Sabtu, 27 Juni 2009

askep INSFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) / URINARY TRACT INFECTION

A. DEFINISI
* Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan oleh mikroorganisme pada system perkemihan.
* Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, E.J,2001: 480)
* Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, B,1998: 121)
* Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/ mikroorganisme lain (Waspadji, S,1998: 264).
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi bagian atas (pielonefritis) dan bagian bawah (sisititis, uretritis, prostatitis) menurut saluran yang terkena. ISK bagian atas terjadi pada uretra atau ginjal, sedangkan ISK bagian bawah terjadi pada uretra dan kandung kemih.

B. ANGKA KEJADIAN
* Infeksi traktus urinarius merupakan masalah yang sangat banyak dijumpai dalam praktek klinis. Wanita cenderungmudah terserang infeksi saluran kemih bila dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari uretra dekat dekat pada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengan pria. Tingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia sekolah kira-kira 1% dan 4% pada ibu usia masa subur. Kasus infeksi pada wanita meningkat secara langsung melalui aktivitas seksual dan karena usia. Kehamilan tidak meningkatkan tingkat infeksi, walaupun pembersihan spontan dari infeksi menurun pada kehamilan dan terjadi kasus infeksi ginjal akut yang menjalar dari saluran kemih bawah ke atas.
* ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih. Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada kehamilan juga dapat menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.

C. PENYEBAB
Penyebab kuman ISK berdasarkan Jenis-jenis ISK adalah sebagai berikut:
a. Pyelonephritis
Pengertian
Pyelonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri.
Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal).
Penyebab
- Bakteri E.coli
- Resisten terhadap obat antibiotik •
- Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis •
- Infeksi aktif •
- Penurunan fungsi ginjal •
- Urethra refluk •
- Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistim limfatik.

Patofisiologi
Pyelonephritis Akut :
Bakteri masuk kedalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pyelonefritis acut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akut Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
Tanda dan gejala:
Pyelonefritis akut ditandai dengan :
- Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal.
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klient biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak.
Tanda dan gejala:
ØAdanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.
Ø Adanya keletihan.
Ø Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
Ø Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
Ø Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
Ø Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. Ø Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
Ø Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
Pemerksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
- Pemeriksaan IVP,
- Cystoscopy,
- cultur urin,
- biopsi ginjal.
Penatalaksanaan :
1. Kebersihan perineal
2. Membuat urin lebih asam
3. Intake cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap adanya uretritis: • Menyelesaikan program terapi antibiotik • Follow-up kultur untuk memastikan jenis bakteri.

b. Ureteritis
Pengertian
Ureteritis adalah suatu peradangan pada ureter.
Penyebab
Adanya infeksi pada ginjal maupun kandung kemih.
Patofisiologi
Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya sistisis . Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu peristaltik ureter.
c. Sistitis
Pengertian
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria.
Penyebab :
1. E. coli (banyak ditemukan pada wanita)
2. Infeksi ginjal
3. Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa
4. Infeksi usus (no. 1-4 penyebab sistitis akut) (no. 5-10 penyebab sistitis kronis) 5. Infeksi kronis dari traktus bagian atas
6. Adanya sisa urine
7. Stenosis dari traktus bagian bawah.
8. Pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna
9. Adanya faktor predisposisi (infeksi ulang yang menetap) dan infeksi spesifik
Tanda dan gejala
Sistitis akut
a. Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural.
b. Disuria karena epitel yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah supra pubis atau perineal.
c. Rasa ingin miksi
d. Hematuria: • Pada wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare. • Pada pria timbul prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan.
Sistitis Kronis : Sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol.
Pemeriksaan Diagnostik
- IVP
- cystoscopy
Penatalaksanaan
§ Banyak minum untuk melarutkan bakteri
§ Pemberian antibiotika
§ Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan

d. Uretritis
Pengertian
Uretritis adalah peradangan pada uretra
Penyebab
Kuman gonorrhoe biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
Patofisiologi
Uretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria melibatkan jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis, epididimis dan striktur uretra. Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.
Pembagian Uretritis
- Uretritis Akut
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
Tanda dan gejala :
o Mukosa merah dan edema.
o Terdapat cairan eksudat yang purulent.
o Ada ulserasi pada uretra.
o Ada rasa gatal yang menggelitik,
o gejala khas pada uretritis Go yaitu good morning sign.
Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah. Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita gonorhoe.
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uetra untuk mengetahui kuman penyebab. Tindakan Pengobatan
a. Pemberin antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.

Komplikasi
1. Prostatitis
2. Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau Fistul uretra.
Uretritis Kronis
Penyebab
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
Tanda dan gejala
- Mukosa terlihat granuler dan merah
- Getah uetra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama.
Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter ginjal.
Tindakan pengobatan:
- Pemberian kemoterapi dan antibiotik
- Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari).
Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostat.
Prostatitis bakterial akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, nyeri di perineum atau obstruksi. Hasil pemeriksaan menunjukkan prostat yang membengkak dan lunak. Urinalisis biasanya menunjukkan piuria dan bakteriuria dengan hasil kultur uropatogen yang khas.


D. PREDISPOSISI
- Adanya infeksi ulang yang menetap

E. PENCETUS
1. Kebersihan perineal
2. Sering menahan miksi,
3. Iritasi kulit lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin.
4. Kehamilan : uterus pada kehamilan juga dapat menghambat aliran urine pada keadaan tertentu

F. PATOFISIOLOGI
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah / getah bening, tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa. Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis. Disamping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.

G. PATHWAY
Mikroorganisme gram (-) masuk ke Uretra, Vesika Urinaria (KK), Obstruksi saluran kemih akan menyebabkan Refluk ke ginjal Aliran kemih menurun Mikroorganisme menetap di saluran kemih dan berkembang biak. Striktur, Hidronefrosis,. Uremia, Anoreksia, mual-muntah. Peradangan saluran kemih Mengiritasi saluran kemih dan menyebabkan Retensi urin untuk selanjutnya perlu dilakukan prosedur invasif pemasangan DC Kurang informasi Perubahan pola eliminasi BAK Kurang pengetahuan tentang proses penyakit Resti infeksi Nyeri Ggn nutrisi< dari kebutuhan merupakan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan ISK.

H. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi Klinis Gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria dan terdesak kencing. Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing. Gejala lain adalah strunguria pada sistitis akut, teresmus dan nokturia. Gejala lain yang kurang sering di dapat adalah enuresis, nokturnal sekunder, kolik ureter / ginjal yang gejalanya khas dan nyeri prostat dapat menyertai gejala ISK (Waspadji, S, 1998 : 265-266)

I. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
d. Pemasangan kateter foley e. Imobilisasi dalam waktu yang lama
f. Inkontinensia
g. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
h. Dorongan
i. Frekuensi
j. Disuria
k. Bau urine yang menyengat
l. Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah dan sakit pada panggul pada isk atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
m. Pemeriksaan diagnostik:
 urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.
 Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab
 Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada pielonefritis.
 Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
 Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.
n. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah
4. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d adanya halangan, striktur
NOC :
 Pasien menunjukkan kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sisa, menyimpan zat terlarut dan mengumpulkan serta membuang urin dengan pola sehat.
 Pasien melaporkan penurunan spasme kandung kemih
NIC :
Intervensi prioritas NIC :
 Perawatan retensi urin
 Kateterisasi urine
Aktivitas lain NIC :
 Pantau asupan dan haluaran
 Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
 Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa adanya distensi kandung kemih yang berlebihan
 Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas toilet
 Stimulasi refleks kandung kemih dengan menempelkan es ke abdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air
 Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih (10 meenit)
 Lakukan kateterisasi untuk mengeluarkan residu, jika diperlukan
 Ajarkan manuver valsavas jika diindikasikan ( dengan menegangkan abdomen, sandarkan ke depan pada kedua paha, kontrasikan otot abdomen dan regangkan / tahan nafas sambil meregangkan / manuver valsavas, tahan pegangan / nafas sampai aliran urin berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin, lanjutkan sampai tidak ada urin yang keluar, catat keluaran urin, selidiki penurunan / penghentian aliran urin)
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
NOC :
 Pasien mampu menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
 Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
 Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
 Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non analgesik secara tepat
NIC :
Intervensi prioritas NIC :
 Penatalaksanaan nyeri
 Pemberian analgesik

Aktivitas lain NIC :
 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian
 Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri dari analgesik dan kemungkinan efek sampingnya
 Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor prsipitasinya
 Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal, khuususnya pada mereka yang tidakmampuy mengkomunikasikannya secara efektif
 Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai
 Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meninfgkatkan nyeri dan tawarkan saran koping
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, seberapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologik sebelum, setelah dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menyakitkan, sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain
 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
 Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi dengan pengkajian nyeri dan efek sampingnya
 Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih (misal, demam, menggigil, nyeri pinggang, hematuria, perubahan konsistensi, dan bau urin)
3. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.
NOC :
 Melaporkan penggunaan strategi untuk menghilangkan perilaku tidak sehat dan memaksimalkan kesehatan
 Menimbang risiko/keuntungan dari perilaku kesehatan
 Patuh pada pengobatan dan program penanganan
 Melaporkan efek penannganan yang penting dan efek camping
 Melaporkan pengendalian gejala penyakit\
NIC :
Intervenís prioritas NIC :
 Panduan sistem kesehatan
 Bantuan modifikasi diri
Aktivitas lain NIC :
 Bantu pasien/keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti penanganan sesuai dengan program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan
 Informasikan sumber-sumber comunitas yang tepat dan orang yang dapat dihubungi lepada pasien
 Konsultasikan dengan dokter tentang perubahan yang mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien
 Dukung pasien untuk mengungkapkan persaaan dan keluhan tentang hospitalisasi serta hubungan dengan pemberi pelayanan kesehatan
 Berikan dukungan pada anggota keluarga untuk membantu mreka mampertahankan hubungan positif dengan pasien
 Berikan penguatan positif terhadap tinadakan kepatuhan untuk mendukung perilaku positif yang terus-menerus
 Dukung pasien untuk mengkaji keyakinan dan nilai pribadi serta klepuasan terhadap hal tersebut
 Kaji dengan pasien hambatan yang mungkin untuk mengubah perilaku
 Identifikasi dengan pasien strategi yang paling efektif untuk mengubah perilaku
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi meskipun keberhasilan yang kecil
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,perubahan b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah.
NOC :
 Menunjukkan status gizi
 Toleransi terhadap diit yang dianjurkan
 Status gizi : nilai gizi
NIC :
Intervensi prioritas NIC :
 Pengengelolaan nutrisi
 Pengelolaan gangguan makan
Intervensi lain NIC :
 Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
 Ketahui makanan kesukaan pasien
 Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
 diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makan melalui slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
 tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, khususnya untuk pasien dengan klebutuhan energi tinggi
 buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan kedalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan/ketidaksukaan pasien,, dan suhu makanan
 bantu pasien untuk menulis tujuan mingguan yang realistis untuk aktivitas dan asupan makanan
 tawarkan porsi besar pada siang hari ketika nafsu makan tinggi
 ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
 hindari prosedur invasif sebelum makan
 berikan pasien minuman dan camilan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila memungkinkan
 identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien








DAFTAR PUSTAKA

Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan (1996). Perawatan medikal bedah (suatu pendekatan proses keperawatan). Bandung.
Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC.

Tidak ada komentar: