Sabtu, 27 Juni 2009

AIDS

A I D S
( ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME)



I. Pendahuluan
Aids pertama kali di diagnosa di As pada tahun 1981 dan sampai saat ini sudah menyerang sebagian besar negara didunia (pedemi) sehingga telah menjadi masalah international karena dalam waktu realtif singkat/ cepat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara di dunia baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Penyakit kelamin Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh rotrovirus HIV yang sistem kekbalan/ pertahan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan yang parah dan sejauh ini belum diketahui obatnya.
Upaya pencegahan penularan AIDS melalui hubungan seksual memerlukan pendidikan dan penyuluhan intensif dan ditunjukan untuk mengubah perilaku seksual masyarakat tertentu sedemikian rupa sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV. Untuk menunjang keberhasilan upaya pencegahan tersebut terutam pada ank remaja atau SLTA, maka sebaiknya informasi yang benar mengenai AIDS diberikan kepada mereka. Depkes telah dianggap dalam hal ini dengan memberikan informasi yang benar mengenai AIDS, baik melaui media cetak maupun media lainnya masyarakat umum. Sedangkan untuk menanggulangi AIDS dari unsur host, Agen, dan Enfirenment, pemutusan transmisi tidak bisa dilakukan pada host karena belum danya vaksin dan juga pada agen belum ada obat penangkalnya. Satu – satunya jalan adalah dengan mengubah environtment , yaitu dengan mengubah perilaku seksual. Kelompok seksual aktif (15 – 45 tahun) yang merupakan kelompok terbesar pengidap HIV. Selama seksual aktif tersebut, norma–norma mayarakat mengatur tingkah laku seksual, man yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.

II. (ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME)
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang menakutkan umat manusia karena penyakit ini akan membawa kematian sedangkan sampai sekarang belum ditemukan obatnya.
Penyakit ini pertama sekali timbul di Afrika, haiti dan America Serikat pada tahun 1978. Pada tahun 1979 Amerika serikat melaporkan kasus- kasus sarkoma kaposi dan penyakit- penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa. Samapi saat ini belum disadari oleh para ilmuwan bahwa kasus–kasus adalah kasus AIDS.
Pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–kasus sarkoma kaposi dan penyakit infeksi yang jarang terdapat dikalangan homoseksual. Hal ini menimbulkan dugaan yang kuat bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui hubungan seksual.
Pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama sekali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai. Pada tahun 1982–1983 mulai diketahui adanya transmisi diluar jalur hubungan seksual, yaitu melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bersama–sama oleh penyalahguna narkotik suntik. Pada tahun ini juga Luc
Montagnier dari pasteur Institut, Paris menenmukan penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty Associaterd Virus ).
Pada tahun 1984 diketahui adanya transmisi heteroseksual di Afrika dan pada tahun yang sarna diketahui bahwa HIV menyerang sel limfosit T penolong. Pada tahun ini juga Gallo dan kawan–kawan dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab kelainan ini.
Pada tahun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA, pada tahun itu juga diketahui bahwa HIV juga menyerang sel otak. I Pada tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.

Epidemilogi AIDS
Epidemilogi AIDS meliputi Agent, Host, dan Environment serta transmisinya.1
1. Agent
Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis atau peralatan lain.
2. Host
Distribusi penderita AIDS di Amerika Serikat Eropa dan Afrika tidak jauh berbeda kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homoseksual mapupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun 2000 diperkirakan Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan 110 juta anak-anak. Hampir 50% dari 110 juta orang itu adalah remaja dan dewasa muda usia 13 -25 tahun. Informasi yang diperoleh dari Pusat AIDS International fakultas Kesehatan Masyarakatat Universitas Harvard, Amerika Serikat sejumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah berkembang secara penuh akan meningkat 10 kali lipat.
3. Environment
Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB. Pada para WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai prevalensi HIV lebih tinggi.
Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di kalangan kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan promiskuitas.
4. Penularan / Transmisi AIDS
Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
a. Secara Kontak Seksual
1. Ano-Genital
Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
2. Ora-Genital
Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV.
3. Genito-Genital / Heteroseksual
Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

b. Secara Non seksual
Penularan secara non seksual ini dapat terjadi melalui :

1. Transmisi Parental
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara bersama-sama. Penularan parental lainnya, melalui transfusi darah atau pemakai produk dari donor dengan HIV positif, mengandung resiko yang sangat tinggi.

2. Transmisi Transplasental
Transmisi ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak, mempunyai resiko sebesar 50%. Disamping cara penularan yang telah disebutkan di atas ada transmisi yang belum terbukti, antara lain:
1. ASI
2. Saliva/Air liur
3. Air mata
4. Hubungan sosial dengan orang serumah
5. Gigitan serangga
Walaupun cara-cara transmisi di atas belum terbukti, akan tetapi karena prevalensi HIV telah demikian tinginya di Amerika Serikat, maka tetap dianjurkan:
1. Ibu yang mengidap supaya tidak menyusui bayinya.
2. Mengurangi kontaminasi saliva pada alat seduditasi pada saat berciuman dan pada anak-anak yang mengidap HIV yang menderita gangguan jiwa dan sering digigit serangga.
3. bagi dokter ahli mata dianjurkan untuk lebih berhati-hati berhubungan dengan air mata pengidap HIV.

Perlu diketahui AIDS tidak menular karena :
1. Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal tidak mengadakan hubungan seksual
2. Bersentuhan dengan penderita.
3. Berjabat tangan.
4. Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.
5. Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.
6. Berciuman pipi dengan penderita.
7. Melalui alat makan dan minum.
8. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
9. Bersama-sama berenang di kolam.
Dulu di negara-negara Barat, reaksi spontan masyarakat pada waktu pertama kali menghadapi penyakit AIDS ini adalah menjauhkan diri dari sipenderita berusaha
tidak menyentuh penderita, menggunakan obat-obat cuci hama bahkan membakar kasur atau pakaian bekas penderita.
Reaksi awal yang bernada panik inilah yang terlanjur tersebar di seluruh dunia melalui media massa, sehingga kini di banyak negara berlaku kepercayaan yang salah tentang AIDS, sementara dinegara-negara Barat sendiri sikap masyarakat sudah lebih tenang dan rasional. Sebagai arus informasi yang deras dari pers Barat tersebut, masyarakat di bagian dunia lainnya (termasuk Indonesia) terlanjur menyerap informasi yang tidak benar. Salah informasi ini pada gilirannya mengendap menjadi semacam kepercayaan yang tidak mudah untuk dikoreksi kembali.
Masa Inkubasi dan Gejala Klinis
Masa Inkubasi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa literatur di katakan bahwa melalui transfusi darah masa inkubasi kira-kira 4,5 tahun, sedangkan pada penderita homoseksual 2 -5 tahun, pada anak- anak rata – rata 21 bulan dan pada orang dewasa 60 bulan.
Dari 6700 laki -laki hokoseksual / biseksual si San Francisco dilakukan studi Cohort, 36% dari infekssi HIV setelah 88 bulan menjaddi penderita AIDS, sedangkan 20% sama sekali tidak ada timbul gejala AIDS.Gejala penderita AIDS dapat timbul dari ringan sampai berat, bahan di Amerika Serikat ditemukan ratusan ribu orang yang dalam darahnya mengandung virus HIV tanpa gejala klinis.
Ada terdapat 5 stadium penyakit AIDS, yaitu
1. Gejala awal stadium infeksi yaitu :
Demam |
Kelemahan | Gejala -gejala ini
Nyeri sendi I | menyerupai influenza/
Nyeri tenggorok | monokleosis
Pembesaran kelenjaran getah bening |
2. Stadium tanpa gejala
Stadium dimana penderita nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV.
3. Gejala stadium ARC
􀂃Demam lebih dari 38°C secara berkala atau terus
􀂃Menurunnya berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan
􀂃Pembesaran kelenjar getah bening
􀂃Diare mencret yang berkala atau terus menerus dalam waktu yang lama tanpa sebab yang jelas
􀂃Kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik
􀂃Keringat malam
4. Gejala AIDS
􀂃Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker kelenjar getah bening.
􀂃Terdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumocystis,TBC, serta penyakit infeksi lainnya seperti teksoplasmosis.
5. Gejala gangguan susunan saraf
􀂃Lupa ingatan
􀂃Kesadaran menurun
􀂃Perubahan Kepribadian
􀂃Gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak
􀂃Kelumpuhan

Umumnya penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan menderita infeksi. Penderita AIDS selalu meninggal pada waktu singkat (rata-rata 1-2 tahun) akan tetapi beberapa penderita dapat hidup sampai 3 atau 4 tahun.

III. PENCEGAHAN AIDS
Penyakit AIDS adalah penyakit yang sudah pasti akan mendatangkan kematian maka pencegahan merupakan upaya penanggulangan yang terutama harus di lakukan. Upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah :
1. Pencegahan penularan melalui jalur non seksual :
a. Transfusi darah cara ini dapat dicegah dengan mengadakan pemeriksaan donor darah sehingga darah yang bebas HIV saja yang ditransfusikan.
b. Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter paramedis dapat dicegah dengan upaya sterilisasi yang baku atau menggunakan jarum suntik sekali pakai.
2. Pencegahan penularan melalui jalur seksual
Penularan ini dapat dilakukan dengan pendidikan/penyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidup dan perilaku seksual, karena pada hakekatnya setiap individu secara potensial adalah pelaku seks. Potensi ini mencapai puncaknya pada usia remaja dan membutuhkan penyaluran sampai seseorang mencapai usia tua. Adanya salah informasi dalam kehidupan remaja yang beranggapan bahwa masturbasi lebih berdosa dibanding dengan senggama sehingga banyak remaja yang terjerumus untuk menyalurkan hasrat seksualnya kepada wanita tunasusila, sehingga merelakan rawan tertular AIDS. Untuk menanggulanginya harus dilakukan penyuluhan untuk memberikan informasi yang benar mengenai AIDS.
Selain itu upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan mengurangi pasangan seksual, monogami, menghindari hubungan seksual dengan WTS, tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita atau yang diduga menderita AIDS dan meninggalkan penggunaan kondom.
3. Pencegahan penularan dari ibu dan anak
Upaya pencegahan yang dapat di lakukan pada penularan ini adalah dengan menganjurkan kepada ibu yang menderita AIDS atau HIV positif untukk tidak hamil.
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pelajar SMA atau remaja yang merupakan penerus bangsa, maka tindakan nyata yang dapat dilakukan dalam pencegahan AIDS antara lain :4
1. Menghindari dan mencegah penyebaran AIDS pada diri sendiri, keluarga dan kelompok umurnya.
2. Melakukan tindakan pengamanan untuk diri sendiri, keluarga dan kelompoknya terhadap kemungkinan terkontaminasi HIV.
3. Berperilaku yang bertanggung jawab dengan :
􀂃Tidak melakukan hubungan seksual pra nikah
􀂃Tidak melakukan hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS (WTS)
􀂃Tidak menggunakan jarum suntik bersama / bergantian
􀂃Tidak melanggar norma-norma agama, budaya yang berlaku di masyarakat
􀂃Tidak menggunakan obat terlarang / narkotik

Upaya penanggulangan AIDS yang dapat dilakukan di Indonesia saat ini antara lain adalah dengan berdirinya II Yayasan AIDS Indonesia II yang berdiri dengan akte notaris bertanggal 17 Agustus 1993, karena kini diperkirakan 20.00 orang di Indonesia terkena virus HIV. 5
Kini dengan adanya yayasan ini Jakarta telah menambah jalur informasi tentang AIDS setelah bulan Februari lalu dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusummo/ Fakultas kedokteran UI meresmikan Pusat Informasi Penyakit AIDS.

Gambaran AIDS
Dari tahun ke tahun kasus AIDS meningkat dengan cepat, dimana pada tahun 1981 tercatat 185 kasus AIDS, pada tahun 1981 tercatat 185 kasus AIDS, pada tahun 1985 menjadi 14.000 kasus, Maret 1987 terdapat 41.888 kasus, Desember 1988 135.134 kasus, 141.000 kasus pada 1 Maret 1989, Desember 1989 menjadi 198.165 kasus yang di laporkan ke WHO.
Jumlah penderita AIDS pada awal tahun 1990 adalah sekitar 300 ribu orang dan jumlah kumulatif penderita AIDS di dunia menjelang tahun 1991 melebihi 1 juta orang. Hampir 95% penyakit dilaporkan menyerang pria usia 20–49 tahun yang mempunyai gaya hidup tertentu Di USA di laporkan 7% menyerang wanita. Di Afrika perbandingan pria dengan wanita hampir sama banyak.
Staf Badan kesehatan Sedunia Dr. Michael Merson menyatakan, tahun 2000 mendatang sekitar 4 juta perempuan akan meninggal karena AIDS. Merson memperkirakan tahun ini lebih dari sejuta wanita di seluruh dunia terinfeksi virus HIV. Beliau juga mengatakan bahwa jumlah wanita yang terinfeksi virus HIV bahkan menjadi 13 juta di dunia tahun 2000 dan sekitar 4 juta akan meninggal pada tahun itu. Peningkatan yang hebat ini merupakan akibat penghebatnya penginfeksian virus HIV pada wanita di awal tahun 90-an.
Ada tiga sebab mengapa wanita lebih rentan terhadap AIDS dibanding dengan pria, yaitu :
1. Secara biologis, struktur genital wanita mempunyai permukaan berlendir yang lebih luas dan lebih mudah terluka sehingga virus AIDS dari sperma lebih gampang menulari.
2. Secara epidemiologi
Wanita umumnya mempunyai suami yang berumur lebih tua, lazimnya mempunyai "jam terbang" dan mitra seks yang lebih banyak. Wanita lebih sering membutuhkan transfusi darah dari pria.
3. Sosial, wanita lebih sering disLlbordinasikan sehingga mempersulit tindakan preventif terhadap transmisi HIV lewat hubungan seks. Tiga sebab diatas menyebabkan terjadinya pergeseran epidemi sehingga yang berada di puncak epidemi adalah perempLlan dan anak-anak.
IV. PENUTUP
Penyakit AIDS yang belum ada obatnya bukan untuk ditakuti tetapi kita sebagai anggota masyarakat harus mematuhi rambu-rambu, yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dan berperilaku yang bertanggung jawab serta melakukan tindakan pengamanan untuk diri sendiri dan keluarga serta kelompoknya terhadap terkontraminasi HIV.
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono, Bing, 1990. Epidemiologi AIDS. Jakarta.
Depkes RI 1991. "Pencegahan AIDS. Petunjuk Bagi yang akan atau yang sedang bepergian."
Nasution, Rozaini. 1990. AIDS ditinjau dari segi Kesehatan masyarakat. Medan
Depkes RI, Depsikbud RI. 1991. Modul Penyuluhan AIDS bagi sekolah Menengah .Jakarta.
Kompas : " Yayasan AIDS Indonesia berdiri Dengan Dana Awalnya Setengah Milyard,"6 September 1993.
Kompas : " Akibat aids, awal abad nanti empat juta perempuan meninggal", 8 September 1993.
© 2004 Digitized by USU digital library 7

Tidak ada komentar: