Sabtu, 27 Juni 2009

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN HIRSCHPRUNG


I. Pengertian
Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Arif Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Pada pemeriksaan patologi anatomi tidak ditemukan sel ganglion Auerbach dan Meissner, serabut syarafnya menebal dan serabut ototnya hipertropik. Aganglionosis ini mulai dari anus ke arah oral.
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu:
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak lelaki maupun perempuan.

II. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.

III. Patofisiologi
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan bawaan tunggal. Jarang sekali terjadi pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain. Penyakit ini merupakan penyebab tersering gangguan pasase usus pada bayi.
IV. Tanda dan Gejala
Obstipasi merupakan tanda utama pada bayi baru lahir dan dapat merupakan gejala obstruksi akut. Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung, muntah berwarna kehijauan, distensi abdomen, dilatasi usus besar tanpa adanya udara pada rectum.

V. Komplikasi
Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan septikemia.

VI. Penatalaksanaan.
1. Konservatif.
Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
2. Tindakan bedah sementara.
Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan keadaan umum buruk.
3. Tindakan bedah defenitif.
Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.

VII. Asuhan Keperawatan.
A. Pengkajian.
1. Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
Kasus ini terjadi pada bayi laki-laki Titan, usia 2 hari, dengan berat badan lahir 3,5 kg.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Bayi Titan datang ke Poli Anak RS Banyumas dengan keluhan muntah warna kehijauan, ia terus mengeluarkan cairan saliva selama 1 hari penuh. Ia belum mengeluarkan mekonium selama 36 jam terakhir.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
f. Imunisasi.
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Sistem kardiovaskuler.
Tidak ada kelainan, nadi 125x/menit
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan, RR 30x/menit.
c. Sistem pencernaan.
Obstipasi, muntah berwarna kehijauan, dilatasi usus besar tanpa adanya udara pada rectum, tidak adanya perpindahan cairan pada bowel.
d. Sistem genitourinarius.
Tidak ada kelainan.
e. Sistem saraf.
Sel saraf pada mukosa rectal mengalami hipertrofi.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Akral hangat.
i. Sistem pendengaran.
Tidak ada kelainan.

4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
a. Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
b. Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, tidak adanya perpindahan cairan pada bowel, enterokolitis pada segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.
c. Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa, didapatkan tidak adanya sel ganglion dan sel saraf
d. Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
e. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolin eseterase.

B. Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah)























C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan muntah.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.
Pasien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen. 1. Setelah dilakukan kolostomi, monitor cairan yang keluar dari kolostomi
2. Pantau jumlah cairan kolostomi

3. Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi
Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya
Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan
Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral. 1. Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
2. Pantau pemasukan makanan selama perawatan
3. Pantau atau timbang berat badan. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
Untuk mengetahui perubahan berat badan
Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal. 1. Monitor tanda-tanda dehidrasi.

2. Monitor cairan yang masuk dan keluar.
3. Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprogramkan
Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
Mencegah terjadinya dehidrasi

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur 1. Kaji terhadap tanda nyeri

2. Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan
3. Berikan obat analgesik sesuai program Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat

Daftar Pustaka

Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.


































TUGAS TERSTRUKTUR
KEPERAWATAN ANAK

HIRCSHPRUNG







Disusun Oleh :
edi purnama


stikes muhammadiyah gombong

Tidak ada komentar: