
b/d
tidak
sanggup
berjalan jauh,
lebih banyak
duduk.
n mampu
berpartisipasi pada
aktivitas yang
diinginkan.
. Pertahankan
uduk
rlukan.
antu
engan
hank
n postur
dan
. Untuk mencegah
. Menaikkan fungsi
Memaksimalkan
fungsi sendi dan
. Menghindari
Intoleran
aktivitas
usia lanjut dan
perubahan otot
d/d
Klie 1
istirahat tirah
baring / d
jika dipe
2. B
bergerak
d
bantuan
seminimal
mungkin.
3. Dorong klien
memperta
3.
a
tegak, duduk
tinggi,
1
kelelahan dan
mempertahankan
kekuatan.
2
sendi, kekuatan otot
dan stamina umum.
mempertahankan
mobilitas.
4
©2004 Digitized by USU digital library 20
Berikan
dan
enganjurkan
u.
obat
edera akibat
ecelakaan.
5. Untuk menekan
inflamasi sistemik
berjalan.
4.
lingkungan
yang aman
m
untuk
menggunakan
alat bant
5. Berikan
– obat sesuai
dengan
indikasi.
ck
akut.
3. era fisik
nsia
d/d hati-hati saat
berjalan,
menggunakan alat
bantu tongkat.
Klien dapat
empertahankan
keselamatan fisik.
an dengan
k
erjalan atau
bangkit dari duduk
dan tidur dengan
han.
1. L n yang bebas
bahaya akan
mengurangi resiko
edera.
2. Mengetahui tahapan
pengobatan.
3. Mengurangi resiko
cedera.
Resti ced
b/d penurunan
fungsi tulang la
m
1 .Kendalikan
lingkung
menyingkirkan
bahaya yang
tampak jelas
seperti
pencahayaan pada
malam hari.
2. Membantu
regimen medikasi.
3. Anjurkan untu
b
perlahan-la
ingkara
c
C T
No.
Dx
Hari / Tanggal
ATA AN PERKEMBANGAN
Implementasi Evaluasi
1 Selasa / 24 Februari
04 • uhan nyeri dan
t
• Memberikan klien posisi yang
nyaman pada waktu duduk di kursi
• Memberikan massage yang lembut
S : Klien menyatakan
masih sakit
emijat-mijat
terlihat
Pukul 15.00 WIB
Mengkaji kel
catat lokasi skala nyeri. Skala
nyeri = 6
• Menganjurkan klien untuk mandi
air panas/hanga
pada kaki/lutut
bahwa kaki kanan dan
kirinya
apalagi di bawa
berjalan.
O: Klien m
kaki-nya
- Wajah klien
me-ringis
- Nyeri = 6
A : Masalah belum teratasi
R/T dil P : anjutkan
2 Pu
• bergerak dengan
S : kul 15.15 WIB
• Mempertahankan istirahat duduk
jika diperlukan
Membantu
Klien menyatakan masih
tidak sanggup berjalan
lama
O: Klien berjalan
©2004 Digitized by USU digital library 21
bantuan seminimal mungkin
mempertahankan
ngkat
• Mendorong klien
postur tegak, duduk tinggi, berdiri
dan berjalan
mengguna-kan to
- Klien lebih banyak duduk
-
A : ah belum teratasi
Klien berjalan lambat
Masal
P : R/T dilanjutkan
3

nggunakan
penyangga tempat tidur.
• Menganjurkan untuk berjalan atau
bangkit dari duduk dan tidur
dengan perlahan-lahan
:
meng-gunakan tongkat
saat berjalan
A : Masalah belum teratasi
Pukul 15.25 WIB
Mengendalikan lingkungan dengan
menyarankan untuk me
S Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
jauh
O : Klien tampak berhatihati
saat berjalan, klien
P : R/T dilanjutkan
No.
Dx
Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Rabu / 25 Februari 04
air panas/hangat
• Menganjurkan klien untuk meminum
obat sesuai intruksi/indikasi
• Memberikan masage yang lembut
O : Klien masih memijat
Pukul 16.00 WIB
• Menganjurkan klien untuk mandi
S : Klien menyatakan kaki
kanannya sakitnya
sudah berkurang, tetapi
kaki kirinya masih sakit.
kaki kirinya
- Wajah sedikit meringis
Masalah teratasi
ebagian
A:
s
P : R/T dilanjutkan
2
• n
bantuan seminimal mungkin
untuk
gkat untuk ber-
A : alanjutka
Pukul 16.10 WIB S :
• Menganjurkan untuk
memindahkan benda yang
mengganggu saat berjalan
Membantu bergerak denga
• Menyarankan
mempertahankan istirahat duduk
atau tirah baring jika diperlukan
Klien menyatakan dapat
berjalan tapi tidak
sanggup lama-lama
O : Klien masih menggunakan
ton
jalan
- Klien berjalan lambat
Masalah teratasi seb
gian
R/T d P : i n
3
• k tetap
latihan berjalan
• Menjelaskan pada klien untuk
tetap m untuk
an
gunakan
tongkat
A: Masalah teratasi
Pukul 16.20 WIB
• Menyingkirkan bahaya yang dapat
menyebabkan cedera (usahakan
kursi selalu berada di tempatnya
jangan dipindah-pindahkan)
Mendorong kli n untu e
enggerakan sendi
meminimalkan kekaku
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
O : Klien tampak berhatihati
-Klien meng
sebagian
P : R/T dilanjutkan
©2004 Digitized by USU digital library 22
No.
Dx
Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Kamis / 26 Februari
04
Pu
• posisi yang nyaman
uk bersandar
sakit dengan
O: ijat kaki kirieringis
A : Masalah teratasi
kul 11.00 WIB
• Memberikan injeksi Neuropiton 1
cc
• Menganjurkan minimal obat
setelah makan 3x / hari
Memberikan
yaitu posisi dud
• Menganjurkan untuk memijat
bagian sendi yang
obat gosok
S : Klien menyatakan kaki
kirinya masih sakit
Klien mem
nya
- Wajah sedikit m
seba-gian
P : R/T dilanjutkan
2 Pu
yang licin
• Membantu klien bangkit dari
pulang
S : takan masih
O: ang ke poliklinik
n satu
tera
P : R/T utkan
kul 11.15 WIB
• Menjelaskan untuk tidak berjalan
di tempat
duduk saat akan
• Menganjurkan klien untuk banyak
istirahat
Klien menya
takut untuk berjalan
Klien dat
bersama tema
wis-manya
A : Masalah belum
tasi
dilanj
3 Pu
• rak dengan

sendinya walaupun
dalam keadaan duduk
• Menganjurkan klien tetap menggunakan
tongkatnya saatnya
berjalan
up berjalan
O : Klien berjalan lambat
gunakan
tong-kat
A: Masalah teratasi
kul 15.30 WIB
Membantu klien berge
cara menuntunnya
Menganjurkan klien untuk menggerakkan
S : Klien menyatakan dapat
berjalan, dari tidak
sang-g
jauh
dan tetap meng
sebagian
P : R/T dilanjutkan
©2004 Digitized by USU digital library 23
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan.
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria
lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria
dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: