Senin, 23 Juni 2008

LP Askep Typhus Abdominalis


LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Kepetawatan KLIEN DENGAN Typhus Abdominalis


Pengertian :
Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B da C. yang menyerang usus halus khususnya daerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh kuman :
a. Salmonella Typhosa
b. Salmonella Paratyphi A, B dan C
Kuman Salmonella termasuk golongan bakteri berbentuk batang, gram negatif mempunyai flagel yang memungkinkan kuman ini dapat bergerak, tidak berspora serta mempunyai tiga antigen ,yaitu :
a. Antigen O (HgO) : antigen pada bagian Soma
b. Antigen H (AgH) : antigen pada bagian flagel
c. antigen Vi (AgVi) : antigen pada bagian kapsul.

Gejala Klinik
Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih Berat dibandingkan anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui makanan sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi diketemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing-pusing dan tidak bersemangat.
Kemudian menyusul gejala klinik yang biasa ditemukan yaitu 1) demam, 2) Gangguan pada saluran pencernaan, 3) Gangguan Kesadaran.
1. Demam. Pada kasus – kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitens dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur meningkat pada sore hari meningkat dan biasanya menurun pada pagi atau malam hari. Dalam minggu ke dua penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ke tiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada minggu ke empat.
2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang dosertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar diserta nyeri pada perabaan. Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare.
3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa mendalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. Disamping gejala diatas kadang-kadang ditemukan pada punggung atau anggota yaitu roseola berupa bintik-bintik kemerahan karena embolus basil dalam kapiler kulit terutama diketemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan bradikardia dan mungkin didapatkan epistaksis.

Patofisiologi
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman Salmonella Typhosa masuk kedalam lambung, selanjutnya lolos dari sistem pertahanan lambung, kemudian masuk ke usus halus, melalui folikel limpa masuk kesaluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik, sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang Sistem Retikulo Endoteleal (RES) yaitu : hati, lien dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem syaraf pusat, ginjal dan jaringan limpa.Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati masuk ke kandung empedu sehingga terjadi Kolesistitis. Cairan empedu akan masuk ke Duodenum dan dengan virulensi kuman yang tinggi akan menginfeksi intestin kembali khususnya bagian illeum dimana akan terbentuk ulkus yang lonjong dan dalam. Masuknya kuman ke dalam intestin terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik turun dan turunnya dapat mencapai normal) Disamping peningkatan suhu tubuh juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun ini tidak selalu terjadi dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tnggi dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan hepatomegali. Pada minggu selanjutnya dimana infeksi Focal Intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus ( demam kontinue ), lidah kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorbsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman, pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syock dan penurunan kesadaran.

Diagnosis
Untuk membuat diagnosa pasti perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah tepi untuk mendapatkan gambaran mengenai :
a. leukopenia
b. limfositosis relatif
c. eosinopilia
d. Trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik,eritropoetik dan trombopoetik berkurang
3. Biakan empedu
Untuk mengetahui Salmonella typhosa dalam darah penderita terutama pada minggu pertama. Selanjutnya diketemukan dalam faeces / urine dan mungkin tetap positif dalam waktu lama.
4. Pemeriksaan widal
Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typhosa. Pemeriksaan dinyatakan positif bila terjadi reaksi aglutinasi
Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukan kenaikan yang progresif. Titer O dipakai untuk menentukan diagnosis karena mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita. Sedangkan titer H tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah penderita lama sembuh.

Penatalaksanaan Medik
1. Isolasi penderita
2. Perawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3. Istirahat selama demam sampai 6 hari bebas panas.
4. Diet.
5. Obat. Pilihan terbaik Chloramphenicol dengan dosis tinggi 100 mg/kg BB/hari (maksimum 2 gram perhari) diberikan 4 x sehari peroral atau intravena, kecuali penderita tidak cocok dapat diberikan obat lain.
6. Bila terjadi komplikasi diberikan terapi yang sesuai. Misalnya Intravena fluid drip (IVFD).

Komplikasi
Komplikasi yang terjadi yaiut a) pada usus dan b) diluar usus.
a. Pada Usus yaitu (1) perdarahan usus, (2) Perforasi usus (3) Peritonitis.
b. Diluar usus yaitu (1) Meningitis (2) Bronchopneumonia (3) dll.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif:
a. Pola hidup.sehari-hari
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik. Sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan rumah tempat tinggal yang tidak sehat, serta kebersihan perseorangan yang kurang baik.

b. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama dan kapan terjadi.

c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah di dalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama.

d. Keluhan yang dirasakan pasien, kaji dengan lengkap dengan PQRST antara lain:
- Peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi
- Tubuh lemah
- Kurang nafsu makan
- Perut kembung
- Konstipasi/diare
- Nyeri abdomen

Data Objektif
a. Peningkatan suhu tubuh
Minggu I: demam intermiten
Minggu II demam Remiten
MingguIII;demam kontinue
b. Relatif Bradikardi
Peningkatan satu derajat selcius suhu tubuh akan disertai penambahan denyut nadi ,namun pada sebagian penderita dapat dijumpai justru sebaliknya yaitu bradikardi.

c. Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis.
Tanda ini jelas muai nampak pada minggu ke dua berhubungan dengan infeksi sistemik dan endotoxin kuman.

d. Hepatomegali dan splenomegali
Pembesaran hepar dan lien mengindikasikan infeksi RES yang mulai terjadi pada minggu ke II.

e. Tanda Murphy Positif
Menandakan infeksi kandung empedu.

f. Peristaltik
Dijumpai penurunan peristaltik atau bahkan hilang.

g. Distensi abdomen dan nyeri
h. Konstipasi atau diare
Konstipasi terjadi pada minggu I dan selanjutnya dapat terjadi diare.

i. Hematemesis dan melena
Dapat terjadi perdarahan ulkus illeum yang akan menyebabkan hematemesis, dan melena, distensi abdomen, hipoperistaltik / aperistaltik.

j. Tanda-tanda gangguan sirkulasi akibat perdarahanyaitu:
- Perubahan tanda-tanda vital,khususnya nadi dan tekanan darah
- Kulit pucat, akral dingin.
- Penurunan kesadaran

k. Tanda-tanda Peritonitis
- Suhu tubuh sangat tinggi
- Distensi abdomen dan tegang
- Kesadaran menurun
- Aperistaltik
l. Pemeriksaan Darah
Kadar Hb., Ht.
Leukosit dan Diff.
Khas penurunan leukosit oleh karena endotoxin kuman menekan RES dalam memproduksi leukosit.

Pemeriksaan Penunjang Gaal cultur dan Widal
Mengukur kadar/titer antigen soma dan flagel ( titer O dan H ). Yang lebih akurat adalah kadar titer O. Peningkatan kadar titer ini menggambarkan virulensi kuman. Gaal adalah biakan cairan empedu, hasil yang diharapkan adalah biakan caiarn empedu,hasil yang diharapkan adalah berupa gaal positip/negatif.

Diagnosa Keperawatan Yang mungkin Dijumpai pada pasien dengan typhus Abdominalis yaitu:
1. Nutrisi / cairan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh,b/d anoreksia, gangguan digesti dan absorbsi nutrien.
2. Gangguan rasa nyaman b/d peningkatan suhu tubuh akibat proses infeksi kuman Salmonella.
3. Resiko terjadi komplikasi ( perdarahan, ferforasi dan peritonitis ) b/d perlukaan ulkus intestinal.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik dan penurunan kesadaran

Perencanaan Keperawatan
`
Diagnosa
Tujuan / Kriteria
Intervensi
Rasional
Nutrisi / cairan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia, gangguan digesti dan absorbsi nutrien.
Tujuan:
Mempertahankan kebutuhan nutrisi yang optimal
Kriteria :
•Berat Badan dalam batas normal
•Kadar Hb. Dan Albumni dalam batas normal.
Berikan diet tinggi kalori tinggi protein


Upayakan peningkatan nafsu makan:
•sajikan makanan semenarik mungkin
•Porsi kecil sesuai kemampuan pasien
•Lakukan oral hygiene secara teratur, 2x / hari dan kumur-kumur sebelum dan sesudah makan
•Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral, bila nutrisi per oral sulit dicapai
•Timbang berat badan setiap 3 hari bila memungkinkan.
•Monitor pemeriksaan Hb. Dan Albumin.
Membantu mengganti kalori yang hilang serta mempercepat pemulihan.
Membantu meningkatkan intake.dalam upaya pemenuhan nutrisi



Nutrisi parenteral ,berfungsi sebagai pengganti fungsi pencernaan
Evaluasi peningkatan nutrisi.

Indikator kecukupan nutrisi.
Gangguan rasa nyaman b/d peningkatan suhu tubh akibat proses infeksi kuman Salmonella.
Tujuan :
Mempertahankan rasa nyaman
Kriteria
Peningkatan suhu tubuh dapat terkontrol.
Upayakan penurunan suhu tubuh dengan berbagai cara;
Pertahankan ventilasi udara yang cukup di ruangan.
Beri komprers hangat pada daerah kuduk,axilla atau lipatan paha
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
Bila suhu tubuh sangat tinggi,dimana kompres hangat tidak berhasil, gunakan lah kompres hangat seluruh tubuh.
Tempatkan pasien pada ruangan yang sejuk
Tingkatkan hidrasi per oral bila kesadaran baik dan tidak ada k i.
Kolaborasi pemberian obat-obatan; golongan analgetik bila dengan intervensi perawatan suhu tubuh tidak turun.
Proses konveksi


Proses konduksi


Proses evaporasi


Peningkatan suhu tubuh satu derajat celcius membutuhkan tambahan hidrasi 5-10 cc / kg BB / hari
Menurunkan suhu tubuh.
Resiko terjadi komplikasi (perdarahan, ferforasi atau peritonitis ) b/d perlukaan ulkus intestinal
Tujuan :
Komplikasi tidak terjadi
Kriteria ;
Fungsi hemodinamik baik
Perdarahan tidak terjadi
Tanda-tanda ferforasi tidak terjadi.
Diskusikan pentingnya istirahat total di tempat tidur sampai 3 hari bebas panas
Ukur intake cairan baik per oral maupun parenteral.
Monitor secara ketat tanda-tanda komplikasi seperti; hematemesis, melena, distensi dan defens muskuler abdomen, penurunan kesadaran, hipotensi, takhikardia, bradi kardi, dan peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi.
Hindarkan intake makanan yang keras, merangsang serta bergas.
Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dokter.misalnya kloramfenikol dan roborantia.
Kolaborasi dengan dokter bila ada tanda-tanda komplikasi.
Mencegah terjadinya ferforasi


Evaluasi keseimbangan cairan

Mengantisipasi komplikasi yang lebih hebat


Mengurangi peristaltik


Obat pilihan untuk penanganan typhus Abdominalis (sensitivitas tinggi terhadap Salmonella).
Penanganan cepat, mengurangi mortalitas.
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, penurunan kesadaran
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
Kriteria ;
Klien dapat menjaga kebersihan diri.
Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Makan / minum, eliminasi terpenuhi.
Bantu semua aktivitas klien di tempat tidur{
Mandikan pasien s/d kebutuhan ganti pakaian setiap hari dan sewaktu-waktu jika kotor, buang air besar dan kecil dibantu ditempat tidur ,suapi pasien jika makan, miringkan pasien secara teratur setiap 3 jam, lakukan massage pada daerah yang tertekan dan beri minyak pelembab, lakukan latihan fisik pasif pada extremitas 2X/hari.
Kaji respon pasien setiap kali melakukan aktivitas,bila terjadi peningkatan suhu, batasi aktivitas.
Beri penghalang disisi tempat tidur, bila kesadaran menurun.
Mencegah terjadinya komplikasi, sampai tiga hari bebas panas.


Pendidikan Kesehatan :
Pengetahuan tentang hidup sehat perlu disampaikan pada pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi ulang karena kuman yang sama, pendidikan ini mencakup :

Penyediaan makanan sehat
Pengolahan makanan sesuai dengan cara sehat.
Menggunakan air bersih yang sehat.
Mencegah binatang /serangga mencemati makanan.
Hindarkan mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya.

Kebersihan perseorngan yang baik;
Mencuci tangan sebelum makan, dan selalul menggunakan sendok.
Kuku selalu pendek dan bersih
Mencuci tangan dengan sabun pada waktu cebok sehabis bab.

Kebersihan lingkungan tetap terjaga.
Cegah perkembangbiakan vektor.( tumpukan sampah, lantai kotor,WC. Terbuka dan kotor )
Bersihkan lingkungan dalam dan sekitar rumah setiap hari.
Cegah aliran air kotor yang tersumbat.
Daftar Pustaka

Doenges M. E., et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

M.Sjaifoellah N, et al, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.

Wolf, el al, (1984),Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan, PT.Jaya Pirusa, Jakarta.

Tidak ada komentar: