Senin, 23 Juni 2008

Askep Infrark Myokard Akut


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLEIEN DENGAN INFARK MYOKARD AKUT


I. LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Infark Myokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (Hudack & Galo 1996).
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner miokard (oenyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan (Carpenito L.J. , 2000).
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.

B. INSIDEN
Ø IMA merupakan 15-20 % dari penyebab kematian
Ø Pada pria biasanya 2 kali lebih banyak kematian dari pada wanita
Ø Sering ditemukan pada pria antara 35-55 tahun, dengan serangan mendadak, tanpa ada gejala pendahuluan

C. PATOFISIOLOGI
Arteri koroner kiri mempengaruhi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan mempengaruhi sisi diafragma ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering dipengaruhi oleh arteri koroner kanan daripada kiri (cabang sirkumfleks). Pada nodus AV, 90% dipengaruhi oleh arteri koroner kanan dan 10% dari sisi kiri cabang sirkumfleks. Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri kugel. Jadi jelaslah obstruksi pada arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi pada arteri koroner kanan. Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral telah terbentuk, lokasi infark mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal yang terkena. Pada nekrosis daerah infark miokard mungkin sulit dikenali pada 24 – 48 jam pertama. Setelah itu serat-serat miokard membengkak dan nuklei menghilang. Di tepi infark dapat terlihat perdarahan. Dalam beberapa hari pertama daerah infark akut amat lemah. Secara histologis penyembuhan dapat tercapai sekurang-kurangnya setelah empat minggu, umumnya setelah enam minggu.

Segera setelah terjadi Infark Miokard daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat menurunnya ejeksi fraction, isi sekuncup, dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudat cairan ke jaringan interstitium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik disekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsang adrenergik untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai jika daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang kompensasi masih normal maka pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya jika infark luas dan miokard yang harus berkompensasi juga buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik akan naik dan gagal jantung terjadi.
Perubahan-perubahan hemodinamik Infark Miokard ini tidak statis. Bila Infark Miokard makin tenang fungsi jantung membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan daerah-daerah yang tadi iskemik mengalami perbaikan. Perubahan hemodinamik akan terjadi bila iskemik berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya mekanis penyulit seperti rupture septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard yang tersering dan terjadi pada saat pertama serangan. Hal ini disebabkan karena perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan terhadap terjadinya aritmia. Penderita Infark Miokard umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat. Sedangkan peningkatan tonus simpatis pada Infark Miokard anterior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

E. GEJALA KLINIS
Hampir selalu ditandai dengan nyeri yang sangat adan mendadak dan terasa oada tiap bagian dada, tetapi bisanya substernal dan terada pula di daerah punggung kiri, lengan atau geraham bawah. Sering kali rasa takut, kehabisan tenaga, berkeringat, pusing, mual dan muntah. Tekanan darah biasanya menurun, kadang-kadang menurunnya sampai shock. Pada infark yang berat, terdapat duypneu dan cyanosis akibat payah jantung. Denyu tjantung bisanya bertambah tetapi dapat pula berkurang. Sering terjadi arytmia seperti ekstrasistole dan fibrilasi atrium. Pada auskultasi di paru-paru terdengar ronchi basah akibat kongesti paruparu dan edema. Friction rub “bising gesekan” pericardium [ada hari kedua atau ketiga. Kelainan EKG lebih penting dari pada pemeriksaan fisik. Didapatkan gelombang Q abnormal, elevasi segmen ST dan gelombang T terbalik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Kelainan EKG lebih penting dari pada pemeriksaan fisik. Didapatkan gelombang Q abnormal, elevasi segmen ST dan gelombang T terbalik.
2. Laboratorium
Laju Endap Darah Meningggi, lekositosis, kadar protein C-Reaktif meninggi, kadar SGOT dan LDH (Lactic Dehydrogenase) meinggi, maksimal 1-2 hari setelah infark dan kemudian menurun hingga kahir minggu pertama, Alpha Deydrogenase bertahan lebih lama dalam darah.
3. Radiologi
4. Echocardiografi
5. Pemeriksaan radioisotop

G. KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Trombo-embolisme, Bila endometrium ventrikel terkena, biasanya penebalan fibrotik dan trombus mural yan gmenyebabkan embolus perifer.
3. Perikarditis, biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga. Lokasinya daerah di atas daerah nekrotik atau menyeluruh.
4. Aneurisma ventrikel, pada infark yang meluas, daerah fibrotik dapat meluas dalam waktu berbulan-bulan/bertahun-tahun dan menimbulkan aneurisme jantung (trombus mural).
5. Regurgitasi mitral akut
6. Ruptur jantung dan septum, biasanya terjadi pada akhir minggu pertama atau permulaan minggu kedua, yaitu pada sat fokus iskemik palin glunak. Ruptur akan berakibat perdarahan hebat perikardial dan tamponade jantung. Ruptur septum interventrikel menyebabkan shut kiri ke kanan.

H. PROGNOSIS
Prognosisi bergantung pada luasnya infark, umur penderita dan cadangan tenaga myocardium. !5-25% meninggal dalam waktu 6 minggu, tetapi biasanya meninggal dalam waktu 48 jam setelah serangan .

Kematian biasanya oleh :
1. Fibrilasi vbentrikel
2. Sohck akibat kerusakan myokardium yan gberat (9%)
3. Payah jantung (40%)
4. Ruptur jantung (5-10%)
5. Embolus trombus mural, sangat berbahaya bila tersangkut pada alat vital seperti otak dan ginjal,

I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan primer, pengendalian faktor resiko yang dapat meningkatkan kerentanan penyakit aterogenesis pada pencegahan penyakit : 1) hiperlipidemia, 2) hipertensi, 3) merokok, 4) obesitas, 5) diet tinggi kalori, lemak total. lemak jenuh, kolesterol dan garam, 6) dibetes, 7) gaya hidup yang kurang gerak, 8) stres psikososial.
2. Pengobatan
a. Pengurangan kebutuhan oksigen
ü Pengurangan kerja jantung secara farmakologik :
v Nitrogliserin
v Penghambat beta adrenergik
v digitalis
v deuritik
v vasodilatasi
v sedatif
v antagonis kalsium
ü Penguragan kerja jantung secara fisik
v Tirah baring
v lingkungan yan tenang
b. Peningkatan suplai oksigen
ü Nitroglieserin
ü pemberian oksigen
ü vasopresor
ü antiaritmia
ü antikoagulansia dan agen fibrinolitik
ü antagonis kalsium
3. Revaskularisasi koroner
a. Angioplasty, PTCA (Percutaneus transluminal coronary angioplasty) menjadi salah satu alternatif terhadap operasi pintas koroner untuk beberapa penderit adengan penyempitan ateroskleroik yang resisten terhadap terapi medis.
b. Revaskularisasi bedah, pembuluh standar yang dipakai dala melakukan CABG (Cangkok pintas arteria koroner) adalah vena safena magna tungkai dan arteria mamaria interna kiri (LIMA) dari rongga dada.
c. Terapi trombolitik, trapi utama untuk reperfusi koroner akut adalah segolongan obat yang dikenal sebagai fibrinolitik yang mencakup streptokinase, urokinase, aktivator plasminogen jaringan (TPA), dan kompleks aktivator plasmimogen yang tidak terisolasi (APSAC).

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas
Umur sering terjadi pada laki-laki umur 35-55 tahun, jenis kelamin laki-laki 2 kalilebih banyak angka kematiannya dari pada perempuan.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri dada
P, Nyeri dada
Q, nyeri yang sangat dan terasa pada tiap bagian dada
R, nyeri pada substernal, punggung kiri, lengan dan geraham bawah.
S, Sering kali rasa nyeri disertai easa takut, rasa kehabisan tenaga, berkeringat, pusing, mual dan muntah. Tidak sadar diri dan sesak.
T, nyeri dirasakan mendadak tanpa ada gejela pendahuluan
c. Riwayat penyakit sekarang
Ø Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh sesak dan nyeri dada, sesak bertambah jika aktifitas, keadaan lemah dan nafsu makana menurun
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Ø Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi, jantung koroner, miokarditis, jantung ongenital, aritmia
Ø Mempunyai riwayat penyakit DM
e. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM
f. ADL
Ø Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah, sebelum atau pada waktu MRS, dan yang trpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit
Ø Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit klien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur klarena nyeri dada dan sesak nafas
Ø Aktifitas : Aktifitas dirumah atau dirumah sakit apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena sesak nafas saat aktifitas
Ø Eliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, apakah ada gangguan.
Ø Personal Hygiene : mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri
g. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya

h. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
Ø Meliputi keadaan pasien, cemas, agitasi, perubahan fungsi mental
Ø Kesadaran pasien bisa smapai terjadinya shock
Ø Observasi tanda – tanda vital : tensi (takikardia), nadi lemah pengisian kecil, suhu (diaporesis penuruan pefusi perifer) dan respirasi (takpneu)
Ø TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi, penimbunan cairan pada ekstremitas,
Secara khusus :
Sistem integumen
Perfusi jaringan menurun, suhu akral dingin, sianosis, berkeringat
Kepala dan leher, distensi vena leher
Sistem pernafasan
Sesak nafas (dyspneu), rhonci (akumulasi cairan di paru), nyeri dada substernal punggung kiri, pusing, kesadaran menurun (shock)/synkope,
Sistem kardiovaskuler
Aritmia (ekstra sistole), friction rub, palpitasi, hipotensi, takikardia, penurunan nadi perifer, kulit idngin dan pucat, distensi vena leher
Sistem neurologi
Rasa kehabisan tenaga (fatigue), synkope,
sistem pencenraan
Mual dan muntah,
sistem perkemihan
sistem muskoloskletal
Edema perifer, nyeri tungkai
sistem reproduksi
i. Pemeriksaan penunjang
1. EKG
Kelainan EKG lebih penting dari pada pemeriksaan fisik. Didapatkan gelombang Q abnormal, elevasi segmen ST dan gelombang T terbalik.
2. Laboratorium
Laju Endap Darah Meningggi, lekositosis, kadar protein C-Reaktif meninggi, kadar SGOT dan LDH (Lactic Dehydrogenase) meinggi, maksimal 1-2 hari setelah infark dan kemudian menurun hingga kahir minggu pertama, Alpha Deydrogenase bertahan lebih lama dalam darah.
3. Radiologi
4. Echocardiografi
5. Pemeriksaan radioisotop
Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi kasus IMA
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot jantung
3. Anxietas/ketakutan (individu/keluarga) berhubungan dengan siatuasi yang tak dikenal, sifat kondisi yang dapat diperkirakan, takut akan kematian, efek negatif pada gaya hidup atau kemunginan disfungsi seksual.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisensi oksigenasi untuk aktivitas kehidupan sehari-hari sekunder terhadap iskemia jaringan jantung, imobilisasi lama, narkotik atau obat-obatan.
5. Risiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan inefektifitas penatalaksanaan regimen terapi, kondisi klien, pengobatan.

2. Perencanaan
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang dugunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase perancanaan yaitu menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan.
Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ½ jam klien merasa lebih enak/nyaman
Kriteria :
- Klien tampak tenanag (perilaku tidak gelisah), tidak menyeringai, skala nyeri 1-3
- Klien dapat bekerja sama dalam tindakan dan pengobatan
- Klien dapat menceritakan letak, faktor pencetus, gambaran nyeri
Rencana Tindakan
Rasional
a. Anjutkan klien untuk melaporkan episode nyeri pada petugas
b. Kolaborati dalam pemebrian analgetik dan dokumentasikan tingkat perkembangan nyeri
c. Anjurkan klien untuk bedrest

d. Atur lingkungan yang tenanga dan nyaman


e. Jelaskan penyebab dan kemungkinan faktor pencetus (fisik dan emosional)
f. Monitoring dengan pemeriksaan ECG selama episode nyeri


g. Jelaskan dan bantu dalam penghilangan nyeri seperi :
- perubahan posisi
- Distraksi (aktivitas dan latihan pernafasan)
- Masage
- Latihan relaksasi
a. Interevsni akut dapat mencegah iskemia atau cedera lebi berat
b. Nyeri berat, menetap, tidak menghilang dengan pemberian analgetik dapat mengidentifikasikan infark menetap.
c. Aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigen yang dapat menimbulkan nyeri.
d. Stimulasi lingkungan dapat meningkatkan frekuensi jantung dan dapat menimbulkan hipoksia jarigan miokard, nyeri.
e. Penejelasan dengan tenang dapat mengurangi stres yang berhubungna dngen takut dan ketidaktahuan
f. Pemantauan jantung dapat membantu memebedakan varian angina akibat meluasnya infark
g. Tindakan ini dapat membantu mencegah rangsang neyri dari pusat otak yang lebih tinggi denga menggantikan rasangsang nyeri dengan rangsangan lain> relaksasi menurunkan ketegangan otot, menurunkan frekuensi jantung, dapat memperbaiki isi ssekuncup, dan meningkatkan indera kontrol klien terhadap nyeri.

Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot jantung
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X 24 jam perfusi jaringan baik
Kriteria ;
- T : 120/80, N : 88X/mnt, Urine 40-50 cc/jam, pusing hilang
- suhu Akral hangat, merah dan kering
- Kapilary refill , 2 detik
Rencana Tindakan
Rasional
1. Berikan posisi syok dan observasi tanda-tanda syok
2. Observasi vital sign (N : T : S ) dan kapilarri refill setiap jam


3. Kolaborasi:
- Pemberian infus RL 28 tts/menit
- pemebrian oksigenasi


- Foto thorak

- EKG
- Lanoxin IV 1 ampul
- Lasix 1 ampul
- Observasi produksi urin dan balance cairan
- Periksan DL
1. Memenuhi kebutuhan perfusi otak dan jaringan
2. Untuk mengetahui fungsi jantung dalam upaya mengetahui lebih awal jika terjadi gaguann perfusi
3. RL untuk memenuhi kebutuhan cairan intra vaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis mencegah kolaps vena.Untuk memastikan aanatomi jantung dan melihat adanya edema paru. Untuk melihat gambaran fungai jantung. Memperkuat kontraktilitas otot jantung Meningkatkan perfusi ginjal dan mengurangi odem. Melihat tingkat perfusi dengan menilai optimalisasi fungsi ginjal. Untuk melihat faktor-faktor predisposisi peningkatan fungsi metabolisme klliensehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Anxietas/ketakutan (individu/keluarga) berhubungan dengan siatuasi yang tak dikenal, sifat kondisi yang dapat diperkirakan, takut akan kematian, efek negatif pada gaya hidup atau kemunginan disfungsi seksual.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dlam waktu 1 – 2 x 60 menit diharapkan klien adaptasi dengan kondisi dan cemas berkurang
Kriteria :
Ø Secara verbal dan non verbal klien mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh perawat,
Ø Klien tampak lebih tenang dan itngkat ansietas tenang , skala cemas < 6
Ø Tanda vital dalam batas normal

Rencana Tindakan
Rasional
1. Bina Hubungan Saling Percaya dengan pasien dan keluarga


2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap kondisinya sekarang


3. Jelaskan kondisi dan proses perawatan kepada klien dan keluarganya




4. Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman, perasaan tentang pemahaman dan empati, identifikasi dan dukung mekanisme koping
5. Ajak keluarga lkut serta membantu dan memberikan dukungan moril
Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan terancam saling percaya dan membantu memperluas dan menerima semua aspek diri klien
Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberi kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.
Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan anxietas berat atau panik tidak dapat menyerap pembelajaran.
Anxietas cendrung memperburuk masalah , menjebak klien pada lingkaran peningkatan anxiatas, tegang dan emosiaonal dan nyeri fisik.
Peran keluarga sangat penting dalam program therapy sebagai orang terdekat dan mengenal kepribadian klienMengarahkan mekanisme koping yang efektif untuk menghindari tindakan yang menyimpang

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisensi oksigenasi untuk aktivitas kehidupan sehari-hari sekunder terhadap iskemia jaringan jantung, imobilisasi lama, narkotik atau obat-obatan.
Tujuan :
Setelah diberikan tindkaan keperawatan 2 hari klien dapat aterepenuhi kebutuhan AKS
Kriteria :
- Klien dapat mengidentifikasi faktor-fakrtor peningkatan bebean kejra jantung
- Respon fisiologis terhadap ativitas (nadi pernafasan, tekanan darah stabil) pada peningkatan aktivitas.
- Ada tingkat kemajuan aktivitas
Rencana Tindakan
Rasional
b. Tingkatkan aktivitya sklien secara bertahap :
- Susun ambulas yang diperbolhekan sesuai dengan kondisi dna kemampuannya
- Tingkatkan aktivitas perawatan diri
c. Monitor tanda-tanda vital
- Sebelum aktivitas (ambulasi, perawatan)
- Segera setelah aktivitas
- Setalh klien istirahat selama 3 menit
d. Monitor respons abnormal terhadap peningkatan aktivitas
e. Atur periode istirahat adekuat sesuai jadual harian
f. Beri reinforcement terhdap kemajuan aktivitasnya
g. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beri kesempatan klien sesuai dengan kemampuannya

a. Kemajuan aktivita sbertahap, diarahkan melalui toelrasni klien, emingkatkan fungsi fisiologis dan menurhkan hipoksia jaringna jantung.
b. Peningkatan frekuens jantung dan kekuatan nadi, peningkatan tekanan darah sistolik, dan pernafasan setelah 3 menit nadi harus kembali dalam 10 kali/menit dari frekuensi istirahat.
c. Respon abnormal meningkatan intoleransi terhadap peningkatan aktivitas.
d. Periode istirahat memberi kesemaptan tubuh untuk penggunaaan energi yang rendah
e. Memberikan pujian dan meningkatakn perilaku positif dan mengurangi frustasi karena ketergantungan.
f. Penghematan energi mencegah kebuthan oksigen melebihi tingkat yang dapat dipenuhi jantung.


Risiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan inefektifitas penatalaksanaan regimen terapi, kondisi klien, pengobatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 minggu klien kembali dalam keadaan normal
Kriteria :
- Klien tampak membaik kondisinya
- Komplikasi minimal

Rencana Tindakan
Rasional
1. Monitor tanda dan gejala disritmia :
- frekuesni irama jantung abnormal, palpiatasi dan synkope
- gangguan hemodinamik, hipotensi
- kedaruaratan jantung (henti jantung)
2. Peratahankan terapi oksigen sesuai program

3. Monitor tanda dan gejala sok kardiogenik
- Takikardia, haluaran urin < 30 cc/jam
- Gelisah, agitasi, perubahan fuingsi mental
- Takipnea, penurunan nadi perifer, kulit dingin, pucat, atai sianotik
- MAP < 60 mmHg
4. Monitor tanda dan gejala gagal jantung kongestif dan penurunan jurah jantung :
- frekuensi jantung meningkat, nafas pendek dan meningkat
- bunyi nafas tambahan
- tekanan darah sistoleik menurun, peningkatan gallop S 3/S4
- Edema perifer, distensi leher
5. Monitor tanda dan gejala tromboembolism :
- nadi perifer menurun ,
- sianosis, nyeri tungkai
6. Monitor tanda dan gejala perikarditis
- nyeri dada perubahan pernafasan dan posisi
- gesekan perikardia;
- peningkatan suhu
- Perubahan segemen ST
7. Monitor tanda dan gejala berulangnya IM ;
- nyeri dada hebat
- peningkat dyspneu
- Peneingkatan ST elevasi dan gelombang Q abnomral pada ECG
8. Monito gejala dan tanda ruptur jantung
- Huipotensi, distensi leher, takikardia
- pulsus paradoks
9. Kolaboratif :
- pengobatan Vasodilatsi, antiangina, beta bloker, analegetik, sedatfi, hipnotik
- Teapi intravena, pemberian cairan dan obat
- Pemeriksaan lab, Enzim jantung, elektrolit, SDP, LED, Kimia darah
- Pemeriksaan diagnostik, ECG, Ekokardiogram
- Oksigenasi
1. Iskemia jringan mengakibatkan tidak stabil secara elektrik menyebabkan disritmia, seperti kontraksi ventrikel premtaur yang meninbulkan fibrilasi ventirkel dan kematian. Disritmia akibat reperfusi jaringan iskemia sekunder trombolitik.
2. Terapi suplemen oksigen meningkatkan sediaan oksigen sirkulasi pada jaringan miokard
3. Syok kardiogenik terjadi karena kehilangan /kerusakan miokard, penurunan isi sekuncup dan jurah jantung.


4. Gagal jantung kongestif disebabkan IM, yang menurunkan kemampuan ventrikel kiri untuk memompa darah, sehingga menurunkan curah jantung dan meningkatkan kongesti pulmonal.





5. Tirah baring lama meingkatakan viskositas dan koagulbilitas darah dan penurunan curah jantung menunjang pembentukan trombus.
6. Kerusakan pada epicardium menyebabkan menjadi kasar, yang cenderung mengiritasi dan menginflamasi jantung.



7. Tamponade jantung terjadi akibat akumulasi kelebihan cairan pada spasium perikardial yang menyebabkan keruskan fungsi jantung dan penurunan curah jantung.

6. Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang merupakan bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi ini haruslah dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien dan setiap melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data yang menentukan saat evaluasi.

7. Evaluasi
Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses keperawatan dan asuhan keperawatan evaluasi ini dicatatat dalam kolom evaluasi dengana membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal yang juga kita harus mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan perkembangan.

Daftar pustaka

Marini L. Paul (1991) ICU Book, Lea & Febriger, Philadelpia

Tabrani (1998), Agenda Gawat Darurat, Pembina Ilmu, Bandung

Carpenitto (1997) Nursing Diagnosis, J.B Lippincott, Philadelpia

Hudack & Galo (1996), Perawatan Kritis; Pendekatan Holistik, EGC , Jakarta

PA FKUA. 1994. Paket Kuliah Patologi 2. FKUA. Surabaya - Indonesia

Sylvia, 1996. Patofisologi. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar: