Senin, 23 Juni 2008

Askep Neuroma Pd fronta Orbita Sinistra

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN NEUROMA PADA FRONTO ORBITA SINISTRA

Oleh
Edi

Konsep Dasar
1. Pengertian
Tumor Orbita merupakan benjolan atau pembengkakan abnormal yang ditemukan didaerah orbita.

2. Epidemologi
Tumor secara umum dibedakan menjadi neoplasma dan non-neoplasma. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Tumor ganas terjadi akibat berkembang biaknya sel jaringan sekitar infiltrat, sambil merusakkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis. Tumor orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan ruangan di orbitapenderita biasanya datang dengan keluhan seperti ada benjolan yang menyebabkan perubahan bentuk wajah, protopsis, nyeri peri okular, inflamasi, keluarnya air mata, massa tumor yang jelas nampak. Insiden tumor orbita bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang dipakai. Frekwensi relatif benigna dan maligna menurut handerson (1984); disebutkan sebagai berikut : karsinoma (primer metastasis dan pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor vaskular 10 %, meningioma 9 %, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf tengkorak 4%, serta glioma optikus dan neurisistik 5%.
Gangguan mekanisme pengendalian pertumbuhan normal
Berfungsinya onkogen
(karsinogenic Agent)3. Patofisiologi
Mutasi gen pengendali pertumbuhan
Infeksi virus
( Virus SV –4)


Perubahan epitel daerah orbital/operasi
Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Suhu lingkungan yang rendah, lemak sub kutan tipis, adaptasi terhadap suhu rendah -, penurunan metabolisme akibat puasa
Puasa, perdarahan
Jinak (Epidermoid, sel besar, adeno carsinoma )
- Kohesif
- Tumbuh lambat
- Pola teratur
- Berkapsul
Ganas/kanker (Sel kecil/oat cell)
- Kurang kohesif
- Pertumbuhan cepat
- Pola tidak teratur
- Tidak berkapsul
Kecemasan
Persiapan operasi
Penekanan reseptor Pada orbita mengeluarkan prostalagnin, serotonin, bradikinin, norefinefrin, ion hidrogen, ion kalium dan subtance P
Benjolan
Pada daerah orbita
Ggn body imagge
Operasi
Resiko terjadi cedera ( Posisi operasi/hipotermi
Pemakaian anastesi
Tindakan operatif/konservatif/paliatif
Kekurangan volume cairan
Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Nyeri
Post operasi
Kerusakan jaringan
Post Anestesi
Kekurangan volume cairan
Resiko terjadi cedera (hipotermi)
































4. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pre Operasi
Peri Operasi
Pasca Operasi
S: Benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat adanya benjolan, nyeri, takut. Riwayat trauma, riwayat tumor pada keluarga, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat pembedahan, perasaan klien berhubungan dengan pembedahan. Haus. Riwayat alergi. lemas akibat puasa. Pada anak riwayat tumbuh kembang, imunisasi. Puasa, mandi.
S : -
S : Nyeri, susah bernafas, tubuh dingin
0 : Tampak benjolan pada daerah orbita, ukuran benjolan, jenis benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ). Keadaan umum, kesadaran, keadaan kulit (pucat, cyanisis, icterus ), tekanan darah, Nadi dan suhu biasanya normal. Ukur BB dan TB. Status gizi. Kebersihan daerah operasi.
Data penunjang : Foto Thorax, CT scan, Lab DL. UL, FL, FH dan hasil tes antibiotika, informed concent.

0 : Terpasang alat perawatan,(infus, monitor, respirator ).Posisi tertelentang. Induksi dengan anastesi. Dilakukan eksisi. Suhu lingkungan 22 oC. Perdarahan.
O : Lemah, terpasang infus, catatan tentang anestesi yang didapat, kesadaran menurun, luka bekas operasi, catatan perdarahan, peristaltik usus menurun, flatus (-).Hasil PA. Mual dan muntah, menangis pada anak-anak. Tubuh dingin, akral dingin, mukosa kering.

b. Diagnose dan Perencanaan
PRE OPERASI

DX TUJUAN TINDAKAN
Rasional
Kecemasan pada anak atau orang tua b.d kurangnya pengetahuan tentang kemungkinan penyakit dan prosedur tindakan operasi
Tujuan :
Setelah 15 menit klien/keluarga dapat mengetahui penyakit serta prosedur tindakan yang akan dilakukan pada klin/anaknya.
1. Jelaskan tentang penyakit yang diderita klie/anaknya serta prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.

2. Berikan kesempatan menemani klien/anaknya sampai di ruang premedikasi.



3. Yakinkan tentang jaminan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.








5. Pastikan kelengkapan operasi klien (Status, hasil lab, Foto Radiologi, Ct Scan, Obat-obatan, alat-alat, informed concent

- Agar keluarga mengerti sehingga lebih paham tentang kondisi dan resiko tindakan operasi yang skan dilakukan
- Untuk meningkatkan orientasi dan meyakinkan bahwa operasi bukan sesuatu yang menakutkan.
- Agar kecemasan dapat tereduksi.



- Jawaban yang benar yang mampu menjawab keingintahuan klien merupakan sustu metode katarsis yang dapat mengurangi kecemasan klien
- Untuk menjamin keamanan fisik maupun psikologis petugas dan keluarga, yang memastikan segalaya telah siap.

Resiko defisit volume cairan b.d puasa sekunder persiapan operasi
Setelah 30 menit tidak terjadi defisit cairan dengan kriteria :
- Turgor baik
- Cowong -
- Mukosa lembab.
1. Kolaborasi pemasangan infus


2. K/P pasang kateter



3. Observasi kelembaban mukosa
- Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.

- Untuk mengetahui keseimbangan intake/output cairan
- Untuk mengetahui kecukupan cairan.

INTRA OPERASI
DX TUJUAN TINDAKAN
Rasional
Resiko terjadi ketidakefektifan pola nafas b.d peningakatan sekret dan penurunan reflek menelan sekunder pemakaian Anestesi
Selama operasi tidak terjadi gangguan bersihan jalan nafas.
1. Bantu memberikan posisi stabil
2. Bantu menyiapkan alat intubasi.

3. Bantu memonitor status respirasi


4. Lakukan monitoring SaO2





5. Pantu tanda distress pernafasn setelah penyapihan ETT/respirator.

- Untuk melancarkan airway
- Intubasi dapat mencegah resiko sumbatan jalan nafas
- Untuk mengetahui tanda gg pola nafas
- Memantau keadekuatan DO2 dan VO2 sebagai indikator perfusi dan pemenuhan O2.
- Untuk mengetahui efek anastesi pada SSP.
Resiko terjadi cedera (hipotermi, bradikardi, b.d suhu lingkungan yang rendah sekunder rendahnya kadar lemak subcutan pada bayi, serta penekanan pada nervus X pada segmen posterior orbital.
Selama operasi :
- Tidak terjadi hipotermi
- Tidak terjadi okuloreflek
1. Pasang diatermi sebagai alas meja operasi.


2. Perhatikan pemasangan ground diatermi.
3. Berikan selimut operasi yang lebih tebal terutama untuk bayi dan lansia.
4. Pantau nadi dan EKG selama operasi


- Untuk mencegah hipotermi dg memberikan hangat secara elektrik
- Untuk mencegah kombus atau elektrik injury
- Untuk mencegah kehilangan panas melalui evavorasi


- Penekanan pada bola mata dapat menimbulkan timbulnya okulo reflek yang merangsang nervus X sehingga dapat terjadi bradikardi .


PASCA OPERASI

DX TUJUAN TINDAKAN
Rasional
Kecemasan pada anak atau orang tua b.d kurangnya pengetahuan tentang hasil operasi.
Tujuan :
Setelah 15 menit klien/keluarga dapat mengetahui hasil operasi.
1. Jelaskan tentang hasil operasi yang dilakukan, serta keadaan klien penyakit yang diderita klie/anaknya serta prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.

2. Berikan kesempatan menemani klien/anaknya di ruang RR.




3. Jelaskan tentang tindak lanjut hasil Px jaringan

4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
- Agar keluarga mengerti sehingga lebih paham tentang kondisi dan resiko dari hasil operasi yang telah dilakukan



- Untuk meningkatkan orientasi dan meyakinkan bahwa operasi bukan sesuatu yang menakutkan.
- Agar kecemasan dapat tereduksi.


- Jawaban yang benar yang mampu menjawab keingintahuan klien merupakan sustu metode katarsis yang dapat mengurangi kecemasan klien
Resiko defisit volume cairan b.d puasa sekunder persiapan operasi
Setelah 30 menit tidak terjadi defisit cairan dengan kriteria :
- Turgor baik
- Cowong -
- Mukosa lembab.
1. Observasi cairan infus


2. K/P pasang kateter


3.Observasi kelembaban mukosa

- Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.

- Untuk mengetahui keseimbangan intake/output cairan
- Untuk mengetahui kecukupan cairan.
Resiko terjadi hipotermi, b.d suhu lingkungan yang rendah sekunder rendahnya kadar lemak subcutan pada bayi
Selama di RR
- Tidak terjadi hipotermi

1. Berikan selimut operasi yang lebih tebal terutama untuk bayi dan lansia.


- Untuk mencegah kehilangan panas melalui evavorasi


Resiko terjadi ketidakefektifan pola nafas b.d peningakatan sekret dan penurunan reflek menelan sekunder pemakaian Anestesi
Selama operasi tidak terjadi gangguan bersihan jalan nafas.
1. Bantu memberikan posisi stabil

2.Bantu menyiapkan alat intubasi.


3.Bantu memonitor status respirasi

6. Lakukan monitoring SaO2





- Untuk melancarkan airway
- Intubasi dapat mencegah resiko sumbatan jalan nafas
- Untuk mengetahui tanda gg pola nafas
- Memantau keadekuatan DO2 dan VO2 sebagai indikator perfusi dan pemenuhan O2.


DAFTAR PUSTAKA


Tabrani, (1998), Agenda Gawat Darurat Jilid 3 Penerbit Alumni Bandung

Guyton, (1991), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta

Barbara Engram, (1995), Perawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Dongoes M.E, Marry F, Alice G (1997) Nursing Care Plans, F.A davis Company, Philadelphia.

Carpennito L.J (1997), Nursing Diagnosis, JB. Lippincot, New York

Naught Callender (1990), Illustrated Physiology, Churchill Livingstone, New York.

Syamsuhidayat, Wim de Young, (1998 ), Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta
Laporan Kasus
1. Pengkajian
Mulai dilakukan tanggal 19-2-2002 Pk. 06.35 WIB
a. Identitas pasien
a.Nama : AD Register : 10123789
Umur : 4,5 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Orang tua : Fadilah
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Penanggung : Askes
Ruangan : Bedah H

b. Pengkajian data pre operasi
b.Keluhan utama:
Menurut ibunya, bayi AD menderita tumbuh bejolan pada sisi mata kiri dekat hidung sejak 1 bulan yang lalu, keluarga takut kalau menjadi ganas. Benjolan tidak cepat membesar dan tidak membesar bila menangis atau mengedan.

Riwayat Tumbang :
Lahir spontan langsung nangis di dokter dengan BB 3000 gr, PB 49 cm, riwayat imunisasi BCG (+), DPT 2 X, Hb 2X, Polio 2 X. Sampai saat ini masih minum asi. Sakit serius selama ini tidak pernah. BB saat ini 8 kg.

Riwayat penyakit saat ini
Sejak 1 bulan yang lalu keluarga menemuka ada benjolan pada mata kiri dekat hiding klien.Ukuran sekitar 1 cm. Kesan pembesaran lambat, benjolan tidak membesar jika menangis atau mengedan.Riwayat trauma (-), riwayat keluarga yang memiliki penyakit kanker/tumor (-). Sejak 2 minggu yang lalu keluarga mengajak AD memriksakan diri ke Poliklinik RSUD Dr Soetomo dan didiagnosis neuroma dan disarankan operasi. Keluarga setuju dan menyiapkan acara lewat poliklinik dan MRS pre op di Ruang bedah H.
Data bio psiko sosial dan labotorium seperti berikut:

Sistem
Subyektif
Obyektif
Masalah
Pernafasan
Keluhan : tidak ada
Riwayat asthma/batuk (-)
Hidung : taa
Dada bentuk dan gerakan simetris
RR : 28 X/mnt, reguler, suara nafas vesikuler, Wh -/-, Rh -/-,
Paru: bentuk normal
-
Kardiovaskuler
Riwayat penyakit darah –
Riwayat penyakit jantung (-)
Hb : 11, 3 gr%
Konjuctiva merah muda
Kapilarry refill 2 dt
Cyanosis (-) T :- Nadi 120 X/mnt.
S1S2 : Tunggal reguler
Akral hangat
Bazunking : 30 “
Leuko : 12.000
BT : 1 m (1 – 3)
CT : 6 m ( 5-10 )
PPT : 11,8 ( 11,6 + 2 dt
KPTT : 29,1 (31+ 7 dt
Trombo : 245: (150-350)


-
Neurologi
Keluhan mual/muntah proyektil tidak ada, keterlambatan tumbuh kembang tidak ada. Saat ini bayi sudah bisa memegang benda kecil dan kontak mata baik.
Benjolan pada frontoorbita sisnistra 1 cm, keras, permukaan rata, nyeri tekan (-), defisit neurologis (-)
-
Perkemihan
Masih ngompol, kencing 6 –10 kai sehari warna kuning jernih, bau biasa, nyeri saat kencing -
Penis taa, BUN : 6 mg/dl ( 10-20), SC 0,3 (< 15 )
-

Pencernaan
Minum ASI kuat
Sejak kemarin pk 22.00 puasa
Diare (-), kembung (-)
Perut taa,
Hepar ttb, lien tb 2 jari, peristaltik 10 X/mnt.
SGPT : 19 U/I (< 46)
SGOT : 48 U/I ( < 45)
Resiko kekurangan volume cairan
Muskuloskeletal
Tidak ada masalah
Gerakan ektremitas aktif
Tanda parese (-)

Psikososial
Ibu mengatakan merasa deg-degan dan kasihan dengan anaknya. Ibu tidak tahu apa yang akan dilakukan terhadap anaknya. Ibu minta menemani anak sebelum pembiusan.
Bila diajak bicara ibu menangis dan lebih banyak diam. Skala HARS pada angka 12
Kecemasan pada orang tua

Diagnnse dan Rencana Tindakan Perawatan Pre Operasi
DX TUJUAN TINDAKAN
Rasional
Kecemasan pada orang tua b.d kurangnya pengetahuan tentang kemungkinan penyakit dan prosedur tindakan operasi
Tujuan :
Setelah 15 menit klien/keluarga dapat mengetahui penyakit serta prosedur tindakan yang akan dilakukan pada klin/anaknya.
1. Jelaskan tentang penyakit yang diderita klie/anaknya serta prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.

2. Berikan kesempatan menemani klien/anaknya sampai di ruang premedikasi dan siapkan baju untuk ibu.

3. Yakinkan tentang jaminan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.





5. Pastikan kelengkapan operasi klien (Status, hasil lab, Foto Radiologi, Ct Scan, Obat-obatan, alat-alat, informed concent

- Agar keluarga mengerti sehingga lebih paham tentang kondisi dan resiko tindakan operasi yang skan dilakukan

- Untuk meningkatkan orientasi dan meyakinkan bahwa operasi bukan sesuatu yang menakutkan.
- Agar kecemasan dapat tereduksi.



- Jawaban yang benar yang mampu menjawab keingintahuan klien merupakan sustu metode katarsis yang dapat mengurangi kecemasan klien
- Untuk menjamin keamanan fisik maupun psikologis petugas dan keluarga, yang memastikan segalaya telah siap.
Resiko defisit volume cairan b.d puasa sekunder persiapan operasi
Setelah 30 menit tidak terjadi defisit cairan dengan kriteria :
- Turgor baik
- Cowong -
- Mukosa lembab.
1.Kolaborasi pemasangan infus
2.Observasi kelembaban mukosa


- Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.
- Untuk mengetahui kecukupan cairan.

Pengkajian Intra Operasi
Sistem
Subyektif
Obyektif
Masalah
Pernafasan

Hidung : taa
Dada bentuk dan gerakan simetris. Terpasang ETT no 3,5
Nafas dengan Respirator Mode :Asistif, RR : 28 X/mnt, reguler, suara nafas vesikuler, Wh -/-, Rh -/-,
Paru: bentuk normal
Resiko gangguan pola nafas
Kardiovaskuler

Hb : 11, 3 gr%
Konjuctiva merah muda
Kapilarry refill 2 dt
Cyanosis (-) T :- Nadi 120 X/mnt.
S1S2 : Tunggal reguler
Akral hangat
Bazunking : 30 “
Leuko : 12.000
BT : 1 m (1 – 3)
CT : 6 m ( 5-10 )
PPT : 11,8 ( 11,6 + 2 dt
KPTT : 29,1 (31+ 7 dt
Trombo : 245: (150-350)


-
Neurologi

Dilakukan induksi dengan Halotan GCS E1V1M1.Benjolan pada frontoorbita sisnistra 1 cm, keras, permukaan rata, nyeri tekan (-), defisit neurologis (-), dilakukan insisi 6 cm dalam 3 cm pada daerah pronto orbita.
Resiko terjadi sumbatan jalan nafas
Perkemihan

Penis taa, BUN : 6 mg/dl ( 10-20), SC 0,3 (< 15 )
-

Pencernaan

Perut taa,
Hepar ttb, lien tb 2 jari, peristaltik 10 X/mnt.
SGPT : 19 U/I (< 46)
SGOT : 48 U/I ( < 45)
Resiko kekurangan volume cairan

Resiko terjadi hipotermi
Muskuloskeletal

Gerakan ektremitas aktif
Tanda parese (-)

Integumen

Kulit tipis, suhu lingkungan 22 oC
Resiko terjadi hipotermi

Diagnose dan Rencana Perawatan

INTRA OPERASI
DX TUJUAN TINDAKAN
Rasional
Resiko terjadi ketidakefektifan pola nafas b.d peningakatan sekret dan penurunan reflek menelan sekunder pemakaian Anestesi
Selama operasi tidak terjadi gangguan bersihan jalan nafas.
1. Bantu memberikan posisi stabil
2. Bantu menyiapkan alat intubasi.


3. Bantu memonitor status respirasi
4. Lakukan monitoring SaO2




5. Pantau tanda distress pernafasn setelah penyapihan ETT/respirator.

- Untuk melancarkan airway
- Intubasi dapat mencegah resiko sumbatan jalan nafas
- Untuk mengetahui tanda gg pola nafas
- Memantau keadekuatan DO2 dan VO2 sebagai indikator perfusi dan pemenuhan O2.
- Untuk mengetahui efek anastesi pada SSP.
Resiko terjadi cedera (hipotermi, bradikardi, b.d suhu lingkungan yang rendah sekunder rendahnya kadar lemak subcutan pada bayi, serta penekanan pada nervus X pada segmen posterior orbital.
Selama operasi :
- Tidak terjadi hipotermi
- Tidak terjadi okuloreflek
1. Pasang diatermi sebagai alas meja operasi.

2. Perhatikan pemasangan ground diatermi.
3. Berikan selimut operasi yang lebih tebal terutama untuk bayi dan lansia.
4. Pantau nadi dan EKG selama operasi


- Untuk mencegah hipotermi dg memberikan hangat secara elektrik
- Untuk mencegah kombus atau elektrik injury
- Untuk mencegah kehilangan panas melalui evavorasi

- Penekanan pada bola mata dapat menimbulkan timbulnya okulo reflek yang merangsang nervus X sehingga dapat terjadi bradikardi .




Pengkajian Pasca Operasi

Sistem
Subyektif
Obyektif
Masalah
Pernafasan

Hidung : taa
Dada bentuk dan gerakan simetris. ETT sudah dilepas. Nafas spontan irreguler RR : 30 X/mnt,, suara nafas vesikuler, Wh -/-, Rh -/-

Resiko gangguan pola nafas
Kardiovaskuler

Nadi : 120 X/mnt, SaO2 95%, Capilary Refill 3 dt, cyanoisis (-), Perdarahan operasi 50 cc. Conjunctiva merah muda. S1S2 tungga reguler. Isi nadi cukup.
-
Neurologi

GCS E2,Vx,Mx.
.Benjolan pada frontoorbita sisnistra (-), tampak balutan bekas insisi. nyeri tekan (+), defisit neurologis (-),
Resiko terjadi sumbatan jalan nafas
Perkemihan

Kencing (-)

Pencernaan

Perut taa,
Hepar ttb, lien tb 2 jari, peristaltik 5 X/mnt.
Flatus (-)
Resiko kekurangan volume cairan

Resiko terjadi hipotermi
Muskuloskeletal

Gerakan ektremitas aktif lemah
Tanda parese (-)

Integumen

Kulit tipis, suhu lingkungan 22 oC
Resiko terjadi hipotermi
Psikosoaial
Ibu menanyakan keadaan anaknya, serta hasil operasi.
Menangis memeluk anaknya.
Kecemasan b.d kurangnya pengetahuan tentang akibat operasi

Diagnose dan Rencana Tindakan Pasca Operasi
PASCA OPERASI

DX TUJUAN TINDAKAN
Rasional
Kecemasan pada orang tua b.d kurangnya pengetahuan tentang hasil operasi.
Tujuan :
Setelah 15 menit klien/keluarga dapat mengetahui hasil operasi.
1. Jelaskan tentang hasil operasi yang dilakukan, serta keadaan klien penyakit yang diderita klie/anaknya serta prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan setelah operasi ini.
2. Berikan kesempatan menemani klien/anaknya di ruang RR.


3. Jelaskan tentang tindak lanjut hasil operasi

4. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.






- Agar keluarga mengerti sehingga lebih paham tentang kondisi dan resiko dari hasil operasi yang telah dilakukan



- Untuk meningkatkan orientasi dan meyakinkan bahwa operasi bukan sesuatu yang menakutkan.
- Agar kecemasan dapat tereduksi.

- Jawaban yang benar yang mampu menjawab keingintahuan klien merupakan sustu metode katarsis yang dapat mengurangi kecemasan klien

Resiko defisit volume cairan b.d puasa sekunder persiapan operasi
Setelah 30 menit tidak terjadi defisit cairan dengan kriteria :
- Turgor baik
- Cowong -
- Mukosa lembab.
1. Observasi cairan infus


2.Observasi kelembaban mukosa

- Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.

- Untuk mengetahui kecukupan cairan.
Resiko terjadi hipotermi, b.d suhu lingkungan yang rendah sekunder rendahnya kadar lemak subcutan pada bayi
Selama di RR
- Tidak terjadi hipotermi

1Berikan selimut yang lebih tebal.


- Untuk mencegah kehilangan panas melalui evavorasi


Resiko terjadi ketidakefektifan pola nafas b.d peningakatan sekret dan penurunan reflek menelan sekunder pemakaian Anestesi
Selama di RR tidak terjadi gangguan bersihan jalan nafas.
1. Bantu memberikan posisi stabil
2.Bantu menyiapkan alat intubasi.

3.Bantu memonitor status respirasi
4.Lakukan monitoring SaO2
5. Jika vital sig stabil dan klien sudah aktif bergerak pindahkan ke Ruang Bedah H

- Untuk melancarkan airway
- Intubasi dapat mencegah resiko sumbatan jalan nafas
- Untuk mengetahui tanda gg pola nafas
- Memantau keadekuatan DO2 dan VO2 sebagai indikator perfusi dan pemenuhan O2.

Diagnosa keperawatan pre operasi
Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan pendesakan massa tumor ke reseptor nyeri periostium
Kecemasan berhubungan dengan aspek pembedahan yang akan dilakukan
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan puasa

Rencana tindakan
Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan pendesakan massa tumor ke reseptor nyeri periostium
Tujuan perawatan : setelah dilakukan perawatan dengan stimulasi kulit dan pengobatan selama masa premedikasi, keluhan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan bahwa keluhan nyerinya berkurang, skala nyeri < 5
Rencana keperawatan :
Berikan stimulasi kulit kontralateral selama 5-10 menit untuk menghambat reseptor nyeri.
Istirahatkan daerah nyeri, jangan banyak melakukan manipulasi dan melakukan penekanan agar nyeri tidak terasa.
Berikan premedikasi sesuai pesanan, dormicum 2,5 mg, dan SA 0,25 mg intramuskuler.
Pantau keluhan nyeri selama masa premedikasi, catat kemajuan perawatan.

Kecemasan berhubungan dengan aspek pembedahan yang akan dilakukan
Tujuan perawatan : setelah diberikan penjelasan tentang aspek-aspek pembedahan yang akan dilalukan, pasien mampu mengontrol kecemasannya.

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan kecemasannya berkurang, skala HARS < 7, VS stabil dan teratur.

Rencana keperawatan :
Berikan penjelasan kembali tentang prosedur pembedahan yang akan dilakukan meliputi pre operasi, intra operasi dan pasca operasi sesuai tingkat pendidikan pasien.
Observasi kembali skala HARS sebelum masuk ke kamar operasi untuk mengetahui keberhasilan tindakan.
Berikan support terapi untuk mengurangi tingkat kecemasan

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan puasa
Tujuan perawatan : setelah diberikan infus IV line tidak terjadi defisit volume cairan .
Kriteria hasil : tanda defisit volume cairan -, turgor kulit baik.
Rencana perawatan :
pasang infus IV line RL 500 cc segera setelah pemberian premedikasi.
Berikan penjelasan pada pasien tujuan pemasangan infus
Observasi vital sign
Pantau tanda-tanda defisit volume cairan.

Tindakan keperawatan

Waktu
Tindakan keperawatan
TT
19-2-02
06.35



06.45



07.10


07.20


07.25


07.34


07.45


08.00

Memberikan stimulasi kulit kontralateral pada lengan kanan, pasien mengatakan nyerinya berkurang saat dilakukan massage.

Memberikan penjelasan prosedur pembedahan yang akan dilakukan pasien, sebelum dipindah ke ruang premedikasi.

Memberikan premedikasi Dormicum 2,5 mg dan SA 0,25 mg im

Memasang infus RL 500 cc dengan kecepatan 28 tts/mt

Mengobservasi tingkat kecemasan pasien berdasar skala HARS, hasil skor 7

Observasi VS : T=130/80 mmHg, N=96 x/mt, rr=20 x/mt

Memantau tanda dehidrasi; turgor kulit baik, infus menetes lancar, b.a.k -.

Mempersilahkan pasien berdoa sebelum dibawa ke kamar operasi.


Evaluasi

Waktu
Catatan perkembangan (SOAP)
TT
19-2-02
08.00

I. Masalah keperawatan no.1 : nyeri

S : pasien mengatakan keluhan nyerinya berkurang setelah diberikan stimulasi/gosokan, dan lengan kiri diistirahatkan.
O : Skala nyeri = 4, sifat nyeri hilang
A : Masalah nyeri masih ada.
P : dipertahankan

A. Masalah keperawatan no.2 : kecemasan

S : pasien mengatakan perasaan was-wasnya masih ada
O: Skala HARS 7, DN = 96 x/mt, rr = 20 x/mt, premedikasi diberikan sesuai pesanan
A: masalah teatasi
P : dipertahankan

B. Masalah keperawatan no.3: resiko defisit vol.cairan

S : -
O : infus RL diberikan 28 tts/mt, T=130/80 mmHg, N=96 x/mt, turgor kulit baik
A : masalah teratasi
P : dipertahankan


Laporan kasus intra operasi
Pengkajian data intra operasi
Induksi anestesi dengan ETT 7, jenis anestesi GA, obat anestesi; halotan dan O2, operasi dimulai dengan desinfektan, penyempitan daerah sekitar operasi dengan doek steril, penyayatan kulit 5 cm, pelebaran jaringan, dan pengeboran tulang untuk mengambil jaringan. Penutupan luka dengan betadine dan kassa.
T= 117/70 mmHg, N=80 x/mt HR=94 x/mt, rr = 14 x/mt, Sa02 = 100 %
Operasi dilakukan selama 40 menit.

Analisa data :
Data
Penyebab
Masalah
S : -
O : induksi ETT 7, jenis anestesi GA, obat halotan dan O2, lama anestesi 50 menit, kesadara -.
Efek obat anestesi
Resiko bersihan jalan napas tidak efektif

;
Rencana keperawatan :
Tujuan perawatan : setelah dilakukan perawatan dengan baik, jalan napas tetap bersih selama operasi berlangsung.
Kriteria hasil : stridor -, pola napas teratur
Rencana tindakan :
Pantau vital sign lewat layar monitor
Observasi saturasi oksigen melalui layar monitor
Lakukan suction bila diketahui ada stridor
Fiksasi ETT secara benar
Berikan obat sesuai pesanan dokter anestesi
Tindakan keperawatan :

Waktu
Tindakan keperawatan
19-2-02
08.20


08.25

08.28

09.00

09.15

09.30

09.32

Observasi vital sign : T= 120/72 mmHg, N=84 x/mt, rr=14 x/mt, t=36 C, SaO2=100 %

Memberikan cendantron 4 mg iv

Memantau fiksasi ETT

Mengganti RL 500 CC fles ke-2

Melakukan suction, hasil sekret sedikit

Operasi selesai

Pasien pindah ruang RR, sadar +

Evaluasi :
Waktu
Catatan perkembangan (SOAP)
TT
19-2-02
09.32

II. Masalah keperawatan : resiko bersihan jalan napas tidak efektif
S : -
O : stridor -, pola napas teratur, rr =16x/mt, sadar +, ETT dilepas.
A : masalah teratasi
P : dipertahankan


Laporan kasus pasca operasi
Pengkajian data pasca operasi
Pasien dipindah dari kamar operasi 612 jam 09.32. sampai di ruang RR jam 09.35. Pengkajian data berdasarkan skoring pemulihan pasca operasi sebagai berikut : keempat ekstremitas bisa digerakkan dengan baik meskipun daerah sekitar operasi nyeri bila digerakkan. Pasien dapat bernapas spontan dan bebas, tidak sesak napas, kesadaran composmentis, GCS 4,5,6. Warna kulit normal, pucat -, sianosis -, stridor -, akral hangat, infus menetes lancar, turgor kulit baik. Vital sign T= 130/70 mmHg, N=80 x/mt HR=70 x/mt, rr = 16 x/mt, Sa02 = 100 %
Operasi dilakukan selama 40 menit.

Analisa data :
Data
Penyebab
Masalah
Subyektif :
Pasien mengatakan daerah operasi terasa nyeri bila digerakkan.

Obyektif :
Sayatan sepanjang 5 cm, penjahitan luka jelujur dan jahitan kulit biasa. Skala nyeri 7. Lokasi nyeri lengan kiri atas, sifat nyeri terus menerus, suber nyeri karena luka operasi.

Terputusnya kontinyuitas jaringan akibat sayatan operasi.
Gangguan rasa nyaman nyeri.

















Rencana tindakan
Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinyuitas jaringan akibat sayatan operasi.
Tujuan perawatan : setelah dilakukan perawatan dengan stimulasi kulit dan pengobatan , keluhan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan bahwa keluhan nyerinya berkurang, skala nyeri < 5
Rencana keperawatan :
Berikan obat anti nyeri ; novalgin 3 x 1 amp sesuai pesanan
Lakukan stimulasi kulit kontralateral untuk mengurangi respon nyeri
Observasi vital sign
Berikan oksigen 6 liter /mt dengan masker untuk memulihkan beban sirkulasi
Lakukan skoring pemulihan pasien pasca bedah meliputi; aktifitas, respirasi, sirkulasi, kesadaran, dan warba kulit.
Tindakan keperawatan :

Waktu
Tindakan keperawatan
19-2-02
09.38


09.39

10.00

10.15


10.40
11.00

Memasang set monitor
Observasi vital sign : T= 130/74 mmHg, N=84 x/mt, rr=16 x/mt, t=36 C, SaO2=100 %
Memberikan oksigen masker 6 l/mt

Melakukan skoring pemulihan pasien pasca bedah; skor =10
Memberikan stimulasi kulit kontra lateral selama 5 menit pada daerah lengan kanan.

Mengganti RL 500 CC fles ke-3
Pasien pindah ke ruangan. Kesadaran baik, GCS 4,5,6. T= 130/74 mmHG, N=84 x/mt. Ba.k -


Evaluasi :
Waktu
Catatan perkembangan (SOAP)
TT
19-2-02
11.00

III. Masalah keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri
S : pasien mengatakan daerah sekitar operasi bila ditekan nyeri, bila digerakkan nyeri.
O : Skoring alderate =10, skala nyeri = 7 T= 130/74 mmHg, N=84 x/mt rr=16 x/mt t=36 C, sadar +
A : masalah nyeri masih ada
P : diteruskan



Tidak ada komentar: