Sabtu, 27 Juni 2009

Hipogikemia

HIPOGLIKEMIA
EDI PURNAMA

Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemia adalah koma hipoglikemia. Pada tiap kasus stupor maupun koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemia dan merupakan alasan untuk pemeriksaan glukosa. Koma hipoglikemia biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karena terlambat makan atau olahraga yang berlebihan. Penyebab lain dari hipoglikemia selain yaitu karena kegagalan ginjal, hati, penyakit Addison. Koma hipoglikemia juga dapat disebabkan oleh alcohol.

Hipoglikemia didefinisikan kadar gula darah yang rendah, akan tetapi tidak terdapat secara kuantitatif berapa kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100 mg % tergantung pada berbagai kondisi. Hipoglikemia lebih banyak dikenal dari gejala-gejala klinis dari pada definisi laboratories.

Hipoglikemia secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu;
1. Hipoglikemia karena aktivasi hormon insulin yang meninggi atau menurunnya hormon-hormon diabetogenik.
2. Hipoglikemia karena produksi glukosa yang menurun.
3. Hipoglikemia karena puasa.


1. Hipoglikemia karena aktivasi hormon insulin yang meninggi atau menurunnya hormon-hormon diabetogenik.
a. Hipoglikemia karena kelebihan insulin,misalnya overdosis insulin.
b. Hipoglikemia karena overdosis antidiabetik oral (Sulfonilurea) yang diklasifikasikan sebagai insulin endogenous hipoglikemia.
c. Insulinomas yang disebabkan olh karena hipoglikemia karena puasa dan terjadinya produksi insulin yang berlebih pada tumor pankreas.
d. Nesidioblastosis yang disebabkan oleh adenomatosis dari sel-sel beta yang menyebabkan terjadinya insulin-mediated hypoglycemia.
e. Antibody-mediated hypoglycemia yang disebabkan oleh antibody endogen yang mengaktifkan reseptor insulin.
f. Hipoglikemia yang disebabkan oleh berbagai bahan yang menyebabkan meningginya kadar insulin antara lain obat hipoglikemia oral. Yang termasuk dalam kelompok ini termasuk obat yang mengingkatkan sirkulasi insulin (Kloroquin), obat yang yang menghambat glukogenesis (Etanol), dan berbagai zat yang tidak diketahui mekanismenya seperti Warfarin dan Kapoten.
g. Hipoglikemia yang disebabkan karena menurunnya hormon diabetogenik seperti kortikosteroid.



2. Hipoglikemia karena produksi glukosa yang menurun.
Produksi glukosa menurun dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada hati dan ginjal, berbagai obat, sepsis, dan defisiensi enzim congenital.

a. Kerusakan hati

Hati berperan dalam pembentukan gula darah yaitu pada proses glukogenesis (pembentukan glikogen), glukoneogenesis (pembentukan glikogen dari lemak dan protein), glukogenolisis (penguraian glikogen hati menjadi glukosa darah), dan glukolisis (penguraian glikogen menjadi CO2,H2O atau asam laktat).

Kerusakan hati menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pada hepatitis fulminant atau oleh karena obat-obatan yang menyebabkan terjadinya nekrosis hepatoseluler.

b. Kerusakan ginjal

Tidak terdapat hubungan gagal ginjal dengan hipoglikemia, akan tetapi pada hemodialisa yang berulang-ulang dapat terjadi hipoglikemia yang disebut dengan “dialyisis disequilibrium syndrome” dengan gejala klinis terjadi letargi, kelelahan, konfusis sampai dapat terjadi koma. Begitu juga pasien diabetes yang didialisa berkepanjangan dapat menyebabkan kefatalan karena meningkatnya sensitivitas glukosa terhadap insulin.

c. Obat

Berbagai obat dapat menimbulkan hipoglikemia antara lain etanol, beta-adrenergik blocker, salisilat, berbagai racun misalnya aminatatoksin.

d. Sepsis

Sepsis sering disertai hipoglikemia karena terjadinya shock dan kegagalan hati. Sehinga mengakibatkan kegagalan glukoneogenesis. Hal ini disebut dengan septik hipoglikemia.

e. Defisiensi enzim kongenital

Walaupun penyakit ini jarang ditemukan kan tetapi terdapat kelainan congenital yang menyebabkan kegagalan glukoneogenesis di hati.

3. Hipoglikemia karena puasa.

Hipoglikemia yang disebabkan puasa terutama terjadi pada anak-anak karena kegagalan substrat glukoneogenik. Tiap malnutrisi berat menyebabkan terjadinya hipoglikemia yang disebabkan oleh karena rendahnya alanin sebagai glukoneogenik precursor.

Diagnosis

Diagnosis dibuat terutama berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dimana kadar glukosa darah berkisar 60-120 mg% dan 15-20 lebih rendah pada whole blood (darah lengkap). Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaan darah jari. Hasil ini dikecualikan pada kelaparan sesudah 48 jam dimana glukosa 50 mg% akan tetapi belum menimbulkan gejala. Tiap pemeriksaan gula darah harus pula dilakukan pemeriksaan benda keton. Hipoglikemia dapat dibagi menjadi 2 yaitu hipoglikemia ketotik dan non ketotik.

Therapi

Therapi medis hipoglikemia antara lain;
a. Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50W (50% dextrose in water) dalam waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5W atau D10W tergantung pada tingkat hipoglikemia.
b. Pada pemberian long-acting insulin dapat terjadi hipoglikemia, maka infus harus diberikan secara kontinyu.
c. Pada pemberian obat diabetik oral dapat terjadi hipoglikemia, maka infus harus diberikan secara kontinyu.
d. Pada hipoglikemia yang disebabkan oleh penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi faktor penyebab kegagalan ketiga organ tersebut.
e. Hipoglikemia yang disebabkan karena meningkatnya substrat glikoneogenik yang menghambat kerja insulin maka Hidrokortison 100 mg/per glukosa infus.
f. Hipoglikemia yang disebabkan oleh glukagon eksogen dapat diperbaiki melalui glikogenolisis yakni dengann pemberian glukagon.



Daftar Pustaka


Rab, T. (1998). Agenda gawat darurat. Jilid 2. Bandung: Alumni.

Tidak ada komentar: