Sabtu, 27 Juni 2009

WATER SLIDE DRAINASE

WATER SEALED DRAINAGE (WSD)













Disampaikan kembali Oleh
ANTON PRABOWO, SKep
Pada mata Kuliah Gadar 2008




STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2008




BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Pada trauma toraks Water sealed Drainage (WSD) dapat berarti :
1. Diagnostik, untuk menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak sebelum penderita jatuh dalam renjatan.
2. Terapi untuk mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul didalam rongga pleura.
3. Preventif, untuk mengeluarkan udara atau darah yang masuk kerongga pleura sehingga mekanisme pernafasan tetap baik.

B. GAMBARAN PERALATAN
1. Selang Dada
Kebanyakan selang dada adalah multifenestrasi, selang transparan dengan petunjuk tanda radiopaque dan jarak. Ini memampukan dokter untuk melihat selang pada foto rongten dan memberi posisi dengan benar pada area pleural.
Selang dada dikategorikan sebagai pleural atau mediastinal tergantung pada lokasi ujung selang. Pasien dapat dipasang lebih dari satu selang pada lokasi yang berbeda tergantung tujuan selang. Semua selang dada ditangani sebagai selang intrapleural untuk keamanan pasien. Selang yang lebih besar (20-36 French) digunakan untuk mengalirkan darah atau drainage pleural yang kental. Selang yang lebih kecil (16-20 French) digunakan untuk membuang udara.

2. Sistem Drainage
Selang dada digunakan sebagai drain untuk udara dan cairan. Untuk membuat tekanan negative inrapleural. Sebuah segel diperlukan pada selang dada untuk mencegah udara keluar mesuk kesistem. Cara paling sederhana untuk melakukan ini yaitu dengan menggunakan system drainage dalam air.
a. System Satu-botol
System drainage paling sederhana adalah system system satu botol. Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lubang satu untuk ventilasi udara dan yang lainya memungkinkan selang masuk sampai hamper dasar botol.
Air steril dimasukkan kedalam botol sampai ujung selang yang kaku terendam 2 cm. ini membuat segel air dengan menutup system bagian luar terhadap udara. Permukaan cairan lebih tinggi dari 2cm, air akan membuat kesulitan bernafas karena pasien mempunyai kolom cairan lebih panjang untuk bergerak saat bernafas. Tekanan lebih positif kemudian diperlukan untuk mengendalikan drainage keluar melalui segel air
Bagian atas selang dihubungkan pada kira-kira 6 kaki karet yang dilekatkan pada lubang akhir dari selang dada pasien. Ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memungkinkan udara dari area pleural keluar. Ini mencegah tekanan yang terbentuk pada area pleural. Kecuali pada ventilasi tutup, masuknya system drainase dari pemasukan selang dada kebotol harus rapat.
Tingginya cairan pada segel cairan meningkat selama pernafasan. Selama inspirasi tekanan pleural menjadi lebih negative, menyebabkan permukaan cairan pada selang meningkat. Selama ekspirasi tekanan pleural menjadi lebih positif, menyebabkan permukaan cairan turun. Bila pasien bernafas dengan ventilasi mekanis proses ini terjadi sebaliknya. Gelembung udara harus terlihat hanya dalam ruang segel dibawah air selama ekspirasi dimana udara dan cairan mengalir dari rongga pleural. Gelembung yang konstan menunjukan kebocoran udara pada system atau fistula bronkopleural.
b. Sistem Dua-Botol
Pada system dua botol, botol pertama adalah sebagai wadah penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada system dua botol penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkan ke ventilasi udara.
c. Sistem Tiga-Botol
Pada system tiga botol, botol control penghisap ditambahkan kesistem dua botol. Ini cara yang paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air.
Pada system ini, yang penting kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap didinding yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap didinding yang diberikan pada botol ketiga harus cukup untuk menciptakan putaran lembut gelembung dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi siklus pernafasan penghisap harus dilepaskan saat itu juga.
d. Unit Drainage Sekali Pakai
Perbedaan utama antara produk tersebut adalah metode dimana system drainage selang dada mencapai segel pleural.





C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SISTEM DRAINASE SELANG DADA

No Sistem Keuntungan Kerugian
1.











2.









3.



4.



5.







6.




7. Satu-Botol











Dua botol









Tiga botol



Unit Water Seal sekali pakai

Flutter valve







Screw-valve




Calibrated spring mechanism  Penyusunan sederhana
 Mudah untuk pasien yang dapat berjalan









 Mempertahankan water seal pada tingkat konstan
 Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik





 Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan


 Plastik tidak mudah pecah seperti botol


 Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
 Kurang satu ruang untuk mengisi
 Tak ada masalah dengan pnguapan air
 Penurunan kadar kebisingan
 Sama dengan diatas




 Sama dengan diatas
 Mampu mengatasi volume besar  Saat drainase dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleural untuk keluar dari dada masuk kebotol
 Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase
 Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol
 Menambah area mati pada system drainase yang mempunyai potensial untuk masuk kedalam area pleural
 Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol
 Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya kebocoran pleural

 Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakiatan dan pemeliharaan
 Mahal
 Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainase bila unit terbalik
 Mahal
 Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intrapleural karena tak adanya tekanan fluktuasi air pada ruang water seal


 Sama dengan diatas
 Katup sempit membatasi jumlah volume yang dapat diatasinya, tidak efisien untuk kebocoran udara pleural besar.
 Mahal.









































BAB II
PEMASANGAN SELANG DADA (WSD)


A. INDIKASI PEMASANGAN SELANG DADA
Bila cidera, pembedahan atau gangguan lain pada integritas paru dan rongga dada terjadi, pemasangan selang dada diperlukan.
Tujuannya Pemasangan Selang Dada adalah sebagai berikut
1. Untuk membuang udara, cairan atau darah dari areal pleural
2. Untuk mengembalikan tekanan negative pada area pleura
3. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolaps atau kolaps sebagian
4. Untuk mencegah refluks drainase kembali kedalam dada

Indikasi Pemasangan Selang Dada
Indikasi Penyebab
Hematotoraks




Pneumotoraks
 Spontan : > 20%
Pasien simtomatik
Adanya Penyakit Paru
 Desakan



 Fistula bronkopleural


Efusi Pleural
Parapneumonia terkomplikasi:
 Pus banyak (empiema)
 Pewarnaan Gram positif atau kultur bakteri
 Glukosa <40 mg/dl
 pH < 7.0
 pH 7.0-7.2 dan LDH >1000 IU/L
Chilotoraks  Trauma Dada
 Neoplasma
 Robekan Pleural
 Kelebihan Antikoagulan
 Pascabedah toraks

 Ruptur bleb


 Ventilasi mekanis
 Luka Tusuk Tembus
 Klem selang dada terlalu lama
 Kerusakan segel pada system drainase dada
 Kerusakan jaringan
 Tumor
 Aspirasi bahan kimia toksik
 Neoplasma
 Penyakit kardiopulmoner serius
 Kondisi Inflamasi





 Trauma
 Malignansi
 Abnormalitas Kongenital

B. PROSEDUR PEMASANGAN WSD
a. Peralatan
1. Sarung Tangan steril
2. Duk steril
3. Spuit 5cc steril
4. Pisau bedah Steril
5. Klem arteri lurus 15-17 cm
6. Nail holder dan jarum jahit kulit steril
7. Benang sutera steril untuk jahitan kulit 4x25 cm
8. Selang untuk drainase yang steril, untuk orang dewasa minimal diameter 8 mm dan anak-anak 6 mm.

b. Tehnik Pemasangan
1. Bila Mungkin Penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin setengah duduk. Bila tidak mungkin juga penderita tiduran dengan sedikit miring ke sisi yang sehat.
2. Ditentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila dikanan pada sela iga ke-7 atau ke-8. Dikiri pada sela iga ke-8 atau ke-9 digaris aksilaris posterior kira-kira sama tinggi dengan sela iga dari angulus inferior scapula. Bila didada bagian depan dipilih sela iga ke-2 digaris midklavikuler kanan atau kiri.
3. Ditentukan kira-kira tebal dinding toraks
4. Secara steril diberi tanda pada selang WSD dari lubang terakhir selang WSD setebaldinding toraks, misalnya dengan ikatan benang.
5. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptic
6. Tutup dengan duk steril
7. Daerah tempat masuk selang WSD dan sekitarnya dianestesi setempat dengan infiltrasi dan blok.
8. Insisi kulit subkutis dan otot dada ditengah sela iga
9. Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura
10. Dengan klem arteri lurus lubang diperlebar secara tumpul.
11. Selang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk kerongga pleura dengan sedikit tekanan.
12. Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda tadi.
13. Daerah luka dibersihkan dan diberi salep steril agar kedap udara.
14. Selang WSD disambung dengan botol WSD steril.
15. Bila mungkin pasang penghisap kontinu dengan tekanan -24 sampai -32 cm H2O

TEKNIK PEMASANGAN WSD

Tempat pemasangan drain sebaiknya ialah
:a. Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7
.b. Linea media klavikularis pada sela iga ke dua.
Setelah dilakukan desinfeksi kulit, maka dilakukan anestesi setempat dengan cara infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura.Kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang2 cm sampai jaringan dibawah kulit.Pleuraparietalis ditembus denganjarum pungsi yang pakai trokar dan mandrin.
Setelah tertem-bus, mandrin dicabut akan terasa keluar udara. Kemudian mandrin diganti dengan kateter yang terlebih dahulu telah di-beri lobang secukupnya pada ujungnya. Setelah kateter masuk rongga pleura trokar dicabut dan pangkal kateter disambung dengan selang yangdihubungkan dengan botol yang berisiair, dimana ujungnya terbenam ±2 cm. Kateter diikat dengan benang yang dijahitkan kepada kulit
sambil menutup luka.
Cermin Dunia Kedokteran No. 38 1985

C. MEMELIHARA PIPA DADA DAN DRAINAGE
Semua pasien yang menjalani pembedahan reseksi paru, kecuali yang menjalaani pneumoktomi, memerlukan drainage ruang pleura melalui pipa dada yang dihubungkan dengan drainase tertutup. Biasanya digunakan dua buah pipa. Sebuah kateter diinsersikan melalui suatu luka tusukan didinding dada anterior diatas daerah yang di reaksi. Ini disebut sebagai pipa anterior atau pipa atas. Pipa ini digunakan untuk mengelurkan udara dari ruang pleura. Pipa kedua diinsersikan melalui sebuah luka tusukan diposterior atau pipa bawah. Pipa ini terutama untuk drainase cairan serosanguineus yang terkumpul akibat tindakan pembedahan. Pipa bawah memiliki diameter lebih besar daripada pipa atas dengan meksud untuk mencegah penyumbatan oleh bakuan.
Pada saat memulai drainase pipa dada sebuah botol kaca bening berukuran 2 liter biasa digunakan, walaupun bias juga dengan memakai alat-alat komersial lainnya seperti Pleure Vac System. Kira-kira sebanyak 300 ml air steril atau secukupnya sehingga dapat mengisi botol 1 sampai 2 cm dari dasarnya , dimasukan kedalam botol. Bila dipertimbangkan drainase akan terkumpul dalam botol, hal ini meningkatkan tekanan subatmosfir (tekanan negative) pada system ini, dan hal ini lebih menyulitkan pasien untuk mengeluarkan udara dan cairan dari ruang pleura. Dalam hal ini batang gelas harus ditarik sedemikian rupa sehingga hanya sedikit bagian batang gelas ini yang berada dibawah air. Dalam hal ini alat steril dipersiapkan. Bilamana botol seteril dan air seteril serta pipa telah siap, pipa dalam diklem sedekat mungkin dengan dada pasien. Pipa dada kemudian dilepaskan dari pipa drainage, alat baru dihubungkan dan klem pipa dada dibuka. Jumlah drainage yang terdapat dalam botol harus diukur dan biasanya dikirim kelaboratorium untuk pemeriksaan.
Bersamaan dengan pasien bernafas, terlihat pergerakan cairan dalam pipa gelas yang berada dibawah air. Hal ini dikenal sebagai fluktuasi atau oscilasi. Cairan dalam pipa tersebut bergerak ke atas pada saat pasien menarik nafas atau batuk, dan turun pada saat pasien mengeluarkan nafas.

Memelihara Pipa Dada dan Drainase Dada Tertutup
1. Tandai tinggi air dalam botol dengan secrik isolatip sehingga jumlah drainase dapat mudah ditentukan. Catat tanggal dan jam pada isolatip tersebut.
2. Kencangkan pipa pada tempat tidur sehingga tidak ada pipa yang bebas antara botol dan tempat tidur. Pipa yang bebas memungkinkan cairan tertampung didalamnya dan mengganggu pergerakan udara dan cairan dari rongga pleura.
3. Pastikan ujung pipa dada berada 1 sampai 2 cm dibawah air sehingga bila botol tertumpah secara tidak sengaja, pipa akan tetap berada dibawah air.
4. Periksa fluktuasi pipa dengan sering. Jika kolom air tidak berfluktuasi
a. Pastikan pasien tidak menindih pipa
b. Periksa sambungan pipa untuk memastikan system pipa dada kedap udara
c. Mintalah pasien untuk batuk atau merubah posisi untuk melihat fluktuasi
d. Fluktuasi akan berhenti bila paru-paru telah berkembang.
5. Pijit atau urut pipa dada sebagaimana yang diminta (kadang-kadang setiap jam). Hal ini dilakukan dengan tekanan yang halus sepanjang pipa dada dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang pipa dada dengan kuat. Pemegangan pipa dengan tangan kiri mencegah tertariknya pipa saat dipijit-pijit atau diurut.
6. Simpan dua buah hemostat disamping tempat tidur sehingga pipa dapat diklem bila secara tidak sengaja botol pecah. Bila botol pecah, kateter dada harus diklem dan kemudian dihubungkan lagi dengan sebuah botol steril sesegera mungkin. Air seteril harus dipakai untuk mengisi botol. Segera setelah system disambungkan kembali dengan ujung pipa dibawah air, klem harus dilepas. Kecuali dalam kasus emergensi, seperti pecahnya botol, kebanyakan botol bedah lebih menyukai pipa tidak diklem, dan perintah khusus dibuat secara tertulis jika diinginkan pengekleman
7. Jangan mengklem pipa dada jika botol tidak pecah (jarang terjadi) atau tanpa ada perintah tertulis. Bila pipa dada diklem, udara (bertekanan positif) akan terperangkap didalam ruang pleura dan dapat menyebabkan kolapsnya paru. Bila mana pasien akan dipindahkan dari satu tempat ketempat lain, seperti kebagian pemeriksaan roentgen, pipa tidak boleh diklem kecuali sebentar saja.
8. Jangan mengikat botol pipa dada lebih tinggi dari dada pasien, karena hal ini bias menyebabkan cairan tertarik ke rongga perut.
9. Botol water sealed harus disimpan dilantai sehingga tidak akan pecah oleh sebuah side-rail yang rendah. Bilamana digunakan Hi-Lo bed (tempat tidur yang dapat diatur ketinggiannya), perawatan harus dilakukan dengan tidak menurunkan tempat tidur mencapai botol.

D. PENGANGKATAN WSD
WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna.Untuk mengetahui paru sudah mengembang ialah dengan jalanpenderita disuruh batuk-batuk, apabiladiselang WSD tidaktampak lagi fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan besarparu telah mengembang dan juga disesuaikan denganhasilpemeriksaan fisik. Untuk mengetahui secara pasti paru telahmengembang dilakukan Rontgen foto toraks.Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempur-na, sebaiknya WSD jangan langsung dicabut tapi diklem duluselama3hari. Setelah3hari klem dibuka. Apabila paru masihtetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut.Selang WSD dicabut pada waktu penderita Ekspirasi mak-simal.
Cermin Dunia Kedokteran No. 38 1985
Peralatan yang biasa dipakai berupa sebuah gunting steril, kasa 4x4 inchi dan pita perekat. Jahitan pipa digunting dan pasien diminta untuk bernafas dalam dan pipa diangkat. Beberapa dokter menutup luka dengan balutan Telfa sebagai pengganti kasa untuk menjamin balutan kedap udara (rapat). Balutan ditutup secara kuat dengan menggunakan tiga carik pita perekat yang panjangnya 2 inci. Bila digunakan jahitan purse-string, pembalutan steril dan kering dipakai pada tempat luka.

E. KOMPLIKASI
Terlepasnya selang dada
Bila selang dada keluar atau tertarik keluar tutup sisi pemasangan dengan cepat untuk mencegah masuknya udara kerongga pleural.











A. Materi yang harus dikuasai
Materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah :
1. konsep keperawatan gawat darurat dan bencana
2. asuhan keperwatan gawat darurat sistem pernafasan : henti nafas, gagal nafas akut/kronik, obstruksi jalan nafas: obstruksi benda asing, asthma.
3. asuhan keperawatan gawat darurat sistem kardiovaskuler : cardiac arrest, MCI, hipertensi, Cardiac Failure
4. asuhan keperwaatan gawat darurat sistem cairan dan elektrolit: shok (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, anafilaktik).
5. Asuhan keperawatan gawat darurat klien trauma: (trauma dada, trauma abdomen, trauma kepala, trauma ekstremitas).
6. Asuhan keperawatan gawat darurat sistem persarafan : stroke, penurunan kesadaran akut.
7. Asuhan keperwatan gawat darurat sistem pencernaan: appendisitis akut, kolik abdomen, perdarahan saluran cerna
8. Asuhan keperawatan gawat darurat sistem perkemihan : gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik.
9. Asuhan keperawatan gawat darurat sistem endokrin: ketoasidosis diabetikum, hipoglikemia
10. Asuhan keperawatan gawat darurat klien keracunan : keracunan makanan dan obat.






DAFTAR PUSTAKA


Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Volume 1, EGC, Jakarta
Long, C. Barbara, 1996. Keperawatan Medikal Bedah , Bandung
Mansjoer, Arif dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II edisi 3, Media Aesculapius, Jakarta
Zul Dahlan Subunit Pulmonologi Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung

Tidak ada komentar: