Sabtu, 27 Juni 2009

STRIKTUR URETRA

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN STRIKTUR URETRA.

Konsep Dasar
Striktur Uretra dapat disebabkan oleh setiap radang kronik atau cidera. Radang karena gonorhoe merupakan penyebab penting, tetapi radang lain yang kebanyakan disebabkan penyakit kelamin lain, juga merupakan penyebab uretritis dan periuretritis. Kebanyakan striktur ini terletak di pars membranose, walaupun juga terdapat ditempat lain.
Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dank arena cedera langsung, misalnya pada anak yang naik sepeda dan kakinya tepeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria sehingga terjadi cedera kangkang. Yang juga tidak jarang terjadi ialah cedera iotregenik/akibat instrumentasi.

Gambaran Klinik
Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan kemudian timbul sindroma lengkap obstruktif leher kandung kemih, seperti digambarkan pada hipertropi prostat. Striktur akibat radang uretra sering agak luas dan mungkin multiple.
Untuk terapinya dapat dilakukan pelonggaran dengan dilator atau menyempit striktur secara endoskopik. Striktur cenderung kambuh setelah dilonggarkan atau dibedah. Pada uretra purulent dapat terjadi periuretritis yang mengakibatkan abses. Bila abses tembus di uretrum akan terbentuk fistel uretra. Kadang terjadi abses multiple atau berulang sehingga terbentuk beberapa fistel yang disebut uretra seruling. Striktur yang akan mengganggu penderita seumur hidup dapat dicegah dengan pencegahan infeksi uretra kelamin. Kateterisasi atau instrumentasi uretra dengan hati-hati. Indikasi kateterisasi harus dilakukan dengan halus.


Patofisiologi
1. Trabekulasi dan divertikel
pada striktur uretra kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat sehingga mula-mula otot kandung kencing akan menebal dan terjadi trabekulasi pada fase kompensasi dan pada fase dekompensasi akan terjadi divertikel.
2. Residual urin
Pada fase kompensasi tidak terjadi residu urin karena vesika urinary berkontraksi lebih kuat, tapi pada fase dekompensasi muncul residu urin pada vesica urinary .
3. Refluks vesiko uretra
Pada striktur uretra dimana tekanan intra vesikal meninggi maka akan terjadi refluk urin dari vesika urinary ke ureter bahkan sampai ke ginjal.
4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal
Pada fase dekompensasi vesika urinaria mudah terinfeksi karena adanya residu urin dan bisa menjalar menjadi pyelonefritis akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal.
5. Infiltrat urin, abses dan fistula
Adanya sumbatan pada uretra dan tekanan intra vesika yang meninggi maka dapat timbul imbibisi urin keluar vesica urin atau uretra proksimal dari striktur urin yang terinfeksi keluar dari vesica urinary atau uretra menimbulkan timbulnya infiltrat urin, jika tidak diobati akan muncul abses, jika abses pecah akan timbul fistel di supra pubic atau uretra proximal dari ureter.

Penatalaksanaan
Penanganan dapat mencakup dilatasi secara bertahap terhadap area menyempit (menggunakan logam yang kuat atau bougies) atau secara bedah . jika striktur menghambat pasase kateter ahli urologi menggunakan filiform bougies untuk membuka jalan. Ketika salah satu bougies mampu mencapai kandung kemih, maka dilakukan fiksasi dan urin akan di drainage dari kandung kemih. Jalan yang telah terbuka tersebut kemudian di dilatasi dengan memasukkan alat pendilatasi yang mengikuti filiform sebagai petunjuk. Setelah dilatasi, rendam duduk menggunakan air panas dan analgetik serta narkotik diberikan untuk mengendalikan nyeri. Medikasi anti mikrobial diresepkan untuk beberapa hari setelah dilatasi untuk mencegah infeksi.
Eksisi bedah atau uretroplasthy mungkin diperlukan untuk kasus yang parah.Cystostomy supra pubis mungkin diperlukan untuk beberapa pasien.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Uretrogram dan distrogram
Pada pemeriksaan ini ditujukan untuk menetukan lokasi dan derajat
striktur
2. Pemeriksaan urin
Digunakan untuk menilai adanya bakteri atau pus .
3. Pemeriksaan darah
Untuk menilai adanya peningkatan WBC.
4. Pemasangan kateter atau sound (bougies)
Untuk menilai diameter dan lokasi striktur.
5. Pengukuran residual urin
Residual urin untuk menilai derajat striktur.

Pengkajian Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama : apa yang menjadi alasan sehingga klien datang ke RS atau tempat pelayanan kesehatan.
2. Masalah-masalah yang sering dijumpai seperti :
Bagaimana pengertian klien tentang penyakitnya, kapan mulai dirasakan dan bagaimana permulaannya.
3. Apakah gejala hilang timbul, menetap, apakah ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama
4. Apakah klien dapat melakukan aktifitas hidup sehari-hari


B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Apakah pernah mengalami trauma pada system urinary, jatuh. Bila ya apakah klien di rawat di RS dan masalah-masalah apa yang dialami saat itu?
2. Apakah klien mengalami kelainan saat lahir terutama system urinary
3. Apakah klien pernah mengalami infeksi terutama infeksi saluran kemih.
C. Riwayat keluarga
1. Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit ginjal
D. Pola kebiasaan sehari-hari.
1. Apakah klien sering menahan kencing saat perjalanan jauh
2. Apakah klien mengkonsumsi air minum sangat minim
E. Riwayat sosial.
Penampilan secara umum, ketrampilan sosial dan kondisi-kondisi yang terjadi selama interaksi dapat memberi informasi tentang kondisi penyakitnya.

F. Analisa Data
Data Subyektif;
1. Kencing sedikit dan terasa sakit
2. Kencing bercabang
3. Kencing nyeri atau disuri
4. Anoreksi, nausea.
Data Objektif :
1. Adanya bakteri dalam urin
2. Jumlah urin tiap 24 jam
3. Abses atau fistel supra pubis
4. Kadar ureum kreatinin
5. Hasil radiologi
6. Uretroskop



G. Diagnosa Perawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi, penekanan lumen uretra.
2. Gangguan eliminasi (Oliguri, disuria) berhubungan dengan penyempitan lumen uretra.
3. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksi dan nausea.
4. Potensial komplikasi pyelonefritis, gagal ginjal, uretritis.
5. Gangguan konsep diri (body image). Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya.

H. Intervensi :
1. Personal hygine terutama urogenital.
2. Perawatan kateter teratur.
3. Hitung balance cairan.
4. Mandi hangat.
5. Kaji intensitas nyeri.
6. Nutrisi tinggi protein, kalori (TKTP).
7. Monitor tanda-tanda komplikasi.
8. Kolaborasi medis untuk pemberian analgetik, antibiotik dan pemberian terapi lainnya.

I. Evaluasi
1. Alat genital tampak bersih
2. Kateter lancar dan tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Balance cairan seimbang
4. Pasien tampak relaks
5. Skala nyeri 0-4
6. Pasien mau makan sesuai diit yang ditentukan
7. Tidak ada tanda-tanda komplikasi
8. Tidak ada alergi

Tidak ada komentar: